Industry Updates

5 Mitos Terkenal tentang Green Building

Green building menjadi salah satu inovasi pembangunan berkelanjutan sebagai solusi untuk menekan dampak buruk perubahan iklim. Green building adalah konsep arsitektur yang mengutamakan kelestarian lingkungan dengan mengembangkan bangunan agar mengonsumsi lebih sedikit energi, menghemat air dan mengeluarkan sedikit gas rumah kaca.

mitos green building

Di Indonesia, konsep ini sudah mulai digagas sejak tahun 1980-an oleh arsitek-arsitek ternama, seperti Heinz Frick, YB Mangun Wijaya dan Eko Prawoto. Tapi sayangnya, masih banyak mitos green building yang beredar dan menyebabkan orang salah paham tentang konsep ini.

Tujuan Green Building

Tidak hanya mengutamakan pembangunan yang modern, Green Building juga mempertimbangkan keberlangsungan alam dan lingkungan sekitar. Konsep ini juga memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi energi dalam bangunan, mulai dari sistem pencahayaan, pendingin ruangan, pengairan, hingga pengelolaan sampah.

Terlepas dari mitos green building yang beredar, dalam jangka panjang, konsep ini mampu menghemat biaya pemeliharaan bangunan. Sehingga akan jauh lebih menguntungkan.

Mitos Green Building yang Beredar

Tapi sayangnya, keuntungan dari green building masih terhalang mitos yang beredar. Sehingga masih banyak masyarakat yang ragu untuk menerapkan konsep ini di bangunan atau hunian mereka. Berikut beberapa mitos green building yang beredar dan belum tentu benar:

Biaya Mahal

Mitos green building yang paling santer terdengar adalah biaya yang mahal. Memang, biaya awal penerapan konsep ini lebih mahal dibanding biasanya, tapi mitos ini tidak sepenuhnya benar. Karena, dalam jangka panjang, penerapan green building dapat menghemat biaya pemeliharaan dan perawatan, sehingga jauh lebih murah. Bangunan dengan konsep green building dapat mengurangi biaya penggunaan energi, air, limbah dan emisi karbon. Berdasarkan data dari National Institute of Building Sciences (NBIS) di tahun 2018, dengan konsep green building dapat menghemat biaya pemulihan USD6.

Hanya Bisa Diterapkan di Iklim Tertentu

Banyak orang mengira bangunan dengan konsep green building hanya bisa diterapkan di negara dengan iklim tertentu. Padahal, itu tidak benar. Green building tidak hanya bisa diterapkan di negara beriklim sejuk saja, tapi juga bisa di wilayah dengan iklim tropis seperti Indonesia. Bahkan, green building dapat membuat ruangan jadi lebih dingin tanpa pendingin ruangan. Jadi mitos green building hanya bisa diterapkan di iklim tertentu itu salah.

Hanya Bisa Diterapkan pada Bangunan Baru

Konsep green building bisa diterapkan pada bangunan yang sudah ada, jadi mitos jika konsep ini hanya bisa diterapkan pada bangunan baru itu tidak benar. Pemilik bangunan bisa melakukan renovasi jika ingin menerapkan green building. Caranya dengan meningkatkan efisiensi energi yang digunakan.

Tidak Nyaman, Tidak Estetik, dan Tidak Modern

Meski mengedepankan konsep berkelanjutan dan ramah lingkungan, bukan berarti bangunan dengan konsep ini tidak mementingkan kenyamanan, estetika dan perkembangan teknologi. Mitos green building ini tidak nyaman, tidak estetik dan tidak modern, itu salah. Bangunan bisa dirancang senyaman dan semenarik mungkin, meski menggunakan konsep green building. Selain itu, banyak teknologi berkelanjutan dan ramah lingkungan yang mendukung penerapan green building

Tidak Seefisien Bangunan pada Umumnya

Apabila ada yang beranggapan bangunan green building tidak efisien, maka itu salah. Selain dari segi biaya pemeliharaan yang lebih murah, ketahanan bangunan dengan konsep ini juga jauh lebih kuat dibanding bangunan konvensional pada umumnya. Bisa dipastikan bangunan green building jauh lebih efisien dari berbagai aspek.

Menepis Mitos Green Building

Lima mitos green building yang dijabarkan di atas tidak sepenuhnya benar. Ada banyak manfaat penerapan green building pada bangunan.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bangunan dengan konsep green building jauh lebih hemat energi. Mulai dari penggunaan sistem pendingin ruangan tanpa AC, sistem pengelolaan air yang ramah lingkungan, hingga sistem pengelolaan sampahnya. Dengan begitu, biaya pemeliharaannya juga jauh lebih murah dan lebih aman.

mitos green building

Sistem pengelolaan sampah yang baik dan ramah lingkungan menjadi salah satu ciri dari konsep green building. Hampir semua bangunan yang menerapkan konsep ini, pasti memiliki pengelolaan sampah yang baik. Dengan pengelolaan sampah yang baik, permasalahan sampah seperti Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang penuh, pencemaran air dan tanah, dapat dikurangi.

Untuk meningkatkan pemahaman soal green building dan segala karakteristik serta keuntungannya, Waste4Change memiliki program Akademi Bijak Sampah (AKABIS) Waste Management. Program ini tidak hanya berupa kelas satu arah saja, tapi menggunakan metode diskusi, sehingga peserta bisa berdiskusi langsung dengan ahli terkait isu lingkungan, sampah, hingga green building.

AKABIS memiliki tiga program, di antaranya AKABIS Class, AKABIS Workshop, dan AKABIS Xperience.

Dengan pemahaman tentang isu lingkungan, perubahan iklim hingga konsep bangunan yang ramah lingkungan, diharapkan mampu menepis mitos green building yang tidak benar selama ini. Karena, dengan green building, kita bisa ikut andil dalam mencegah dan mengurangi dampak krisis iklim.

Dengan begitu pula, peradaban manusia akan lebih bersahabat dengan alam karena tidak menimbulkan banyak kerugian dan kerusakan. Bagi Anda yang memiliki bangunan dan hendak menerapkan konsep ini, dan ingin belajar lebih jauh tentang green building, bisa mengikuti layanan AKABIS dari Waste4Change.

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami