Industry Updates

Mengintip Proses Penanganan Sampah Organik di Waste4Change

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2019 hingga saat ini, jumlah sampah di Indonesia dari berbagai komposisi didominasi oleh jenis sampah organik. Total sampah organik mencapai 60% yang sisanya disusul oleh sampah anorganik seperti plastik, karet, logam, kain, kaca, dan jenis sampah lainnya. 

sampah makanan
Sampah organik di Indonesia

Permasalahan sampah di Indonesia, terutama jenis sampah organik perlu diperhatikan dan pengelolaannya ditingkatkan kembali. Untuk mengatasinya, dari banyak pihak telah melakukan upaya dengan berbagai cara, salah satunya adalah Waste4Change sebagai perusahaan manajemen sampah menyediakan layanan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.

Sampah Organik di Indonesia

Pada laman resmi SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional), sumber sampah tahun 2021 di Indonesia yang tertinggi dihasilkan oleh sampah sisa makanan, yaitu sebesar 39,69% dari total seluruh komposisi sampah lainnya. Kemudian, pada posisi kedua terdapat sampah ranting/kayu sebesar 12,92%, dan kertas/karton sebesar 12,09%. Ketiga jenis sampah ini termasuk ke dalam jenis sampah organik. Sampah organik berupa komposisi jenis sampah tersebut paling banyak dihasilkan oleh sektor rumah tangga dan pasar tradisional.

Sampah sisa makanan setiap tahunnya mencapai angka puluhan juta ton. Dampak dari jenis sampah organik ini membahayakan kehidupan manusia akibat gas metana yang dapat meningkatkan gas rumah kaca. Hal ini akan menyebabkan peningkatan suhu bumi, memicu perubahan iklim dan pemanasan global. 

Pengelolaan Sampah Organik di Waste4Change

Waste4Change menerima sampah organik dari pengangkutan sampah yang sudah dipilah di perumahan Vida Bekasi. Dalam mengelola jenis sampah organik, Waste4Change menggunakan dua metode, yaitu Black Soldier Fly (BSF) atau lalat hitam dan kompos. 

Pengelolaan sampah oleh Black Soldier Fly

Black Soldier Fly (BSF) merupakan jenis lalat yang dapat menguraikan jenis sampah organik dengan cara memakan sampah-sampah tersebut dan mengubahnya menjadi material yang ramah lingkungan. BSF memiliki ukuran yang lebih besar dari lalat pada umumnya. Saat masih dalam fase larva, BSF akan memakan sampah organik basah jenis apa pun. Sampah organik dapat berkurang sebanyak 65-80% dalam waktu 2 minggu setelah dijadikan sumber makanan bagi BSF, sedangkan siklus hidup BSF kurang lebih selama 40 hari dari telur hingga menjadi lalat.

Larva-larva yang memakan sampah organik tersebut akan tumbuh menjadi larva besar, sehingga dapat mengurangi dan mengolah sampah. Sebelum berubah menjadi prepupa, larva diambil dari larvero atau wadah tempat larva memakan sampah organik. Residu sampah yang berada di larvero memiliki nilai produk yang tinggi. Untuk pemurnian larva, dapat dilakukan proses pengeringan atau pemisahan minyak dari protein larva. 

Untuk pemurnian residu sampah, dapat dilakukan pengomposan atau dijadikan bahan produksi dengan cara memasukkannya ke digester biogas. Lalat jenis BSF ini selain digunakan untuk mengolah sampah organik juga dapat dijadikan alternatif pakan ternak karena mengandung protein yang tinggi dan biaya yang rendah.

BSF Facilities Waste4Change Sidoarjo (courtesy of Waste4Change Sidoarjo)

Waste4Change menyediakan layanan AKABIS (Akademi Bijak Sampah), yaitu kegiatan berupa edukasi kepada masyarakat mengenai pengolahan sampah organik dengan teknik budidaya dan pengembangbiakan Black Soldier Fly (BSF). AKABIS BSF ini memiliki dua program utama: AKABIS Xperience dan AKABIS Workshop Basic. Para peserta tidak hanya melakukan pembelajaran, tetapi juga dapat menerima sertifikat, modul, dan starter kit.

Selain metode BSF, cara pengolahan sampah organik lainnya yang dilakukan oleh Waste4Change adalah pengomposan. Waste4Change menyediakan composting bag yang dapat dipesan oleh masyarakat untuk praktik mengompos secara mandiri.

Berikut ini merupakan langkah-langkah membuat kompos menggunakan coposting bag dari Waste4Change.

  1. Siapkan semua alat yang dibutuhkan, seperti kantong kompos, sendok semen atau sekop kecil, masker, dan sarung tangan.
  2. Untuk sampah hijau dapat menggunakan sampah sisa buah dan sayuran, sedangkan sampah cokelat dapat menggunakan tanah, sampah dedaunan kering, dan cacahan kayu.
  3. Letakkan sampah cokelat pada lapisan pertama, kemudian masukkan sampah hijau pada lapisan kedua. Lakukan langkah ini secara berulang dan teratur hingga composting bag penuh.
  4. Aduk kompos setiap 3-7 hari sekali dan kompos siap dipanen setelah 30 hari.

Metode BSF dan kompos dinilai sangat efektif dalam mengelola jenis sampah organik. Tak perlu ragu mencoba untuk turut menjaga lingkungan sekitar demi kenyamanan dan kehidupan kita sendiri. Kunjungi layanan AKABIS BSF dan Kompos Waste4Change untuk informasi selengkapnya. 

Referensi

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/01/komposisi-sampah-di-indonesia-didominasi-sampah-organik

https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/komposisi

https://greeneration.org/publication/green-info/ancaman-masalah-sampah-di-indonesia/

https://waste4change.com/blog/waste4change-beri-pelatihan-black-soldier-flies/

https://waste4change.com/blog/ternak-black-soldier-flies-bsf-untuk-bisnis/

https://waste4change.com/blog/membuat-kompos-menggunakan-composting-bag/

https://www.eawag.ch/fileadmin/Domain1/Abteilungen/sandec/publikationen/SWM/BSF/Buku_Panduan_BSF_LR.pdf

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami