Industry Updates

Lebih Peduli Bantar Gebang Lewat Buku Di Balik Tirai Aroma Karsa

Aroma Karsa by Dee Lestari

Di Balik Tirai Aroma Karsa

Kisah Jati Wesi dari Bantar Gebang

Adalah Jati Wesi, tokoh fiktif dari novel Aroma Karsa (2017) gubahan Dee Lestari (Supernova, Madre) yang semakin membuka mata dunia tentang tempat pembuangan sampah akhir penduduk Jakarta: TPST Bantar Gebang. Dijuluki si Hidung Tikus, Jati Wesi di dalam novel Aroma Karsa dikisahkan memiliki indera penciuman luar biasa. Begitu mahirnya kemampuan Jati Wesi dalam membedakan dan meramu aroma, hingga keahliannya untuk menciptakan parfum dianggap cukup kontras dengan caranya mengais rizki dalam keseharian: petugas di pusat pengolahan kompos Bantar Gebang.

Demi menyelami kehidupan Jati Wesi, penulis Dee Lestari melakukan riset mendalam terhadap TPST Bantar Gebang pada tahun 2016. Dibantu oleh Waste4Change, Vida Bekasi, Pemprov DKI Jakarta, serta pengelola TPST Bantar Gebang, Dee menghimpun semua fakta yang dibutuhkan untuk memperkuat kisah Aroma Karsa.

Di puncak bukit, saya berdiri memandangi hamparan sampah ratusan hektar. Pemandangan itu tidak ada duanya sekaligus mencekam.

– Dee Lestari, penulis buku Aroma Karsa (2017) dan Di Balik Tirai Aroma Karsa (2018)

Dee Lestari di atas Gunungan Sampah
Dee Lestari upon doing a research at Bantar Gebang – Source: Poskota

Usaha Dee terbukti membuahkan hasil yang baik, Aroma Karsa yang diterbitkan di bawah bendera Bentang Pustaka memperoleh rating yang cukup tinggi di situs review buku Goodreads (4,4/5  tertanggal 29 Agustus 2018). Keberhasilan Aroma Karsa tidak berhenti hanya di sana, kehadirannya di dunia literasi berhasil menarik keingintahuan pembaca dan masyarakat awam tentang TPST Bantar Gebang. Kisah tentang Jati Wesi tersebut semakin meningkatkan kepedulian akan lingkungan dan penduduk yang tinggal di TPST Bantar Gebang.

Gunung Sampah di Pulau Jawa

Mountains of Trash – Source: Sebarr

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang merupakan lokasi di bagian barat Jawa, tepatnya Bekasi Timur, yang digadang-gadang sebagai tempat pembuangan sampah akhir terbesar di Indonesia, sekaligus satu-satunya TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) sampah yang dimiliki oleh wilayah Jakarta. Pemprov DKI Jakarta menyebutkan bahwa luas TPST Bantar Gebang mencapai 110,3 hektar, dengan ketinggian sampah mencapai 30 meter. Terhitung ada 7000 hingga 7500 ton sampah yang masuk ke Bantar Gebang setiap harinya, akumulasi sampah selama 2 hari di tempat pembuangan akhir tersebut setara dengan luas 1 Candi Borobudur.

Sebelum diambil alih oleh Pemprov DKI Jakarta dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, kondisi pengolahan sampah di Bantar Gebang cukup mengenaskan. Sampah-sampah organik yang  tercampur dengan sampah lainnya menyebabkan timbulan gas metan yang terkungkung di dalam gunungan sampah. Gas metan yang rentan terhadap sumber api bisa menyebabkan ledakan, yang memang pernah terjadi dan menelan 3 korban pada tahun 2015 di TPST Bantar Gebang (sumber: Okezone).

Penduduk Bantar Gebang sebagian besar hidup di bawah garis ekonomi bawah. Komunitas lokal BGBJ menyebutkan bahwa ada kurang-lebih 3000 kepala keluarga yang hidup di sekitar TPST Bantar Gebang, mayoritas berprofesi sebagai pemulung. Anak-anak yang lahir dan tinggal di Bantar Gebang umumnya tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Bau yang menyengat tidak hanya mempengaruhi kesehatan namun juga kondisi mental penduduk Bantar Gebang. Banyak di antara mereka yang kurang percaya diri saat harus tampil di lingkungan social luar Bantar Gebang, salah satunya dikarenakan aroma tak sedap yang menempel di pakaian dan tubuh mereka.

Di Balik Tirai Aroma Karsa & Donasi via BGBJ

Mengemban misi untuk memberikan mimpi bagi anak-anak di wilayah Bantar Gebang, komunitas local, BGBJ (bgbj.org), hadir sebagai wadah edukasi dan salah satu penghubung penduduk Bantar Gebang dengan dunia luar.

Pencetus BGBJ, Resa Boenard, lahir dan dibesarkan di Bantar Gebang. Namun berbeda dari teman-teman sebayanya di Bantar Gebang, orang tua Resa berjuang keras menyekolahkan Resa hingga tingkat yang tinggi. Sadar dengan kondisi lingkungan Bantar Gebang yang membutuhkan perhatian, Resa pun kembali ke kampung halamannya dan mengabdikan ilmu serta inspirasinya di sana.

Buku Di Balik Tirai Aroma Karsa (2018) merupakan karya non-fiksi terbaru Dee Lestari yang diterbitkan oleh bookslife.co.  Buku Di Balik Tirai Aroma Karsa berisi kisah dan perjalanan Dee dalam menuliskan karya besarnya, Aroma Karsa, pengalamannya melakukan riset di Bantar Gebang, serta tips dan pengalaman menulisnya selama lebih dari 17 tahun karier kepenulisan.

Menilik besarnya peran latar belakang dan komunitas Bantar Gebang pada kesuksesan buku Aroma Karsa, juga terdorong dengan niat untuk meningkatkan kualitas kehidupan Bantar Gebang, penerbit Bookslife.co dan penulis Dee Lestari serta banyak pihak terkait lainnya, bekerja sama untuk menggalang donasi bagi penduduk Bantar Gebang. Sebagian dari hasil penjualan buku Di Balik Tirai Aroma Karsa hingga periode tertentu akan didonasikan kepada komunitas BGBJ dalam bentuk buku anak. Informasi tentang penjualan buku Di Balik Tirai Aroma Karsa bisa didapatkan pada website resmi Bookslife.co.

Wajah Baru Bantar Gebang

TPST Bantar Gebang resmi diambil alih oleh Pemprov DKI Jakarta dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada tanggal 19 Juli 2016. Pengembangan dan peningkatan kualitas telah banyak dilakukan, mulai dari penambahan hingga 3000 unit armada truk sampah, penghijauan lingkungan sekitar Bantar Gebang, restrukturisasi operasional Bantar Gebang, hingga pemberian jaminan kesehatan untuk pekerja.

Gunungan sampah yang dulu menyebar tak tertata dan rentan longsor, sekarang telah diatur membentuk undakan/terasering. Pelapis g-membrane digunakan untuk menutup hamparan sampah dan telah terbukti berhasil mengurangi bau yang menyengat. Fasilitas pemrosesan sampah organik menjadi kompos semakin ditingkatkan, begitu pula dengan penyediaan listrik tenaga biogas dan Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS).

Source: Pemprov DKI Jakarta

Pemprov DKI Jakarta dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta berupaya untuk terus meningkatkan kualitas pemrosesan dan daur ulang sampah maupun kehidupan sekitar Bantar Gebang ke depannya. Diharapkan, dengan adanya perbaikan struktur, serta sarana dan prasarana secara berkelanjutan, TPST Bantar Gebang akan ikut andil dalam menyukseskan program Indonesia Bersih Sampah 2025. Namun, penentu nasib TPST Bantar Gebang dan penduduk sekitarnya sejatinya ada pada perilaku masyarakat luas dalam mengurangi jumlah sampah yang masuk ke Bantar Gebang dan tempat pemrosesan akhir sampah lainnya.

Kami sebenarnya sudah menyatakan bahwa Jakarta ini darurat sampah dan kalau semua pola dari masyarakat (terhadap sampah) tidak berubah, (TPST Bantar Gebang) hanya bisa menerima sampah maksimal itu 5 tahun lagi.

– Asep Kuswanto, Kepala Unit TSPT Bantar Gebang

Perubahan Perilaku Terhadap Sampah

Waste4Change Garbage Bins
Waste4Change Garbage Bins

Saya rasa, Pemerintah juga harus mulai memberikan edukasi maupun juga pemahaman bahwa sampah itu mahal, sampah itu bukan sesuatu yang bisa kita lakukan secara cuma-cuma. Sampah dan harga yang harus kita keluarkan untuk menyampah, itu seharusnya menjadi biaya yang tidak kecil. Supaya apa? Supaya kita lebih menghargai gaya hidup kita, lebih menghargai apa yang kita miliki, dan tidak semudah itu menyampah sembarangan.

– Dee Lestari, penulis Di Balik Tirai Aroma Karsa (2018) dan Aroma Karsa (2017)

Program Indonesia Bebas Sampah 2025 yang mendorong pengurangan jumlah sampah dan peningkatan jumlah daur ulang sampah telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Oktober 2017. Ditambah dengan banyaknya peraturan dan undang-undang lain yang mendorong perilaku pengolahan sampah yang lebih baik, Pemerintah Indonesia terbukti telah melakukan upaya-upaya untuk semakin menyadarkan penduduk Indonesia akan dampak sampah dan harga yang harus dialokasikan untuk pengolahan sampah.

Sampah merupakan tanggung jawab masing-masing individu. Tugas kita dalam mengolah sampah tidak berhenti hanya pada pemilahan dan pembuangan sampah pada tempatnya, namun juga memastikan bahwa sampah kita nantinya akan ditangani dengan baik. Bantar Gebang hanyalah satu dari banyak potret kehidupan yang terkena dampak buruk dari pengolahan sampah yang kurang efektif dan efisien. Kenyataan yang terjadi di Bantar Gebang bisa menjadi kenyataan yang terjadi di hamper semua tempat nantinya, jika kita tidak segera memperbaiki perilaku kita terhadap sampah.

Bijak Kelola Sampah. Mari pilah dan kurangi jumlah sampah yang kita hasilkan setiap harinya!

Baca artikel versi Bahasa Inggris/English version di sini.

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami