Industry Updates

Kelola Sampah Organik Rumah Tangga dengan Lubang Biopori

Menurutmu, jenis sampah apa yang paling banyak ditemukan di TPA?

Banyak orang mengira sampah plastik menjadi jenis nomor satu yang mendominasi di tempat pembuangan. Sebagaimana banyak informasi tentang banyaknya penggunaan plastik yang digaungkan di berbagai media.

Lubang biopori

Selain itu, pemerintah juga telah menggalakkan peraturan tentang pembatasan penggunaan plastik di berbagai daerah di Indonesia. Kini, kantong plastik tidak lagi disediakan di berbagai supermarket bahkan banyak rumah makan yang tidak menyediakan alat makan plastik sekali pakai. Namun, sampah plastik bukanlah jawabannya. 

Sampah Organik Mendominasi di Banyak TPA

Merujuk pada data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2021 menunjukkan sampah organik menjadi nomor satu di komposisi sampah nasional dengan angka 29.3% kemudian diikuti dengan sampah plastik sebanyak 15.64%. 

Lantas, mengapa sampah organik atau yang disebutkan adalah sisa makanan dapat dihasilkan begitu banyak? Bahkan angka tersebut menunjukkan hampir dua kali lipat dari sampah plastik. Selain itu, data SIPSN tahun 2021 tersebut juga memberikan informasi bahwasanya berdasarkan sumber sampah, sampah rumah tangga berada di urutan nomor satu. 

Alasan sampah organik yang dihasilkan sangat banyak adalah karena banyaknya sisa makanan yang dihasilkan. Menurut hasil analisis Kompas tahun 2022, rata-rata setiap orang di Indonesia menghasilkan sampah makanan yang setara dengan  2,1 juta rupiah setiap tahunnya.

Sementara itu, sisa potongan sayur, kulit buah, sisa makanan dan sebagainya dihasilkan oleh tiap rumah tangga dan sayangnya belum banyak rumah tangga yang dapat mengolah jenis sampah tersebut dengan metode pengelolaan sampah kompos. Maka dari itu, sampah organik dan sampah rumah tangga menjadi nomor satu yang mendominasi di banyak TPA. 

Mengompos sampah organik dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi jumlah sampah yang dapat menghasilkan bau busuk. Salah satu metode pengelolaan sampah dengan mengompos adalah menggunakan metode lubang biopori. Dengan lahan secukupnya seperti kedalaman lubang sekitar 100 cm serta diameter 10 cm, lubang biopori ini dapat menjadi tempat untuk membuang sampah organik apapun sekaligus daerah resapan air.  

Prinsip Kerja Lubang Biopori

Berbeda dengan jenis metode mengompos lainnya yang membutuhkan perawatan lebih intensif, metode pengelolaan sampah biopori dinilai lebih praktis dan efisien. Kebanyakan metode mengompos lain membutuhkan pengecekan secara berkala, pengadukan sampah, hingga cairan bioaktivator guna mempercepat proses mengompos di dalam komposter. 

Metode pengelolaan sampah biopori hanya membutuhkan investasi berupa pipa beserta tutupnya di awal pembuatan. Proses pembuatan lubang biopori dijelaskan dalam laman ini. Setelah selesai membuat lubang biopori dan memasukkan pipa ke dalam lubang tersebut, proses mengompos dapat segera dilakukan. 

Berbagai jenis sampah organik mulai dari daun kering, ranting, potongan kulit buah, sayur, sisa makanan, hingga tulang dapat dimasukkan ke dalam lubang biopori. Hanya saja untuk mengurangi bau yang dihasilkan, sampah daun kering perlu juga dimasukkan setelah memasukkan sampah organik basah.

Setelah itu, proses mengompos sudah berjalan tanpa dibutuhkan proses pengadukan secara berkala. Selang beberapa waktu, sampah organik pun akan menyusut dan sampah organik berubah menjadi nutrisi atau makanan bagi biota tanah yang ada di dalamnya. 

Cerita Mereka tentang Manfaat Lubang Biopori

Pada tahun 2021, Departemen Teknik Sipil Universitas Diponegoro melakukan pengabdian masyarakat dengan membuat lubang biopori yang mereka sebut dengan SiLuRi BeRuTang (Modifikasi Lubang Biopori Berbasis Rumah Tangga).

Pengabdian yang dilakukan di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar tentang cara pembuatan serta penggunaan lubang biopori. Agar nantinya bisa mengurangi timbunan sampah organik rumah tangga serta mengurangi genangan air di lokasi kegiatan saat terjadi hujan lebat. Banyaknya tumpukan sampah organik yang berasal dari limbah rumah tangga pun dapat teratasi dengan metode pengelolaan sampah biopori.  

Selain itu, cerita lainnya didapatkan dari program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang membuat lubang biopori sebagai sumber resapan air di kawasan yang sangat rawan banjir di Desa Kedungsugo, Prambon, Sidoarjo pada Februari 2022. 

Banjir yang sering terjadi di kawasan tersebut adalah jalan yang biasa dilalui oleh masyarakat sehingga saat banjir terjadi, aktivitas warga sekitar pun terhambat. Dengan dibuatnya 8 lubang resapan biopori, banjir yang biasanya setinggi mata kaki menjadi lebih surut dan hanya menjadi genangan air. 

Dengan hasil tersebut, program ini membuat masyarakat antusias dan menjadi ingin tahu tentang pembuatan lubang biopori karena selain mengatasi banjir, penggunaan lubang biopori ini dapat menjadi lahan untuk pembuangan sampah organik.  Pengabdian ini juga dinilai berhasil karena telah menumbuhkan kesadaran masyarakat setempat akan ruang hijau dan isu lingkungan di sekitar.

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami