Industry Updates

Lubang Resapan Biopori: Pencegah Banjir dan Penghasil Kompos

Kadar Air Tanah dan Potensi Banjir

Banjir di salah satu kawasan di Jakarta
Banjir di salah satu kawasan di Jakarta. Sumber: Jawapos.com

Di kota-kota besar dan padat penduduk seperti Jakarta, banjir menjadi hal yang lazim. Selain karena curah hujan yang tinggi, banjir seringkali diperparah oleh kurangnya kawasan resapan air di Ibu Kota.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan bahwa 85% air hujan yang jatuh terkonversi menjadi air permukaan.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar tutupan lahan adalah beton dan semen, sehingga air hujan tidak bisa meresap ke dalam tanah. Selain itu, beliau juga menyatakan bahwa permukaan tanah Jakarta hanya mampu menyerap sebanyak 15% genangan air ke dalam tanah.

Ilustrasi Air Hujan yang Terbuang Percuma dan Berkurangnya Jumlah Air Tanah.
Ilustrasi Air Hujan yang Terbuang Percuma dan Berkurangnya Jumlah Air Tanah. Source: resapanbiopori.blogspot.com

 Di musim kemarau, kondisi tersebut dapat menyebabkan warga mengalami kekurangan air dikarenakan tidak adanya cadangan air di dalam tanah.

Masalah belum berhenti sampai disitu, sebab tipisnya cadangan air tanah juga mampu menyebabkan turunnya permukaan tanah itu sendiri. Bahkan menurut Bank Dunia, kurang lebih 40% dari wilayah Jakarta berada di bawah permukaan air laut.   

Lantas adakah hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut? Jawabannya ada, dan setiap orang bisa melakukannya dari rumah masing-masing, yaitu dengan membuat lubang resapan biopori.

Gambar Permukaan Lubang Resapan Biopori
Gambar Permukaan Lubang Resapan Biopori. Sumber: rumahpantura.com

Apa itu Lubang Resapan Biopori?

Istilah Biopori mengacu pada lubang atau lorong-lorong kecil yang terbentuk di dalam tanah sebagai hasil dari aktivitas organisme seperti cacing, rayap tanah, akar tanaman, dan lain-lain.

Konsep biopori inilah yang dicoba untuk ditirukan dengan teknologi Lubang Resapan Biopori, atau biasa disingkat LRB. Teknologi LRB ini berupa lubang berbentuk silinder (biasanya dilapisi dengan pipa plastik) yang ditanam ke dalam tanah secara tegak lurus (vertikal).

Lubang biopori ini biasanya memiliki diameter sebesar 10 cm dan ditanam dengan kedalaman 100 cm.

Ilustrasi Lubang Resapan Biopori
Ilustrasi Lubang Resapan Biopori. Sumber: alamendah.org

Manfaat dari Lubang Resapan Biopori

Pembuatan LRB akan mendatangkan banyak manfaat, yaitu:

  1. Membantu mengurangi sampah organik. Sampah dapur seperti kulit buah dan sisa sayur-sayuran dapat dimasukkan ke dalam LRB untuk kemudian diubah menjadi kompos. Hal ini tentu akan mengurangi jumlah volume sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah semakin penuh. Tidak hanya itu, proses perawatan lubang resapan biopori juga akan membuat masyarakat menjadi terbiasa dalam memilah sampah mereka menjadi minimal dua kategori: sampah organik dan non-organik
  2. Menyuburkan tanah. Lubang resapan akan membuat tanah menjadi lebih gembur karena banyak mengandung air dan udara. Selain itu, sampah organik yang ditaruh di dalam lubang resapan akan menstimulasi aktivitas mikroorganisme di dalam tanah, yang kemudian akan menguraikan sampah organik dan mengubahnya menjadi pupuk kompos. Kompos tersebut nantinya akan meningkatkan kesuburan tanah, serta dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman.

                  

Gambar kompos
Kompos. Sumber: http://www.sajadah.com 

3. Mencegah banjir dan menambah cadangan air tanah. Dengan adanya lubang resapan biopori, air hujan akan lebih mudah untuk masuk ke dalam tanah, karena lubang biopori dapat meningkatkan luas bidang resapan menjadi 40 kali lipat. Nantinya, air hujan yang masuk ke dalam tanah akan membuat cadangan air tanah semakin banyak, dan resiko banjir serta kekeringan dapat berkurang.

4. Mengurangi terbentuknya genangan-genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab penyakit seperti demam berdarah.

Lokasi Penempatan Biopori

Sebelum mulai membuat LRB, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan lokasi yang tepat. Lubang resapan biopori sebaiknya dibuat dimana air secara alami akan cenderung berkumpul.

LRB dapat dibuat di dasar saluran yang tadinya digunakan untuk menyalurkan air hujan, di dekat pepohonan, di area pekarangan yang cenderung lebih rendah dari area lainnya, atau di batas taman.

Selain itu, LRB harus dibuat di tempat yang tidak banyak dilalui orang, terutama anak-anak, untuk menghindari kemungkinan kaki terperosok dan LRB yang terinjak, yang akan merusak penampang atau penutup LRB.

Cara Membuat Lubang Resapan Biopori

Peralatan yang harus dipersiapkan untuk membuat LRB antara lain:

  • bor tanah atau linggis
  • pipa PVC berukuran 10 cm beserta tutupnya yang sudah dilubangi
  • sampah organik
  • air.

Adapun langkah-langkah membuatnya adalah sebagai berikut:

  1. Siram tanah yang akan dibuatkan lubang resapan dengan menggunakan air. Hal ini bertujuan agar tanah menjadi lebih lunak dan mudah untuk dilubangi.  
  2. Lubangi tanah yang basah dengan menggunakan bor tanah/linggis. Untuk mempermudah penggalian menggunakan bor tanah, ketika mata bor sudah masuk seluruhnya, tarik bor tersebut sambil diputar ke kanan. Kemudian bersihkan tanah yang terangkat dan ulangi prosesnya sampai mencapai kedalaman yang yang diinginkan. Pastikan lubang yang digali tegak lurus. Jika penggalian lubang menjadi sulit karena tanahnya masih keras, siram kembali tanah tersebut dengan air. Selain itu, apabila selama penggalian ditemukan kerikil dan batu-batuan, keluarkan semua kerikil tersebut agar tidak menghambat lubang biopori.
Cara Membuat Lubang Resapan Biopori
Cara Membuat Lubang Resapan Biopori. Sumber: bebasbanjir2025.wordpress.com
  1. Isi lubang yang telah digali dengan pipa PVC yang sudah dilubangi. Agar lebih kokoh, sekeliling pipa dapat dilapisi dengan semen.
  2. Isi pipa PVC yang sudah dimasukkan ke dalam tanah dengan sampah organik seperti dedaunan, kulit buah-buahan, dan sayuran. Hal ini bertujuan untuk menstimulasi aktivitas organisme seperti cacing tanah, karena sampah organik merupakan sumber makanan mereka.
  3. Setelah diisi, tutup lubang biopori dengan tutup pipa yang juga sudah dilubangi.
Cara Membuat Lubang Resapan Biopori
Cara Membuat Lubang Resapan Biopori. Sumber: bebasbanjir2025.wordpress.com

Perihal jumlah lubang yang perlu dibuat, sebaiknya mengikuti formula sebagai berikut

Jumlah LRB = Intensitas hujan (satuan mm/jam x Luas Bidang Kedap (dalam m2) dibagi dengan Laju Peresapan Air Per Lubang (dalam liter/jam).

Contoh: Daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air per lubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada bidang kedap seluas 100 m2, maka lubang yang perlu dibuat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 buah.

Adapun jarak minimal antar LRB yaitu 50 cm.

Jenis Sampah yang Bisa Masuk ke dalam Lubang Resapan Biopori

Jenis sampah yang dapat dikomposkan di dalam lubang resapan biopori antara lain sampah kebun (misalnya dedaunan, pangkasan rumput, dan ranting pohon), sampah dapur (sisa sayuran dan tulang hewan), serta sampah produk dari pulp (kardus dan kertas).

Sampah anorganik seperti kaleng, plastik, kaca, ataupun logam tidak boleh dimasukkan ke dalam LRB karena tidak bisa terurai.

Jenis Sampah yang Boleh dan Tidak Boleh Dimasukkan ke dalam Lubang Resapan Biopori
Jenis Sampah yang Boleh dan Tidak Boleh Dimasukkan ke dalam Lubang Resapan Biopori. Sumber: bebasbanjir2025.wordpress.com

Perawatan Lubang Resapan Biopori

Setelah selesai dibuat, perawatan lubang resapan biopori dapat dilakukan dengan cara mengisi lubang tersebut dengan sampah organik.

LRB yang berdiameter 10 cm dengan kedalaman 100 cm, setiap lubangnya dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Dengan begitu, setiap lubang dapat diisi dengan sampah organik selama 2-3 hari.

Selang beberapa waktu, bahan organik dalam LRB akan menyusut sehingga dapat ditambahkan sampah organik lagi. Setelah kurang lebih 3 bulan, angkat kompos dari lubang resapan dan ulangi kembali proses pengisian lubang resapan dengan sampah organik.  

Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya bau dari timbunan sampah organik di dalam LRB, tempatkan sampah dapur, daging atau tulang di bagian bawah lubang, kemudian tambahkan sampah kebun di atasnya sampai LRB penuh.

Sekalipun tetap menimbulkan bau, umumnya bau tersebut hanya terjadi di awal dan tidak bertahan lama.  

Metode Pembuatan Kompos Lainnya

Sampah Organik
Sampah Organik. Sumber: kabartani.com

Selain dengan Lubang Resapan Biopori, pengolahan sampah organik menjadi kompos juga dapat dilakukan beberapa cara lain, diantaranya pembuatan kompos dengan keranjang Takakura, dengan metode Windrow Composting, Vermicompost (memanfaatkan cacing), serta metode yang mungkin masih terdengar asing, yaitu menggunakan Black Soldier Flies atau biasa disebut BSF.

BSF merupakan jenis lalat yang ukurannya lebih besar dari lalat biasa, dan memiliki kemampuan untuk menguraikan sampah organik. Jika ingin mempelajari lebih lanjut mengenai BSF, silahkan mengunjungi bit.ly/W4CBSFsolusi   

Referensi:

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami