Pemilik Aset Bergerak ke Arah Investasi Rendah Karbon

Investasi Rendah Karbon

Telah tiba masanya bagi para investor maupun perusahaan untuk mengambil peran aktif dalam mengatasi perubahan iklim. Caranya adalah dengan menerapkan ekonomi dekarbonisasi dan memulai investasi rendah karbon.

Para investor punya keleluasaan untuk mewujudkannya karena ada ruang untuk berinovasi. Finansial pun mendukung. Belum lagi, peralatan yang diperlukan juga memadai.

Kunci Investasi Rendah Karbon

Jenis investasi untuk mendanai perekonomian rendah karbon masih terbatas. Setidaknya, belum semudah investasi tradisional. Apabila perusahaan memutuskan untuk mencoba investasi semacam ini, bisa dimulai dengan mengintegrasikan risiko perubahan iklim ke dalam investasi.

Dari situlah kemudian perusahaan bisa menerapkan beberapa strategi demi mewujudkan dekarbonisasi. Contohnya dengan memberikan pendanaan untuk pemain kunci yang aktif dalam kampanye transisi energi.

Lewat green bonds semacam ini, mekanisme pendanaannya memiliki transparansi cukup tinggi. Tak hanya itu, akan memperluas cakupannya pada pemain lain yang juga berjuang dalam transisi demi energi berkelanjutan.

Tentu memilih untuk berinvestasi secara berkelanjutan bukan perkara sepele. Terkadang, banyak sektor juga menghadapi tantangan cukup besar dalam merunut jejak karbon yang dihasilkannya.

Itulah mengapa mereka memerlukan investor yang inovatif untuk membantu mengubah kebijakan perusahaan menjadi rendah karbon. Ada risiko, ada pula peluangnya. Semua berjalan beriringan.

Bukan hanya bagi perusahaan yang bergerak di bidang energi saja. Bahkan perusahaan lain juga perlu menemukan celah untuk mengurangi emisi dan polusi yang dihasilkannya.

Ingin contoh yang mungkin tak terduga sebelumnya? Sektor perbankan juga memegang peran penting dalam menyukseskan perubahan energi menjadi rendah karbon.

Mengapa Investasi Rendah Karbon Diperlukan?

Pelan namun pasti, manajemen sampah Indonesia perlahan beralih agar bisa memitigasi dampak dari perubahan iklim. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015, sebanyak 69% sampah berakhir di TPA, 23,5% dikelola secara ilegal dengan cara seperti dibakar atau dikubur, dan hanya sekitar 7,5% yang didaur ulang maupun kompos.

Maju ke tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 terjadi, muncul tantangan baru dalam pengelolaan sampah ramah lingkungan. Ada tambahan sampah medis dan infeksius yang menyumbang tingginya tumpukan sampah di TPA.

Lebih jauh lagi, jenis sampah medis dan infeksius ini merupakan jenis yang sulit didaur ulang atau residu. Tentu saja, karena ada risiko menyebarkan penyakit dan bahannya yang memang mudah rusak.

Bukan hanya itu saja. ketika pengangkutan sampah ramah lingkungan kian rumit, artinya jenis sampah pun meluas. Ada banyak jenis sampah lain yang enggan dikelola, seperti alat makan bekas.

Efeknya domino: Bukan hanya mencemari lingkungan semakin parah, juga bisa menulari petugas yang turun tangan langsung dalam manajemen sampah Indonesia.

Itulah mengapa investasi rendah karbon diperlukan untuk menghadapi situasi ini. Bukan hanya dalam bentuk inovasi dan teknologi, namun juga sumber daya manusia hingga edukasi.

Waste4Change dari Bekasi telah berpengalaman berkecimpung dalam pengelolaan sampah ramah lingkungan hingga pengangkutan sampah ramah lingkungan. Bahkan, Waste4Change telah mendapatkan kepercayaan dari Agaeti Ventures together with East Ventures and SMDV pada Maret 2020 lalu.

Namun, perjuangan masih panjang. Peluang investasi dan kerja sama dengan pihak-pihak lain yang tertarik dengan investasi rendah karbon tetap terbuka lebar. Dengan demikian, manajemen sampah Indonesia bisa jadi lebih baik lagi.

Referensi:

Investing in the Low-Carbon Economy. https://www.ft.com/brandsuite/Amundi/investing-in-the-low-carbon-economy.html?utm_source=TW&utm_medium=interest&utm_content=image_tweet

How to Invest in the Low-Carbon Economy. https://www.unpri.org/download?ac=6241

Managing Climate Change Risks with High Quality, Low Carbon Portfolios. https://www.morganstanley.com/ideas/climate-change-low-carbon-stock-investing

Author: Azelia Trifiana