Industry Updates

Perubahan Iklim Berpotensi Memperburuk Bencana Alam

Climate Change atau perubahan iklim disebut dapat memperburuk bencana alam. Hal ini diungkap langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, dimana perubahan iklim yang terjadi di dunia secara nyata telah meningkatkan potensi kejadian bencana.

perubahan iklim
Permukaan air laut hampir menyamai daratan
[Sumber: Indonesia Water Portal]

“Berdasarkan data yang kami himpun dari 1 Januari hingga 31 Mei 2023 terdapat setidaknya 1.675 kejadian yang didominasi oleh bencana hidrometeorologi sebesar 99,1%, dengan rincian 92,5% adalah bencana hidrometeorologi basah dan 6,6% merupakan bencana hidrometeorologi kering, sisanya merupakan bencana geologi dan vulkanologi,” kata Suharyanto dikutip dari BNPB.

Di Indonesia, menurut Suharyanto, bencana hidrometeorologi sudah mendominasi benca alam yang terjadi pada lima bulan awal tahun 2023.

Bencana Hidrometeorologi

Bencana alam yang akan terkena dampak besar oleh Climate Change adalah bencana hidrometeorologi. Hal ini dikarenakan bencana hidrometeorologi erat kaitannya dengan anomali atmosfer.

Contoh dari bencana hidrometeorologi adalah banjir, longsor, tornado, siklon, dan kekeringan. Bencana-bencana tersebut juga memberikan dampak yang sangat luas.

perubahan iklim
Perubahan iklim berdampak pada banyak hal [Sumber: European Commission – European Union]

Menurut data pusat data bencana internasional dari kompas.id, The International Disaster Database EM-DAT, cakupan bencana hidrometeorologi lebih dari 50 persen dari total kejadian bencana dunia, dengan total kerugian 1,67 triliun dollar AS atau Rp 25 kuadriliun.

Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor terus banyak terjadi di berbagai penjuru dunia bahkan di Indonesia. 

Menurut The International Disaster Database EM-DAT, sepanjang periode 1900 hingga 2023, jumlah kejadian bencana naik drastis, khususnya mulai tahun 1980-an dan rata-rata kenaikannya mencapai 22 persen dengan jangkauan kejadian menyeluruh di seluruh dunia.

Bencana Alam yang Terdampak Climate Change

Banjir

Salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir adalah curah hujan yang tinggi dalam watku yang lama. Hal inilah yang menjadi penyebab ketika Banjarmasin dilanda banjir selama hampir satu bulan pada 2022 lalu. Kala itu lebih dari 130.000 orang mengungsi akibat banjir yang terus menggenang. 

Banjir di salah satu kawasan di Jakarta
Banjir di salah satu area di Jakarta. [Sumber: Jawapos.com]

Tak hanya Banjarmasin, curah hujan yang tinggi juga mengakibatkan banjir di beberapa daerah lain di Indonesia seperti Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, dan lima kabupaten di Kalimantan Tengah.

Selain itu, banjir dahsyat akbiat curah hujan tinggi juga menyerbu Jerman Barat dan mengakibarkan korban jiwa sebanyak 177 orang dan setidaknya 100 di antaranya belum ditemukan. Banjir dahsyat juga menimpa Belgia dan menewaskan sampai 37 orang.

Suhu Panas Ekstrim

Climate Change atau perubahan iklim bisa membuat suhu bumi naik secara atau turun secara drastis. Dalam kasus ini, climate change bisa mendorong kenaikan suhu ekstrim.

Sebuah analisis yang diambil dari BBC News Indonesia yang dilakukan oleh lembaga iklim yang berbasis di California, Berkley Earth, menemukan bahwa hampir 400 rekor suhu tinggi sepanjang masa akan terjadi di 29 negara antara Mei dan Agustus 2019 lalu.

Selain itu, Ahli iklim dan sejarawan cuaca Maximiliano Herrera menyebutkan bahwa di pertengahan tahun 2021 sudah ada lebih dari 260 catatan suhu tinggi di 26 negara.

Gelombang panas ekstrem di Korea Selatan

Menanggapi hal ini, Geert Jan van Oldenborgh yang merupakan peneliti iklim di Institut Meteorologi Kerajaan Belanda mengatakan bahwa angka tersebut jauh lebih besar dari apa yang diprediksinya.

“Jumlah catatan ini benar-benar mengejutkan, kami tidak menyangka sebanyak itu,” ucap Geert Jan van Oldenborgh dikutip BBC.com

“Masalah terbesar, bagaimanapun, adalah bahwa kita belum melihatnya datang dengan intensitas seperti itu.”

Amerika Serikat dan Kanada sudah mengalami cuaca ekstrim dengan Lebih dari 1.200 rekor suhu siang hari dan 1.500 malam hari dipecahkan di kota-kota Amerika Utara antara 24 dan 30 Juni 2021 lalu, menurut data dari National Oceanic and Atmospheric Administration.

Di Kanada, rekor suhu negara itu dipecahkan selama tiga hari berturut-turut di Lytton, British Columbia, yang mencapai 49,6 Celcius.

Panas ekstrim tersebut ditambah kekeringan menjadi penyebab terjadinya kebakaran besar yang membakar hampir seluruh desan.

Pada 2021 lalu, sudah terjadi 4.900 kebakaran di California. Jumlah selisih 700 lebih banyak dari kebakaran yang terjadi di tahu 2020 lalu.

Badai Ekstrim

Selain banjir, badai ekstrim juga bisa terjadi dikarenakan curah hujan tinggi. Bencana alam ini sempat terjadi pada Juli 2021 lalu di kota Zhengzhou, Tiongkok.

Kala itu, curah hujan kota Zhengzhou sangat tinggi bahkan menyamai curah hujan selama setahun yaitu sebesar 624 mm.

perubahan iklim
Badai ekstrem di Jakarta [Sumber: Republika]

Badai ekstrim ini bertahan sampai tujuh hari dan juga menyebabkan banjir yang mengakibatkan  200.000 orang dievakuasi dan 33 meninggal dunia.

Surat kabar asal China Xinhua dikutip dari Kompas.id, mengungkapkan kemungkinan kerugian akibat bencana alam ini bisa mencapai 2 miliar dollar AS.

Kesimpulan

Climate Change merupakan fenomena alami dimana bumi mengalami perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang. Dampak dari perubahan iklim bisa mengubah pola cuaca dan mengganggu keseimbangan alam yang normal.

Untuk mecegah hal ini terjadi tentunya kita harus memulai perubahan. Kita dapat mulai perubahan tersebut dari hal-hal kecil seperti meminimalisir potensi percepatan perubahan iklim. Salah satunya adalah dengan mengurangi emisi karbon dan mengelola sampah secara bertanggung jawab.

Manfaatkan layanan Personal Waste Management untuk membantu mengelola sampah rumah tangga secara bertanggung jawab. Kunjungi w4c.id/PWM atau klik disini untuk informasi lebih lanjut.

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami