Industry Updates

Belajar dari Bumi Langit: #MerdekaDariSampah

Sudah pernah mendengar soal Bumi Langit sebelumnya? Bukan, bukan Bumilangit yang membuat karakter dan komik tentang pahlawan lokal Indonesia, tetapi Bumi Langit sebagai sebuah ruang hidup dimana kita bisa belajar tentang keseimbangan antara manusia dan alam.

bumi langit
Taken from website http://bumilangit.org/

Tim Waste4Change mengetahui soal Bumi Langit saat menonton film Semes7a, dimana Bumi Langit menjadi salah satu dari 7 narasumber yang dengan caranya masing-masing, berjuang untuk menghadirkan solusi-solusi lokal atas permasalahan lingkungan yang kita hadapi.

Bertepatan dengan bulan Agustus dan momentum Kemerdekaan Republik Indonesia, Waste4Change pun berinisiatif untuk mewawancarai dan berdiskusi dengan Bumi Langit via panggilan jarak jauh (conference call) perihal isu sampah, dengan tema #MerdekaDariSampah. Beruntungnya lagi, pak Iskandar Waworuntu, atau biasa dipanggil Pak Is, selaku pendiri Bumi Langit lah yang bersedia berdiskusi dengan kami secara langsung.

bumi langit
A sneak peek of the online discussion between Waste4Change’s team and Pak Is as the founder of Bumi Langit through Zoom

Simak beberapa poin penting dan kesimpulan yang kami dapat dari hasil berdiskusi daring via Zoom dengan Pak Is

#1: Sampah merupakan sebuah produk kehidupan yang tidak ada presedennya di alam.

Ketika melontarkan pertanyaan pertama, pak Is mengajak kami untuk berbicara soal hakikat sampah, sebuah hal yang fundamental namun penting untuk direfleksikan.

Beliau bilang, dalam Islam Tuhan tidak menciptakan kesia-siaan. Semuanya diciptakan dalam rangka kemanfaatan. Dengan begitu, lanjut beliau, kalau kita makhluk Allah, maka suka tidak suka harus bermanfaat dan mengambil kemanfaatan.

Foto diambil dari website http://bumilangit.org/

“Dalam konteks ini, manusia punya posisi yang khusus, punya kehendak bebas apabila jika dibandingkan dengan makhluk hidup lain. Manusia bisa keluar dari kodratnya dan menentukan sesuatu selain apa yang ditentukan. Permasalahan pun muncul saat manusia memiliki kehendak bebas untuk merusak dan mengambil lebih dari apa yang ia butuhkan

Kalimat yang kemudian pak Is lontarkan membuat saya termenung,

Berlebih itu dilarang karena hakikatnya sedang mencuri. Objeknya dalam hal ini adalah alam.

“Tugas kita sebagai manusia yaitu bagaimana supaya kita bisa menjadi makhluk yang menanam kebaikan. Karena wujud nyata dari kesia-siaan itu tak lain dan tak bukan adalah sampah”

Pak Is juga mengajak kami untuk bercermin pada nenek moyang kita, bagaimana mereka dulu tidak menghasilkan sampah. Tidak ada residu dalam kehidupannya. Kemudian karena tidak ada sampah yang dihasilkan itu, maka pertanggung jawaban mereka menjadi ringan di akhirat nanti.

Ya, semua yang kita hasilkan dan berakhir menjadi kesia-siaan akan dmintai pertanggung jawabannya. Dan kita para manusia modern yang tinggal di perkotaan, kita punya tanggung jawab yang besar.

#2: Kita harus mengatakan TIDAK pada sistem yang mengandung kesia-siaan, mengatakan TIDAK pada sistem yang eksploitatif

Pada prinsipnya, sampah itu terjadi karena kesalahan sistem. Ada sistem yang salah sehingga sampah itu bisa terwujud.

Cara hidup kita yang sekarang berbasis pada mengambil dan bukan memberi, maka bisa dipastikan tidak berkelanjutan. Menurut pak Is, contoh perbuatan mengambil lebih daripada yang menjadi hak kita dan kelak menjadi akar permasalahan hidup ialah penggunaan (dan ketergantungan) kita terhadap bahan bakar fosil.

Photo credit: Marcin Jozwiak/Unsplash

Hal ini yang kemudian membuat hidup manusia menjadi tidak sustainable. Sustainability akan terjadi kalau kita menanam kebaikan, bukan malah mengeksploitasi.

Selain itu, pak Is juga menambahkan bahwa seringkali manusia melihat sampah hanya saat wujudnya masih nampak. Padahal sampah bisa tetap hadir dalam bentuk yang mikro sekalipun, dan menjadi beban bagi bumi dan alam yang harus kita bayar dengan harga yang mahal. Seperti inilah sistem rusak yang kita ciptakan.

Penting untuk diingat bahwa kita tidak bisa mencoba membangun kebaikan dari sesuatu yang rusak. Cara hidup kita yang sekarang ini sudah salah jalan, sekalipun dengan upaya-upaya kreatif yang mulai dicanangkan oleh banyak orang dan komunitas untuk menanggulangi permasalahan sampah.

Oleh karena itu, pak Is percaya bahwa satu hal mendasar yang harus kita lakukan terlebih dahulu adalah untuk menyadari bahwa yang kita lakukan salah, dan bagaimana kita harus keluar dari sistem yang rusak ini untuk kemudian membangun sistem yang lebih baik lagi.

#3 Yang biasa kita sebut recycle itu lebih tepat disebut sebagai “downcycle”, siklus menurun. Bukan seperti proses yang terjadi secara natural di alam.

Saat berbicara tentang recycle, barang yang kita daur ulang mungkin bisa berguna 1-2 kali, tetapi pada akhirnya kembali menjadi sampah.

Lebih jauh lagi, pak Is juga menyinggung persoalan pemulung dan petugas sampah, “Kita tidak bisa membiarkan petugas sampah dari pagi sampai sore mengurus sampah. Bawa anaknya ke TPA, tidurnya juga dikelilingi tempat sampah.

Ini sistem yang tidak pro kehidupan, tidak kreatif. Kita terbebani oleh mekanisme yg begitu buruk. Petugas sampah boleh jadi ada yang punya penghasilan besar, tapi itupun jika kita hanya menggunakan indikator ekonomi, profit.

Kalaupun ada yang berargumen bahwa residu masih punya nilai ekonomi maka hal itu sebenarnya sebuah pemaksaan untuk mencari kemanfaatan ekonomi.

#MerdekadariSampah ala Bumi Langit

Bumi Langit sendiri memiliki visi untuk bisa menjadi pusat pembelajaran bagi komunitas untuk memahami dan menerapkan prinsip hidup Sunatullah yang dekat dengan alam melalui kegiatan permakultur dan food forest.

Foto diambil dari website http://bumilangit.org/

Adapun Bumi Langit berpegang teguh pada Adab yang merupakan doa sekaligus perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa poin dari kerangka Adab yang dijadikan pedoman antara lain

  • Rasa hormat serta persaudaraan dengan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan, tumbuhan, air, tanah, matahari, dan lain-lain
  • Melatih spiritualitas sebagai upaya untuk memahami bahwa manusia adalah makhluk spiritual secara dunia maupun raga
  • Berdoa
  • Teosentris atau berpusat pada Allah

Selain itu, Bumi Langit sebagai sebuah ruang hidup juga tengah berusaha untuk bisa swasembada energi, yaitu dengan tidak bergantung pada listrik dari PLN, akan tetapi memanfaatkan listrik yang tercipta dari gabungan antara tenaga surya dan diesel.

Foto diambil dari website http://bumilangit.org/

Untuk soal masak memasak, Bumi Langit juga memanfaatkan biogas dari hasil pengolahan kotoran manusia dan hewan. Begitupun dengan pemanfaatan airnya.

Dari hal-hal yang dicoba diterapkan di Bumi Langit, seakan-akan kami menjadi paham apa yang dimaksud oleh Pak Is, bahwa dengan hidup dekat dengan alam dan memanfaatkan sumber daya sebagaimana mestinya, tidak ada kesia-siaan (sampah) yang dihasilkan.

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami