Our Impacts

Pengelolaan Food Loss and Waste yang Baik untuk Mendukung Keberhasilan Implementasi Pembangunan Rendah Karbon dan Ekonomi Sirkular

# Bappenas bersama Waste4Change meluncurkan hasil kajian Food Loss & Waste (FLW) di Indonesia. Kajian ini menelaah timbulan, dampak, dan penyebab FLW dalam lima tahap rantai pasok pangan serta menghitung proyeksi dan menyusun strategi untuk 25 tahun ke depan. 

# Selama 20 tahun (2000-2019), timbulan FLW di Indonesia mencapai 23-48 juta ton/tahun atau setara dengan 115-184 kg/kapita/tahun. Kehilangan ini menghasilkan kerugian sebesar Rp 213 – 551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia per tahun serta menghasilkan total emisi Gas Rumah Kaca (GRK) selama 20 tahun sebesar 1.702,9 Megaton CO2-ekuivalen. 

# Temuan hasil kajian diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemangku kepentingan pada seluruh rantai pasokuntuk mengurangi timbulan FLW agar tercipta ketahanan pangan dan mengurangi emisi GRK.

Strategi pengelolaan foodloss and food waste

JAKARTA – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) bersama Waste4Change dan didukung oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia serta United Kingdom Foreign, Commonwealth, and Development Office (UKFCDO) mengumumkan secara resmi hasil studi komprehensif terkait food loss & waste (FLW) di Indonesia.

Hasil kajian menunjukkan timbulan FLW yang dihasilkan menyebabkan kerugian sebesar Rp 213-551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia per tahun. 

Hasil studi menunjukkan timbulan FLW di Indonesia selama 20 tahun (2000-2019) mencapai 23-48 juta ton/tahun atau setara dengan 115-184 kg/kapita/tahun. Selama periode yang sama, timbulan ini juga menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 1.702,9 Megaton CO2-ekuivalen atau setara dengan 7,29% rata-rata emisi GRK Indonesia per tahun. Sedangkan dari sisi sosial, kehilangan kandungan energi yang hilang akibat food loss and waste diperkirakan setara dengan porsi makan 61 juta – 125 juta orang per tahun.

Data juga menunjukkan bahwa timbulan FLW didominasi oleh jenis padi-padian (beras, jagung, gandum, dan produk terkait), sementara jenis pangan yang prosesnya paling tidak efisien adalah sayur-sayuran, di mana kehilangannya mencapai 62,8% dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia.

“Dengan menyajikan sejumlah hasil analisis yang bersifat evidence-based, diharapkan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia ini dapat menjadi pedoman dan referensi bagi para pengambil kebijakan, sehingga implementasi pembangunan rendah karbon di Indonesia dapat memenuhi target yang telah ditetapkan,” ujar Suharso Monoarfa, Menteri PPN/Kepala Bappenas. Suharso Monoarfa juga menekankan pentingnya kolaborasi dan mengajak seluruh pihak untuk berkontribusi pada pengelolaan FLW yang lebih berkelanjutan sesuai kapasitas dan perannya masing-masing. 

“Inggris akan menjadi tuan rumah KTT perubahan iklim terbesar dunia COP26 di Glasgow November tahun ini.  Sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi GRK melalui Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (LCDI), Pemerintah Inggris mendukung Bappenas melakukan studi nasional FLW.  Kami berharap hasil studi ini dapat mendorong tindakan dan strategi kebijakan pengolahan FLW yang tepat. Seiring dengan langkah kita bersama menuju pengelolaan yang lebih baik dalam isu FLW di masa depan,” terang Owen Jenkins, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste.

Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan penyusunan kebijakan guna membantu mewujudkan komitmen Indonesia dalam Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada target 12 butir 3 yaitu, “Pada tahun 2030, dapat mengurangi separuh food waste per kapita di tahap distribusi dan konsumsi serta mengurangi food loss di tahap produksi dan sepanjang rantai pasok, termasuk kehilangan di pascapanen.”

Arifin Rudiyanto, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Kementerian PPN/Bappenas menyatakan: “Sejauh ini kebijakan terkait pengelolaan FLW menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan Pembangunan Rendah Karbon yang telah menjadi Program Prioritas dalam RPJMN 2020-2024. Beberapa kegiatan prioritas dalam Pembangunan Rendah Karbon seperti pertanian berkelanjutan dan penanganan limbah menjadi rangkaian upaya untuk mewujudkan ekonomi sirkular sekaligus mengelola FLW secara lebih berkelanjutan di Indonesia.”

Strategi pengelolaan FLW dari hasil kajian dikelompokkan dalam 5 arahan besar, yaitu: 1) Perubahan perilaku; 2) Pembenahan penunjang sistem pangan; 3) Penguatan regulasi dan optimalisasi pendanaan; 4) Pemanfaatan FLW; dan 5) Pengembangan kajian dan pendataan FLW. 

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami