Industry Updates

Ida Muslikah: Tokoh Ibu Penggiat Upcycling Plastik & Jelantah

Mimpi saya simpel: gak ada plastik sekecil apapun yang terbuang di depan rumah kita.

Ibu Ida Muslikah, penerima penghargaan Ibu Ibukota Awards 2021 di bidang Lingkungan.

Ibu Ida Muslikah merupakan salah satu tokoh inspiratif yang menerima penghargaan Ibu Ibukota Awards 2021 di bidang lingkungan. Beliau terpilih atas peran sertanya dalam mengelola sampah plastik dan jelantah di lingkungan tempat tinggalnya agar tidak mencemari alam.

Saat ini, Ibu Ida Muslikah telah berhasil mengajak kurang-lebih 50 ibu-ibu kader penggiat PKK dan komunitas lokal di area tempat tinggalnya untuk bantu mengedukasi ibu-ibu rumah tangga lainnya dalam mengelola sampah plastik dan jelantah. Berikut hasil wawancara Waste4Change dengan Ibu Ida Muslikah.

Ibu Ida Muslikah, penerima penghargaan Ibu Ibukota Awards 2021 di bidang Lingkungan.

Waste4Change: Boleh tahu di mana ibu tinggal dan apa kegiatan ibu sekarang ini?

Ibu Ida Muslikah: Saat ini saya tinggal di Pasar Rebo, Jakarta Timur, tapi saya lahir di Jombang, Jawa Timur, dan besar di Samarinda. Setelah menikah, saya sempat berpindah-pindah kota lagi mengikuti suami hingga akhirnya menetap di Jakarta pada tahun 2005. Kegiatan sehari-hari saya saat ini ibu rumah tangga dan sejak Oktober 2021 lalu membantu kegiatan di kelurahan area saya tinggal.

Waste4Change: Apa yang membuat ibu tergerak untuk mengelola sampah?

Ibu Ida Muslikah: Saya awalnya hanya iseng. Dari kecil saya itu suka prakarya. Mulai dari pahatan kayu, botol plastik, sampah-sampah daun, semuanya saya olah.

Suatu hari, sekolah anak saya menawarkan saya untuk ikut serta dalam lomba mengelola kemasan air mineral. Waktu itu saya membuat taman binatang dan berhasil meraih juara III Jakarta Timur.

Pernah juga saya ikut lomba membuat kostum PGTKI dan saya berinisiatif membuat dari plastik kresek. Dari situ saya mulai tergerak untuk selanjutnya berkreasi menggunakan kresek bekas pakai untuk mengurangi jumlah sampah kresek di rumah.

Setelah dijalani, saya mulai berandai-andai betapa enaknya jika area depan rumah kita bebas dari sampah plastik, terutama sampah yang tidak bisa cepat terurai.

WasteChange: Sampah apa saja yang saat ini Ibu Ida Muslikah kelola, dan apa hasilnya?

Ibu Ida Muslikah: Selain kresek yang saya kelola menjadi kerajinan tangan seperti tempat pensil, tempat tisu, kostum, bunga, dan masih banyak lagi. Plastik kreseknya saya setrika dan proses, saya lilitkan dengan kawat, agar bisa menjadi kerajinan tangan. 

Salah satu hasil upcycling sampah kresek menjadi tempat pensil karya Ibu Ida Muslikah

Saya juga mengumpulkan minyak jelantah yang saya proses menjadi sabun dan lilin, tapi sabunnya bukan digunakan untuk membersihkan badan, biasanya untuk cuci pakaian dan keperluan bebersih lainnya.

Mungkin kan kalau di luar sana jelantah ada yang dikelola menjadi bahan bakar ya, tapi kalau saya berusaha mengelola jelantah ini menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan lagi di dalam rumah atau menjadi souvenir seperti lilin. Saya berusaha mengedukasi warga sekitar: “Nih, lho, daripada minyak jelantahnya dibuang sembarangan dan bisa mencemari lingkungan, got kita mampet, yok kita olah mengurangi sampah yang ada di dapur.”

Saat ini bahkan saya sudah berhasil membuat sistem penjemputan sampah kresek dan jelantah, dan saya sedang berusaha membuat bagaimana agar kresek dan jelantah bisa dibeli. Karena ibu-ibu akan lebih semangat menyerahkan sampah dan barang-barang bekas saat ada harganya. Buat ibu-ibu kan lumayan menambah penghasilan untuk beli bumbu dapur dan limbah di rumah mereka berkurang, sedangkan saya jadi punya tambahan bahan kresek untuk saya kelola.

Selain itu, saat ini saya dan ibu-ibu di lingkungan saya sedang berusaha mengelola sampah organik menggunakan komposter, tapi baru sampah sayur dan buah saja.

Waste4Change: Kalau boleh tahu, ada berapa ibu-ibu di lingkungan Ibu Ida Muslikah yang mendukung pengelolaan sampah kresek, jelantah, dan sampah organik ini?

Ibu Ida Muslikah: Untuk saat ini masih di lingkungan wilayah RW, saya mengajak bergabung kurang-lebih 50 kader-kader Dasa Wisma, PKK, POKTAN.

Harapan saya, dengan bergabungnya ibu-ibu kader ini bisa memperluas jaringan ke wilayah lain. 

Waste4Change: Apa saja kendala yang dihadapi selama mengajak ibu-ibu di lingkungan sekitar ini untuk bergabung?

Ibu Ida Muslikah: Saya juga terus terang lebih banyak menyasar ibu-ibu rumah tangga dan bukan pekerja kantoran. Banyak yang menyambut dengan semangat, tapi tidak semua yang saya ajak langsung mau. Saya sadar bahwa banyak dari mereka yang masih belajar mencintai lingkungan dan memahami tujuan mengapa mereka harus mengelola sampah.

Biasanya alasan mereka yang kurang mendukung itu: “Ah males ah ngumpulin, orang tinggal buang ke luar juga sudah selesai,” dan ada juga yang beralasan sudah repot mengurus anak, suami, serta rumah tangga.

Saya ingin mengajak mereka untuk berkreativitas dan mencintai lingkungan di waktu senggang mereka. Saya berharap secara bertahap mereka mau terlibat dan mendukung kegiatan saya mengelola sampah selanjutnya. 

Waste4Change: Bahan material daur ulang apa yang sebenarnya masih ingin Ibu Ida proses tapi belum bisa untuk saat ini?

Ibu Ida Muslikah: Saya sedang berpikir bagaimana nasib barang kerajinan yang sudah saya buat dari bahan-bahan kemasan bekas pakai ini. Seperti tempat pensil, kostum, tempat tisu yang sudah saya buat dari plastik kresek – setelah tak lagi bisa digunakan, harus diapakan?

Tentu barang ini kan ada masanya ya, setelah ini mau saya kemanakan? Saya kemarin sudah berpikir untuk memproses kembali barang-barang kerajinan saya yang tidak lagi bisa digunakan menjadi ecobrick.

Waste4Change: Ini kan kita masih dalam suasana Hari Ibu Nasional, apa pendapat Ibu Ida Muslikah tentang peran perempuan dalam mengelola sampah rumah tangga?

Ibu Ida Muslikah: Kita sebagai perempuan, kita lah penghasil sampah terbesar. Kenapa saya bilang begitu? Karena posisi kita ada di dapur. Kita yang menciptakan sampah tersebut. 

Yuk, mulai dari sekarang, kita bisa mengolah dan memilah dan memanfaatkan sampah-sampah di dapur kita dengan baik. Kita juga bisa lebih ramah dengan lingkungan.

Waste4Change: Pesan ibu Ida Muslikah untuk ibu-ibu yang masih ragu untuk mengelola sampah di rumah?

Ibu Ida Muslikah: Kalau ibu-ibu tidak bisa mengelola sampah dengan baik, donasikan sampah pada para pengrajin. Ada bank sampah, agen daur ulang, bahkan grup yang bisa menerima seperti saya. Yuk, belajar mencari ke mana kita bisa menyalurkan sampah kita supaya tidak berakhir ke TPA. 

Ketika kita menyukai suatu kegiatan, insya Allah ada banyak ide-ide kreatif yang bisa kita hasilkan.

Kalau ibu-ibu tidak bisa mengelola sampah dengan baik, donasikan sampah pada para pengrajin.

Ibu Ida Muslikah, penerima penghargaan Ibu Ibukota Awards 2021 di bidang Lingkungan.

Ibu Ida Muslikah menerima sampah kresek dan jelantah untuk dikelola. Jika berminat untuk berkolaborasi atau menyalurkan sampah, silakan hubungi Ibu Ida Muslikah via nomor berikut   +62 813-1937-2974.

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami