Himbauan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik kresek saat berbelanja sudah sejak tahun 2020 digaungkan pemerintah. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengurangi timbulan sampah plastik yang semakin mengganggu keselamatan manusia dan ekosistem alam.
Cara alternatif pun bermunculan untuk mengatasi hal ini. Seperti menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar, menggunakan kantong plastik berbahan singkong, atau menggantikannya dengan tas kain atau tas spunbond yang dapat digunakan berulang kali.
Namun kini penggunaan tas spunbond mulai menunjukkan masalah baru. Mengintip dari beberapa platform media sosial, banyak yang mengeluh, nih karena tas spunbond yang mereka miliki mulai menumpuk dan memenuhi penyimpanan. Kebanyakan dari mereka jadi bingung harus diapakan tas-tas tersebut. Hmm bisa menimbulkan masalah baru ngga ya?




Page Contents
Latar Belakang Ramainya Penggunaan Tas Spunbond
Tas spunbond mulai ramai digunakan sejak munculnya larangan penggunaan kantong plastik kresek bagi pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan pasar rakyat beberapa tahun lalu. Peraturan ini meminta para pedagang untuk tidak lagi menyediakan kantong plastik di toko mereka.
Secara bertahap, kota-kota besar di seluruh Indonesia mulai menerapkan peraturan ini. Contohnya seperti di Banjarmasin, Denpasar, Balikpapan, Bogor, Bekasi dan Semarang. Dimulai dengan sosialisasi kepada masyarakat dan memberikan himbauan kepada mereka agar bersiap berbelanja tanpa plastik.
Jakarta sendiri mulai melakukan sosialisasi mengenai pelarangan kantong plastik sejak tahun 2017. Namun baru mulai diterapkan secara resmi dengan diatur oleh peraturan yang tertuang dalam Pergub No.142 tahun 2019, tepat di tanggal 1 Juli 2020 lalu.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta, Andono Warih, kebijakan ini dibuat ditujukan sebagai langkah mengurangi timbulan sampah plastik tidak terkelola di Indonesia.
Di TPST Bantar Gebang sendiri, pada tahun 2019 sebanyak 39% persen dari 7.702 ton sampah per harinya, didominasi oleh sampah plastik
Andono Warih
Menurutnya, sampah plastik juga merupakan sumber masalah global, dan Indonesia menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Dikutip dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia menempati urutan kedua penyumbang sampah plastik sejagat pada tahun 2019 dengan 3,21 juta metrik ton/tahun. Dan China berada di urutan pertama dengan 8,81 juta metrik ton/tahun. Angka yang mengerikan, cukup bagi Indonesia menyematkan status darurat sampah plastik.
Untuk itu pemerintah dengan segala upaya bermaksud menekan jumlah timbulan sampah plastik. Salah satunya dengan menerapkan peraturan mengenai Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan Pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, Dan Pasar Rakyat dan setiap pelaku usaha wajib menaatinya. Siapapun yang tidak taat harus bersiap menerima sanksi berupa teguran sebanyak tiga kali, denda sebanyak Rp5 juta – 25 juta, hingga pencabutan izin usaha.
Tas Spunbond Bukan Sepenuhnya Solusi
Sebagai solusi dari berkurangnya pemakaian kantong plastik, ramai-ramai orang menjadikan tas spunbond atau tas kain atau dikenal juga dengan tote bag sebagai barang favorit untuk membawa hasil perbelanjaan. Tas spunbond pun jadi benda baru yang tinggi peminat. Sayangnya penggunaan tas spunbond sebagai alternatif plastik disebut tidak lebih baik lho, terlebih yang berbahan dasar katun.
Setiap satu tas yang diproduksi harus melewati sekitar 20 ribu kali pemakaian agar bisa sepadan dengan proses produksi yang ditempuh.
riset Kementerian Lingkungan Hidup dan Pangan Denmark
Artinya, satu tas spunbond disarankan untuk digunakan selama 54 tahun. Belum lagi untuk tas dengan bahan dasar lain, seperti non-woven PP dan woven PP. Tas dengan bahan dasar tersebut perlu digunakan sebanyak minimal 5 sampai 52 kali untuk digantikan dengan tas yang baru. Jika kita taat untuk menggunakan tas-tas tersebut sesuai jangka waktunya, barulah kita bisa disebut mendukung ramah lingkungan.
Fakta-Fakta Tas Spunbond/Tas Kain
Tas spunbond atau reusable bag terdiri dari berbagai macam ukuran juga material. Namun umumnya terbuat dari bahan polyester, non-woven polypropylene, woven polypropylene, dan katun. Berikut ini fakta-fakta mengenai tas spunbond yang perlu kamu tahu:



- Satu tas kain berbahan katun organik membutuhkan hingga 20 ribu kali pemakaian agar sepadan dengan total energi produksi yang dikeluarkan. (Riset Kementerian Lingkungan Hidup dan Pangan Denmark)
- Meski bahan dasar tote bag pada akhirnya bisa didaur ulang, namun bahan dasar sablon atau PVC di atasnya tidak dapat didaur ulang.
- Produk yang diciptakan untuk dipakai lebih lama membutuhkan lebih banyak sumber daya dalam proses pembuatannya. Dengan demikian menciptakan lebih banyak juga dampaknya terhadap lingkungan.
- Tas Non-woven PP diciptakan untuk dapat dipakai berulang dan diklaim lebih tahan dibanding kantong plastik. namun kualitas masing-masing tasnya berbeda. Apabila kualitasnya rendah dan rentan robek, tas ini tetap tidak bisa disebut ramah lingkungan.
- Tas yang dipakai berulang membutuhkan proses daur ulang yang lebih mahal untuk memisahkan materialnya yang berbeda-beda. Konsekuensinya, tas tersebut justru tidak akan didaur ulang. (United Nations Environment Programme)
- Tas yang dipakai berulang umumnya mengandung bakteri dari bekas pemakaian barang sebelumnya, disarankan mencuci tas tersebut secara rutin
- Tote bag kini menjadi bagian dari promosi suatu brand, otomatis banyak persediaan yang mereka miliki sehingga menambah daftar barang menumpuk. (Kompas)
Langkah Untuk Mencegah Tas SpunBond Jadi “The Next Plastic Waste”
Meskipun tas spunbond merupakan salah satu alternatif bagus dalam mengurangi penggunaan plastik, namun peredaran dan penggunaannya juga perlu diatur. Agar penggunaan tas spunbond dapat sesuai dengan tujuan awal dikeluarkannya tas ini.
Hal yang bisa kita lakukan diantaranya:
- Selalu pilih tas guna ulang dengan bahan berkualitas yang kuat dan tahan lama. Agar dapat digunakan berulang kali dan tidak menyumbang timbulan sampah yang lebih sulit didaur ulang.
- Jika tas guna ulang rusak, lebih baik perbaiki atau dimanfaatkan menjadi bahan kerajinan. Alasannya karena sampah tekstil adalah termasuk sampah yang sulit didaur ulang dan jika pun bisa membutuhkan waktu dan daya yang lebih besar.
- Selalu ingat untuk menyiapkan atau membawa tas belanja sendiri. Sebisa mungkin untuk menolak tawaran tas belanja baru dari pedagang atau penjual agar penumpukan tas belanja sia-sia bisa diminimalisir.
- Bertanya apa pedagang menerima kembali tas guna ulang berlabel brand mereka apabila sewaktu-waktu tidak lagi dibutuhkan. Hal ini bertujuan mengurangi sampah dan pedagang atau penjual pun dapat kembali memanfaatkan tas tersebut tanpa perlu menambah stok baru.
- Sesuai namanya, tas guna ulang mestinya dipakai secara berulang kali. Kurangi kebiasaan menjadikan tas belanja sekali pakai saja untuk mengurangi timbulan sampah baru.
Mengurangi penggunaan kantong plastik dan menggantinya ke pemakaian tas spunbond/tas kain/tote bag adalah langkah bagus dalam menekan timbulan sampah kantong plastik sekali pakai. Namun penggunaannya harus diperhatikan agar niat awal mengurangi timbunan sampah kantong plastik tidak berujung pada menumpuknya sampah kantong belanja lain dengan material yang lebih sulit didaur ulang salah satunya tas spunbond.
Mari bersama-sama mendukung pemerintah menekan timbunan sampah dengan menggunakan reusable bag secara bertanggung jawab demi mewujudkan Indonesia yang lebih bersih.