Sungai Tercemar sebagai Salah Satu Sumber Sampah Laut: Studi Kasus Sungai Citarum

Permasalahan Sampah Plastik di Laut 

Polusi sampah plastik di lautan telah menjadi fenomena global yang tidak hanya mengancam ekosistem yang ada di laut, tetapi juga berdampak pada kehidupan manusia sebagai predator puncak dalam rantai ekosistem.

Tumpukan sampah plastik yang mencemari laut. Sumber: solomonstarnews.

Sekitar 700 spesies makhluk hidup ikut menderita dampak negatif dari adanya polusi sampah di lautan, utamanya plastik. Spesies yang terdampak pun beraneka ragam, mulai dari rumput laut dan alga sampai pada paus, anjing laut, dan penyu. Dari 700 spesies tersebut, 17% di antaranya masuk kategori terancam (threatened) menurut IUCN.

Pinguin yang terjerat ring plastik dari kaleng minuman

Meski begitu, penelitian terbaru tentang sampah plastik di lautan menawarkan perspektif yang baru dan signifikan tentang bagaimana plastik bisa menemukan jalannya ke laut, yaitu melalui sungai. Faktanya, hanya sekitar 20% sampah plastik di laut yang benar-benar berasal dari laut (misalnya jaring penangkap ikan yang rusak dan ditinggalkan begitu saja), sedangkan 80% nya bersumber dari daratan.

Sungai yang airnya tertutupi sampah plastik. Sumber: www.cardiff.ac.uk

Perkiraan jumlah sampah plastik di sungai yang memasuki lautan berkisar antara  0.48 sampai 12.7 juta metrik ton dalam setahun, jumlah yang setara dengan 5.000 sampai 125.000 paus biru.  Hal ini sebenarnya tidak terlalu mengagetkan mengingat masifnya penggunaan plastik sekali pakai yang kemudian diperparah oleh ketiadaan sistem pengelolaan sampah yang bertanggung jawab guna memastikan sampah tidak berakhir mencemari lingkungan.

Memangkas Sampah Plastik di Sungai-Sungai  

Pengetahuan tentang bagaimana plastik menemukan jalannya ke laut kemudian menjadi masukkan yang amat penting terhadap solusi penanganan sampah plastik itu sendiri.

Pemetaan Emisi Plastik Global. Sumber: BOI White Paper “River Plastic Pollution”

Ya, jika sungai menjadi jalur utama sampah plastik untuk menuju ke laut, maka menjaring sampah yang ada di sungai bisa menjadi salah satu solusi yang strategis guna menangkal permasalahan polusi plastik global.

Penemuan serupa tentang bagaimana sungai-sungai besar di dunia menjadi salah satu sumber polusi plastik di laut. Sumber: Alliance to End Plastic Waste

Lebih jauh lagi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa mayoritas sampah plastik berasal dari segelintir sungai yang tersebar di seluruh dunia. Meskipun kesimpulan ini membutuhkan penelitian lebih lanjut, poin yang dapat diambil yaitu jumlah emisi plastik global tidak tersebar secara merata. Dengan kata lain, daerah tertentu, atau bahkan sungai-sungai tertentu, diidentifikasi sebagai sumber polusi plastik yang besar dibandingkan daerah atau sungai lainnya.

Citarum, Salah Satu Sungai Terkotor di Dunia

Di Indonesia, contoh sungai yang kemungkinan besar menjadi biang kerok sumber polusi plastik dan sampah di lautan ialah sungai Citarum.

Salah satu sudut sungai Citarum yang tersumbat sampah. Kredit: James Wendlinger

Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang di provinsi Jawa Barat, kurang lebih 297 kilometer dan bermuara di laut Jawa.

Sungai Citarum memegang peranan penting terhadap keberlangsungan hidup 27,5 juta penduduk di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Faktanya, 80% dari sumber air minum warga Jakarta berasal dari sungai yang mengalir melewati 12 kabupaten di Jawa barat ini.

Ironisnya, sungai Citarum dinobatkan sebagai salah sungai paling kotor dan tercemar sedunia. “Penghargaan” ini diberikan oleh Blacksmith, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di New York dan Green Cross, Swiss.   

Salah satu penyebabnya antara lain karena adanya 3.236 industri tekstil yang beroperasi di sepanjang sungai Citarum. Menurut Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, 90% dari industri tersebut tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memadai. Akibatnya, sebanyak 340,000 limbah cair dibuang ke Sungai Citarum setiap harinya.

Contoh limbah yang dibuang langsung ke sungai Citarum dan membuatnya tercemar berat. Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

Selain itu di tahun 2013, sebuah penyelidikan oleh organisasi lingkungan Greenpeace menemukan kandungan bahan kimia berbahaya seperti kadmium, timbah, dan kobalt di dalam limbah cair yang dibuang ke Sungai Citarum (Post Magazine). 

Kemudian di penghujung tahun 2017, TIm Survei Kodam III Siliwangi menemukan bahwa sebanyak 20.642 ton sampah organik dan anorganik dibuang ke Sungai Citarum. Selain sampah, ternyata sungai Citarum juga menjadi tempat pembuangan kotoran manusia sebanyak 35,5 ton serta kotoran hewan ternak seberat 56 ton setiap harinya (Rappler.com).

Ketika kita berpikir kondisi Sungai Citarum tidak bisa lebih buruk lagi, kenyataannya ternyata bisa. Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) menemukan adanya sampah medis yang dibuang ke dalam Sungai Citarum, di antaranya berupa kantong darah HIV, alat medis bekas pakai, dan bahkan potongan tubuh manusia. Penting untuk diingat bahwa data ini bahkan jauh sebelum pandemi COVID-19 melanda.

Contoh kondisi sungai Citarum yang dicemari limbah industri sekaligus sampah. Contoh limbah yang dibuang langsung ke sungai Citarum dan membuatnya tercemar berat. Kredit foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

Dalam upaya menanggulangi Sungai Citarum yang tercemar berat, selama 30 tahun terakhir sebanyak 4,5 miliar Rupiah telah digelontorkan pemerintah dalam upaya memulihkan kondisi Citarum.

Upaya yang telah dilakukan bahkan meliputi kegiatan bersih-bersih manual. Sebanyak 7,000 tentara ditugaskan untuk membersihkan sampah yang ada di Sungai Citarum di beberapa titik. Di Jakarta sendiri, lebih dari 4,000 petugas kebersihan juga ditugaskan untuk memungut sampah yang ada di Sungai Citarum.

Pihak swasta seperti organisasi lingkungan juga sudah ada yang melakukan beberapa cara untuk menangani permasalahan Citarum, mulai dari kampanye, melakukan riset terkait jumlah dan jenis sampah, dan bahkan memasang alat penangkap sampah plastik seperti yang dilakukan oleh Benioff Ocean Initiative. 

Sayangnya, semua upaya yang telah dan sedang dilakukan belum membuahkan hasil yang efektif. Hal ini karena akar dari permasalahan sampah dan polusi yang mencemari sungai Citarum belum diselesaikan, yaitu perihal kebocoran sampah dari daratan serta produksi sampah dan limbah itu sendiri.

Pentingnya Pengurangan Sampah dari Sumber disertai dengan Pengelolaan Sampah yang Bertanggung Jawab

Dalam rangka menanggulangi permasalahan sampah yang ada di sungai dan laut kita, kita perlu “menutup keran” produksi sampah yang masif, terutama sampah plastik sekali pakai.

Jadi, selagi kita sibuk membersihkan sungai dan lautan kita dari plastik dan jenis sampah lain, kita juga tidak boleh lupa untuk bertanya mengapa kita bisa menghasilkan begitu banyak sampah sedari awal, dan dalam waktu yang relatif singkat.

Hirarki Manajemen Sampah yang berbentuk piramida terbalik

Memangkas produksi sampah dari sumber harus dilakukan secara paralel di tingkat individu dan juga pemerintah. Dengan kata lain, di saat individu-individu mulai berpindah menuju gaya hidup yang lebih minim sampah, pemerintah juga harus mulai membuat dan menerapkan peraturan yang memaksa industri dan perusahaan untuk meminimalisir jumlah sampah yang mereka produksi.

Selain itu, semakin banyak penelitian yang membuktikan bahwa sungai menjadi jalur utama sampah untuk berakhir di lautan. Oleh karena itu, akar permasalahan yang harus ditangani adalah bagaimana caranya mencegah kebocoran sampah dari darat agar tidak masuk ke aliran air dan sungai.

Mencegah sampah dari daratan agar tidak berakhir di sungai dan laut dapat dilakukan dengan cara memastikan bahwa sampah yang dihasilkan ditangani dan didaur ulang dengan bertanggung jawab. Perusahaan bisa turut mengambil peran dengan menerapkan program Extended Producer Responsibility guna memastikan bahwa sampah berlabel brand mereka tidak berakhir mengotori lingkungan.

Sedangkan konsumen dapat mengelola sampah domestik mereka dengan cara memilah serta memastikan bahwa sampah tersebut didaur ulang sesuai dengan kategorinya. Lantas bagaimana caranya kita bisa memastikan bahwa sampah kita akan didaur ulang? Personal Waste Management

Dengan menggunakan layanan Personal Waste Management dari Waste4Change, sampah Anda akan diangkut dalam kondisi terpilah, langsung dari rumah. Tidak perlu khawatir bahwa sampah Anda akan berakhir di sungai ataupun laut.

English version read HERE.

Referensi:

The Benioff Ocean Initiative. (April 2019). River Plastic Pollution: Considerations for addressing the leading source of marine debris. Accessible at boi.ucsb.edu.

Misi besar mengatasi pencemaran di Sungai Citarum

https://www.scmp.com/magazines/post-magazine/long-reads/article/2180655/indonesia-cleaning-citarum-worlds-dirtiest-river

https://www.idntimes.com/science/discovery/eka-supriyadi/menurut-world-bank-citarum-merupakan-sungai-terkotor-di-dunia-c1c2/3

Related Post

Waste Management

Ancaman Sampah bagi Biota Lautan

Tanpa disadari, sampah plastik yang tidak terkelola dapat ancam kondisi laut juga biotan lautan yang berada di dalamnya. Sayangnya kondisi ini belum dapat terselesaikan

Read More »