Industry Updates

Solusi Atasi Sampah Organik, Kenali Lubang Biopori!

Sampah organik diketahui mendominasi timbulan sampah nasional, disumbang juga oleh sisa makanan. Menurut hasil analisis Kompas di tahun 2022, rata-rata masyarakat Indonesia menghasilkan sampah makanan yang setara dengan Rp 2,1 juta setiap tahunnya. 

Sejalan dengan itu, data SIPSN tahun 2022 juga menyebut bahwa peringkat pertama sumber sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga sebesar 39,3 persen. Sehingga, tak jarang kita temui sampah berupa sisa potongan sayur, kulit buah, sisa tulang dan sebagainya dihasilkan oleh aktivitas rumah tangga yang terbuang begitu saja ke lingkungan.

lubang resapan biopori

Sayangnya, belum banyak rumah tangga yang dapat mengolah jenis sampah organik dengan tepat. Padahal, melalui metode pengelolaan sampah kompos dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi jumlah sampah organik. Salah satu pengomposan yang bisa kamu lakukan adalah dengan metode lubang biopori. 

Selain dapat mengurangi jumlah sampah organik, lubang biopori juga berperan sebagai daerah resapan air. Karena, dapat mengatasi masalah lingkungan berupa menipisnya cadangan air tanah dan potensi banjir. 

Apa itu Lubang Resapan Biopori?

Istilah biopori mengacu pada lubang atau lorong-lorong kecil yang terbentuk di dalam tanah untuk memaksimalkan aktivitas organisme, seperti cacing, rayap tanah, akar tanaman, dan lainnya untuk menguraikan sampah organik. 

Membuat lubang biopori di rumah
(Sumber: Zero Waste Indonesia)

Konsep biopori inilah yang akhirnya digunakan dengan teknologi Lubang Resapan Biopori (LBR). Teknologi LRB ini berupa lubang berbentuk silinder yang biasanya dilapisi dengan pipa plastik. Kemudian, ditanam ke dalam tanah secara vertikal atau tegak lurus.

Dengan lahan secukupnya seperti kedalaman lubang sekitar 100 cm dan diameter 10 cm, lubang biopori dapat dengan mudah dibangun. 

Manfaat Lubang Biopori

Lubang biopori memiliki banyak manfaat yang bisa kamu rasakan. Berikut ini sajian selengkapnya. 

#1 Bantu Kurangi Sampah Organik

Sampah organik, berupa sampah sisa makanan, sisa kulit buah, sayur-sayuran, hingga sampah daun atau ranting dapat dimasukkan ke dalam lubang biopori. Kemudian, sampah tersebut dapat berubah menjadi kompos dengan bantuan mikroorganisme. 

Dengan begini, lubang biopori dapat berperan dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang overload. Bukan hanya itu, langkah ini juga dapat membuat masyarakat terbiasa dalam memilah sampah antara organik dan anorganik. 

#2 Menyuburkan Tanah

Lubang resapan dapat membuat tanah menjadi lebih subur dan gembur karena banyaknya kandungan udara dan air. 

Selain itu, sampah organik dapat menstimulasi aktivitas mikroorganisme dalam tanah yang dapat mengubahnya menjadi pupuk kompos. Nantinya, kompos inilah yang juga akan meningkatkan kesuburan tanah. 

#3 Cegah Banjir dan Menambah Cadangan Air Tanah

Tentu kita mengetahui bahwa di kota-kota besar dan padat penduduk seperti Jakarta, banjir adalah hal yang lazim kita temui. Selain karena curah hujan yang tinggi, minimnya resapan air di Ibu Kota juga menjadi penyebab banjir. 

Hal ini diakibatkan sebagian besar lahan permukaan ditutupi oleh beton dan semen. Sehingga, air hujan pun tidak dapat meresap sempurna ke daam tanah. Bila terus dibiarkan, cadangan air tanah dapat menipis hingga menyebabkan turunnya permukaan tanah itu sendiri. 

Dengan adanya lubang biopori, air hujan akan lebih mudah masuk ke dalam tanah. Karena, lubang biopori dapat meningkatkan luas bidang resapan menjadi 40 kali lipat. Nantinya, air hujan yang masuk ke dalam tanah dapat membuat cadangan air tanah semakin banyak, risiko banjir, dan kekeringan dapat berkurang.

#4 Mengurangi Genangan Air

Lubang biopori dapat mengurangi terbentuknya genangan-genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab penyakit, seperti demam berdarah. 

Lokasi Penempatan Biopori

Sebelum membuat lubang biopori, hal pertama yang dilakukan ialah menentukan lokasi yang tepat. Lubang biopori sebaiknya dibuat di mana air secara alami akan cenderung berkumpul. 

Lubang biopori dibuat di dasar saluran yang sebelumnya digunakan untuk menyalurkan air hujat, dekat pepohonan, area pekarangan yang cenderung lebih rendah dari area lainnya, atau di batas taman. 

Selain itu, lubang biopori dibuat di tempat yang tidak banyak dilalui orang, terutama anak-anak. Hal ini dilakukan demi menghindari kemungkinan kaki terperosok atau biopori terinjak yang dapat merusak penutup biopori. 

Cara Membuat dan Merawat Lubang Biopori

Dalam pembuatan lubang biopori terdapat peralatan yang harus dipersiapkan, antara lain:

  • Bor tanah atau linggis,
  • Pipa PVC berukuran 10 cm dan tutupnya yang sudah dilubangi,
  • Sampah organik,
  • Sampah cokelat (dedaunan, ranting, kertas cokelat, kardus cokelat, dan sebagainya),
  • Air.

Setelah alat dan bahan sudah disiapkan, berikut ini langkah-langkah pembuatan dan perawatannya:

  1. Siram tanah yang akan dibuatkan lubang resapan dengan menggunakan air. Hal ini bertujuan agar tanah menjadi lebih lunak dan mudah dilubangi.
  1. Lubangi tanah yang basah dengan bor tanah atau linggis. Demi mempermudah penggalian dengan bor tanah, ketika mata bor sudah masuk seluruhnya, tarik bor tersebut sambil diputar ke kanan.
  1. Kemudian, bersihkan tanah yang terangkat dan ulangi prosesnya hingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Pastikan lubang yang digali tegak lurus. Jika penggalian lubang sulit akibat tanah yang masih keras, siram kembali dengan air. Bila selama penggalian ditemukan kerikil dan batu-batuan, keluarkan semuanya agar tidak menghambat pembuatan lubang.
  1. Isi lubang yang telah digali dengan pipa PVC yang sudah dilubangi. Agar biopori kokoh, sekeliling pipa bisa dilapisi dengan semen. 
  1. Isi pipa PVC yang sudah dimasukkan ke dalam tanah dengan 7,8 liter sampah organik, seperti dedaunan, kulit buah, dan sayuran. Hal ini bertujuan untuk menstimulasi aktivitas organisme, seperti cacing tanah. Karena pasalnya, sampah organik adalah sumber makanan mereka. 
  1. Setelah diisi sampah organik, tutup lubang biopori dengan tutup pipa yang sudah dilubangi.
  1. Bila bahan organik dalam biopori menyusut, isi ulang sampah organik setiap 2-3 hari. 
  1. Setelah kurang lebih 3 bulan, angkat kompos dari lubang resapan dan ulangi kembali proses pengisian dengan sampah organik. 

Dalam pembuatan jumlah lubang biopori, terdapat formula sebagai berikut. 

Jumlah LRB = Intensitas hujan (satuan mm/jam x Luas Bidang Kedap (dalam m2)) dibagi dengan Laju Peresapan Air Per Lubang (dalam liter/jam).

Contohnya: Daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air per lubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada bidang kedap seluas 100 m2, maka lubang yang perlu dibuat sebanyak (50 x 100)/ 180 = 28 buah.

Adapun jarak minimal antar lubang biopori, yakni 50 cm. 

Prinsip Kerja Lubang Biopori

Berbeda dengan metode mengompos lainnya yang dinilai butuh perawatan yang lebih, lubang biopori dinilai lebih praktis dan efisien. Kebanyakan, pengomposan lainnya butuh pengecekan berkala, pengadukan sampah, hingga butuh cairan bioaktivator untuk mempercepat proses mengompos dalam komposter. 

Akan tetapi, metode pengomposan biopori hanya membutuhkan investasi berupa pipa dan tutupnya di awal pembuatan. Setelah lubang selesai dibuat, proses pengomposan pun dapat segera dilakukan. 

Berbagai jenis sampah organik, mulai dari daun kering, ranting, potongan kulit buah, sayur, sisa makanan, hingga tulang dapat dimasukkan ke dalam lubang biopori. Demi mengurangi bau sampah yang dihasilkan, kamu bisa manfaatkan sampah daun kering dengan memasukkannya setelah sampah organik basah. 

Setelah itu, proses pengomposan dapat berjalan tanpa membutuhkan proses pengadukan secara berkala. Selang beberapa waktu, sampah organik pun akan menyusut dan berubah menjadi nutrisi atau makanan bagi biota tanah di dalamnya. 

Jenis Sampah yang Dapat Dikelola dengan Biopori

Jenis sampah yang bisa dimasukkan ke dalam lubang biopori, antara lain: sampah kebun (misalnya, dedaunan, pangkasan rumput, dna ranting pohon), sampah dapur (sisa makanan, sayuran, buah, dan tulang hewan), dan sampah produk dari pulp (kardus dan kertas). 

Adapaun sampah yang tidak boleh dimasukkan ke biopori adalah jenis sampah anorganik (seperti kaleng, plastik, kaca, atau logam), karena tidak bisa terurai di dalam tanah dan berpotensi mencemari tanah.

Upaya Kurangi Sampah Lainnya

Selain membuat lubang biopori, pengolahan sampah organik menjadi kompos juga dapat dilakukan dengan beberapa cara lainnya. Di antaranya, pembuatan kompos dengan keranjang Takakura, dengan metode Window Composting, Vermicompost (memanfaatkan cacing), dan metode Black Soldier Flies (BSF). 

BSF adalah jenis lalat yang berukuran lebih besar daripada lalat biasanya dan bermanfaat dapat menguraikan sampah organik. Jika ingin mempelajari lebih lanjut terkait BSF, silakan kunjungi di sini.

Retna Gemilang

Sumber:

https://waste4change.com/blog/kelola-sampah-organik-rumah-tangga-dengan-lubang-biopori/

https://waste4change.com/blog/resapan-biopori/

https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami