Semua Hal tentang Sampah Organik

Umumnya sampah hanya dikenal sebagai seluruh hasil dari sisa kegiatan manusia sehari-hari juga proses alam. Namun, apabila dilihat lebih detail, akan ditemukan banyak perbedaan dari setiap jenis sampah yang diproduksi. Salah satu diantaranya adalah sampah organik. 

 sampah organik adalah
Tempat sampah terpilah sesuai jenisnya

Dilihat dari sifatnya, sampah dibagi menjadi dua jenis, yakni sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup atau alam dan dapat terurai secara alami di lingkungan. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang berasal dari benda tak hidup dan tidak semuanya bisa dikelola kembali. 

Apa itu Sampah Organik?

Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, baik hewan, tanaman, maupun manusia.

Pada dasarnya, sampah jenis ini bisa terurai secara alamiah di alam juga bisa dimanfaatkan menjadi hal-hal lain, seperti kompos dan lainnya.

 sampah organik adalah
Sampah organik yang berakhir di TPA dapat merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan. (Source: Jenna Z from Sprouting Free)

Sampah organik bisa dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu sampah organik kering dan basah. Sampah organik kering memiliki kandungan air yang sedikit hingga tidak ada, contohnya adalah ranting pohon, dedaunan kering, tulang belulang, dsb. Untuk sampah organik basah memiliki kandungan air yang cukup tinggi, membuatnya lebih cepat membusuk dan dapat terurai lebih cepat dibandingkan sampah organik kering. Contohnya adalah sisa sayuran, buah-buahan, dsb.

Apa Perbedaan Sampah Organik dan Sampah Anorganik?

Perbedaan antara sampah organik dan anorganik sebenarnya cukup sederhana. Jika melihat dari karakteristiknya, sampah organik merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari hewan dan tumbuhan serta beberapa diantaranya mudah hancur apabila tertinggal di alam. Sedangkan, sampah anorganik merupakan kebalikannya.

Sampah anorganik terdiri dari bahan yang bukan berasal dari hewan dan tumbuhan serta tidak mudah hancur secara alami apabila tertinggal di alam.

Oleh karena itu, sampah anorganik perlu dikelola dengan bantuan mesin. Namun, perlu diketahui bahwa penumpukan sampah merupakan masalah yang menjadikan sampah dapat merusak lingkungan.

Meskipun sampah organik dapat terurai secara alami, tetapi apabila kuantitasnya banyak dan bertumpuk di alam, maka sampah organik juga akan bisa merusak lingkungan karena proses penguraiannya membutuhkan waktu lebih lama. Dengan begitu, sampah organik maupun anorganik perlu dibantu pengelolaannya oleh manusia agar barang sisa tersebut pada akhirnya tidak akan mencemari lingkungan.

Apa Saja Jenis-Jenis Sampah Organik?

Selain sampah organik kering dan basah, sampah organik terbagi lagi menjadi 5 jenis sampah berdasarkan sumbernya. Kelima kategori tersebut adalah:

  1. Sampah Sisa Makanan

Sampah organik sisa makanan umumnya banyak dihasilkan pada tingkat rumah tangga, serta pada bisnis makanan, seperti restoran dan kafe. Komposisinya mencakup segala jenis makanan dan bahan pangan, mulai dari cangkang telur, bonggol sayuran, kulit buah, tulang ikan dan ayam, makanan sisa, serta material lain yang telah atau tidak lagi dikonsumsi. 

Selain itu, sisa makanan juga mencakup makanan matang yang tidak habis atau tidak terkonsumsi, seperti buah dan sayur-sayuran busuk. Sayangnya, jenis sampah ini cukup memiliki kuantitas yang tinggi, lho. Menjadikannya mubazir dan menambah jumlah sampah.

Sampah sisa makanan atau dikenal juga dengan food loss & food waste menjadi salah satu penyumbang sampah organik terbesar. Berdasarkan data dari The Economist Intelligence Unit, Indonesia dinobatkan menjadi penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Disisi lain, tingkat kelaparan di Indonesia berada di tingkat yang serius.

  1. Sampah Kebun

Sampah organik yang berasal dari kebun merupakan sampah yang materialnya berasal dari taman atau pekarangan, seperti dedaunan, pepohonan, ranting, serta rerumputan sisa pemangkasan. Sampah jenis ini dikenal juga dengan sampah coklat atau sampah kering. Ideal untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk kompos.

  1. Sampah Agrikultur/Pertanian

Sampah pertanian merupakan sampah hasil dari pemrosesan tanaman, seperti batang jagung, sekam padi, dan dedaunan. Sisa-sisa pertanian tersebut, biasanya bisa dikelola menjadi kompos.

  1. Sampah Sisa Hewan Ternak

Sampah dari hewan ternak, seperti kotoran sapi dan kambing, juga masuk ke dalam kategori sampah organik. Sampah ini nantinya bisa diolah menjadi pupuk atau biogas untuk dipakai sebagai bahan bakar.

  1. Sampah dari Bagian Tubuh

Bagian tubuh yang dimaksud antara lain adalah potongan kuku dan rambut manusia yang rontok serta bulu atau kulit dari hewan. Perlu diketahui, helai rambut dan kuku bisa jadi bahan komposter, lho.

Apa Manfaat dan Bahaya dari Sampah Organik?

Dalam kuantitas normal dan tidak berlebihan, sampah memiliki manfaat dan dapat digunakan kembali untuk kebutuhan tertentu. Apabila dikelola secara bijak dan tepat, sampah akan mendatangkan keuntungan bagi manusia. 

Pada sampah organik, sisa-sisa zat atau nutrisi dalam sampah organik dapat berfungsi untuk menyuburkan tanah apabila dijadikan kompos. Sampah organik juga berguna sebagai pakan hewan, seperti pakan ayam, ikan, dan pakan lalat Black Soldier Fly serta bisa dimanfaatkan sebagai sumber listrik melalui pengolahan biogas dari sampah organik.

TPA Galuga
TPA Galuga di Bogor (Sumber: isubogor.pikiran-rakyat)

Namun, apabila sampah dalam keadaan over kapasitas dan tidak diolah dengan benar, sampah organik malah bisa menimbulkan bahaya. Seperti menimbulkan bau, mempengaruhi kualitas air tanah dan air sekitar akibat air lindi sampah yang tidak tertangani dengan baik, menghasilkan gas metana yang merupakan penyumbang gas rumah kaca apabila sampah disimpan dalam kondisi tertutup, kurang sinar matahari dan oksigen, hingga menyebabkan kerusakan lingkungan dan menimbulkan penyakit.

Untuk menghindari hal ini, perlu dipahami bahwa penanganan sampah secara tepat sangat diperlukan. Memilah sampah berdasarkan jenisnya adalah salah satu cara yang bisa dilakukan.

Food Prep untuk Kurangi Sampah Organik

Sebelum mengolah sampah organik menjadi kompos atau cara lainnya, akan lebih baik kalau setiap orang bisa bersama-sama mengurangi sampah organik sejak dari sumber. Seperti yang direncanakan oleh pemerintah melalui Program Pemerintah Indonesia Bebas Sampah 2025 berupa pengurangan sampah dari sumber sebanyak 30%.

food preparation

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah organik adalah dengan menerapkan teknik food prep dalam mengelola bahan makanan siap konsumsi. Food Prep atau Meal Prep sendiri adalah kegiatan merencanakan dan menyimpan bahan makanan untuk dapat siap olah di kemudian hari. Teknik food prep berfokus membagi dan menyesuaikan pengelolaan setiap jenis bahan makanan, termasuk mengenai bagaimana cara menyimpannya dan berapa lama suatu bahan makanan layak disimpan.

Selain dapat membantu mengurangi bahan makanan terbuang sia-sia, food prep memiliki beberapa manfaat seperti:

  1. Mengurangi peluang bahan makanan lupa diolah sehingga kedaluwarsa dan basi
  2. Mengatur variasi dan porsi menu agar gizi seimbang, sehat, dan sesuai kebutuhan. Akan lebih baik lagi jika mengutamakan bahan makanan seperti buah atau sayur sesuai musimnya, agar mengurangi kemungkinan makanan yang ditambahkan pengawet atau hormon pertumbuhan agar cepat matang
  3. Mengatur penyimpanan bahan makanan agar bisa bertahan lebih lama (contoh: menjaga kulkas tidak penuh, memisahkan bahan makanan yang tak boleh disimpan berdekatan)
  4. Memantau makanan berlebih agar bisa segera didonasikan, diolah menjadi kompos atau dimanfaatkan sebagai pakan hewan (baca juga: Solusi Sampah Organik dengan Black Soldier Flies)
  5. Efisiensi biaya belanja

Cara Efektif Mengolah Sampah Organik

Sampah organik sebenarnya dapat terurai secara alamiah di alam. Namun, sampah organik akan terus bertambah jumlahnya hingga akhirnya menumpuk. Penumpukan sampah organik akan menimbulkan masalah dan bahaya bagi lingkungan dan bumi.

Contoh limbah makanan yang seharusnya diubah menjadi kompos. Kredit foto: iStock

Untuk mencegah hal itu, sampah organik perlu diolah secara tepat. Pengolahannya bahkan bisa dibilang cukup mudah dengan biaya yang ekonomis. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan dalam mengolah sampah organik.

1. Diolah jadi Kompos

Mengompos adalah salah satu kegiatan yang bisa dilakukan dalam menangani sampah organik yang menumpuk dan mengurangi sampah organik berakhir di TPA. Hal ini juga berguna untuk mencegah gas metana dari sampah organik membahayakan ozon bumi. 

Untuk mulai mengompos, bahan-bahan yang mesti dipersiapkan diantaranya adalah material sampah organik dan wadah komposter. Terdapat dua macam material sampah yang bisa digunakan untuk mengompos, diantaranya material hijau dan material coklat. 

Material hijau terdiri dari sampah hijau segar, seperti dedaunan,rerumputan, sisa-sisa buah dan sayur, sisa makanan, rambut dan bulu hewan, teh, ampas kopi, hingga bunga. Sedangkan material coklat dapat terdiri dari, ranting pohon, jerami, daun kering, cangkang telur, serpihan kayu, sekam padi, potongan kertas, hingga kardus.

Untuk memudahkan proses mengompos dan mempercepat waktu, sampah bisa dicacah hingga ukurannya menjadi kecil. Campurkan sampah hijau dan coklat, aduk  secara rutin dan buat sirkulasi udara yang baik, lalu tunggu hingga sekitar 4-6 minggu. 

Waste4Change menyediakan peralatan dan perlengkapan pengomposan mandiri di rumah untuk Anda yang ingin bantu optimalkan pengelolaan sampah organik. Beli alatnya di sini.

2. Diolah jadi Vermikompos

Vermicomposting merupakan teknik mengompos dengan mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos melalui perantara cacing tanah. Vermicomposting sangat efektif dan menguntungkan karena selain mengurangi produksi sampah yang berakhir di TPA, vermicomposting menghasilkan kompos bernutrisi untuk kesehatan tanaman pribadi atau untuk dijual sebagai bisnis.

Caranya sangat sederhana. Sampah organik, seperti kulit buah, sisa sayur, hingga kertas bekas, dikonsumsi oleh cacing tanah untuk diproses dalam tubuh dan diekskresikan menjadi suatu materi bernama casting. Casting inilah yang dijadikan sebagai pupuk kompos yang mengandung nutrisi penting, seperti magnesium, fosfor dan potasium, untuk pertumbuhan tanaman.

Ada dua jenis cacing tanah yang penting untuk diperhatikan dalam proses vermicomposting, yaitu cacing tanah yang menggali tanah dan yang tidak. Jenis cacing tanah yang tidak menggali adalah jenis yang paling efektif dalam mengurai dan menghasilkan casting karena mereka cenderung mengkonsumsi material organik di permukaan daripada mengonsumsi tanah.

3. Diolah jadi Biogas

Dikutip dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, biogas merupakan gas alami hasil dari pemecahan bahan organik oleh bakteri anaerob dan digunakan dalam produksi energi. Berbeda dengan gas alam, biogas utamanya terdiri dari gas metana, karbon dioksida, dan sejumlah kecil nitrogen, hidrogen, serta karbon monoksida.

Sampah organik dapat diolah menjadi biogas yang nantinya dapat dikompresi sebagai bahan bakar alternatif. Konversi sampah organik menjadi biogas juga efektif untuk mengurangi produksi gas rumah kaca akibat metana, karena pembakaran yang efisien dapat menggantikan metana dengan karbon dioksida. 

4. Diolah oleh Black Soldier Flies (BSF)

Black Soldier Flies (BSF) merupakan tipe lalat berukuran lebih besar dari lalat biasa. BSF terkenal akan kemampuannya untuk mengurangi sampah organik melalui pemanfaatannya sebagai pakan sehari-hari. Berguna dalam mengurangi jumlah sampah organik yang ada, menghasilkan bahan baku yang baik untuk kompos dan residu limbah air yang dapat diolah menjadi biogas.

BSF sendiri dapat dibiakkan dan dijual sebagai sumber protein baru yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Telur dan larva dapat diproduksi dan dipasarkan untuk berbagai tujuan. Cari tau cara mengembangbiakkan BSF secara tepat dengan mengikuti kelas AKABIS Black Soldier Fly Waste4Change dan kunjungi informasinya di sini.

Memilah sampah merupakan hal yang penting untuk dipahami dan diterapkan. Tujuannya adalah agar sampah dapat ditangani sesuai karakteristiknya, sehingga mengurangi sampah menjadi residu dan menumpuk di TPA. Hal ini juga menjadi upaya untuk turut berpartisipasi menjaga lingkungan.

Waste4Change menawarkan sebuah model edukasi untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya menjaga lingkungan terutama mengenai pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Melalui Program Akademi Bijak Sampah (AKABIS), Waste4Change akan mengajak kamu untuk melihat lebih dekat realita pengelolaan sampah di Indonesia, serta memberikan edukasi persampahan berbasis pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Kunjungi Layanan AKABIS Waste Management Academy di sini.

Related Post