Sejarah dan Pengertian Sampah Organik
Dalam sebagian besar sejarah umat manusia, sampah yang kita kenal terlebih dahulu justru sampah organik. Nenek moyang kita pada zaman purba tidak menghasilkan sampah selain apa yang mereka temukan di alam. Sumber makanan antara lain tumbuh di pohon, di semak-semak, atau merupakan hasil berburu. Alhasil, sampah yang timbul adalah sampah yang berasal dari sisa-sisa buah atau hewan buruan yang dikonsumsi (biji, kulit buah, tulang dan kulit hewan).
Bahkan ketika nenek moyang kita mulai belajar untuk membuat peralatan berburu yang lebih canggih, semuanya menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di alam seperti batu dan kayu. Selain itu, mereka terus menggunakan peralatan-peralatan itu selama mungkin sampai benar-benar tidak berfungsi lagi. Atau kalau masih berfungsi pun, peralatan tersebut akan diwariskan ke generasi berikutnya.
Sampah Dulu dan Sekarang
Berdasarkan sejarah sampah organik bukanlah sebuah masalah. Selain karena populasi manusia yang belum begitu banyak mendominasi bumi, sampah yang dihasilkan pun bisa terserap kembali dan dikelola oleh alam melalui proses-proses alamiah yang tidak membutuhkan campuran tangan manusia.
Lebih jauh lagi, sejarah peradaban kuno seperti Mesir, Yunani, serta Roma sudah mengenal praktik mengompos dan memanfaatkan sampah kotoran hewan sebagai penyubur tanah dan tanaman.
Sejak Kapan Sampah Menjadi Masalah?
Revolusi industri menjadi awal mula permasalahan sampah yang kita alami sampai sekarang ini. Revolusi industri menyebabkan urbanisasi dan meroketnya jumlah populasi manusia. Dengan begitu, jumlah sampah pun meningkat dan mulai menyebabkan masalah kesehatan yang siginifikan.
Saat itu belum ada yang namanya sistem pengelolaan sampah, jadi sampah-sampah baik organik maupun anorganik dibuang begitu saja di jalanan. Permasalahan sampah ini kemudian tereskalasi menjadi epidemi kolera yang melanda Eropa di abad ke-19. Sejak itulah, kota London mulai membuat peraturan tertulis dan pengaturan sistem pembuangan sampah agar tidak mengakibatkan masalah kesehatan.
Meski begitu, sistem pengelolaan sampah yang dibuat hanya terbatas pada membuang atau mengumpulkan sampah jauh dari pemukiman. Meksipun saat itu material dari plastik sendiri masih jarang dan komposisi sampah masih didominasi sampah sisa makanan (organik), tingkat produksi sampah yang masif dan dengan frekuensi yang tinggi membuat sampah-sampah tersebut tidak punya cukup waktu untuk bisa terurai secara alami.
Mengapa Ada Sampah Anorganik dan Organik?
Secara umum, sampah bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu organik dan anorganik. Sampah perlu dipisahkan menjadi organik dan anorganik karena dari segi komposisi saja keduanya sudah berbeda, sehingga perlu pengelolaan yang berbeda pula untuk masing-masing jenis sampah.
Sampah anorganik dan organik sendiri masih bisa dibagi menjadi beberapa kategori, dan nantinya sampah anorganik tersebut akan dikelola sesuai dengan kategorinya masing-masing.
Pengertian Sampah Organik
Sampah organik didefinisikan sebagai sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, baik hewan, tanaman, maupun manusia. Karena karakteristiknya yang organik, sampah ini sebenarnya bisa terurai sendiri di alam dengan proses alamiah. Akan tetapi, seperti yang sudah disebutkan di atas, produksi sampah yang kian masif membuat sampah kian menumpuk dan cenderung menimbulkan bau yang tidak sedap.
Kita tidak bisa membiarkan begitu saja sampah-sampah tersebut agar terurai dengan sendirinya seperti pada jaman purba, karena itulah perlu adanya campur tangan dari manusia agar sampah yang kita hasilkan bisa dikelola dengan baik dan tidak menggangu kesehatan serta mencemari lingkungan.
Perbedaan Sampah Anorganik dan Organik
Jika sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, maka sampah anorganik merupakan kebalikannya, yaitu sampah yang dihasilkan dari bahan non hayati berupa produk sintetik atau hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.
Setidaknya ada 5 aspek yang membedakan kedua jenis sampah ini, yaitu:
- Sumber
Sampah organik berasal dari sisa-sisa organisme hidup, baik manusia, hewan, atau tumbuhan. Sedangkan sampah anorganik berasal dari material tidak hidup/benda mati.
- Kandungan
Sampah organik umumnya mengandung karbon dan ikatan hidrogen. Selain itu, jenis sampah ini juga mengandung komposisi yang lebih kompleks dibandingkan sampah anorganik. Sementara itu, sampah anorganik tidak mengandung karbon, melainkan mineral.
- Ketahanan Panas
Sampah organik mudah terbakar jika terkena panas. Berbeda dengan sampah anorganik yang cenderung lebih tahan panas.
- Reaksi yang Dihasilkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah organik memiliki laju reaksi yang lambat dan tidak menghasilkan garam, sedangkan sampah anorganik memiliki laju reaksi lebih cepat dan dapat membentuk garam.
- Metode penanganannya
Secara umum, sampah organik bisa dikelola dengan cara dibuat menjadi kompos atau biogas, yang kemudian bisa dimanfaatkan sebagai materi penyubur tanaman. Selain itu, jenis sampah ini juga bisa diuraikan dengan bantuan mikroorganisme seperti cacing dan lalat Black Soldier Flies (BSF).
Sedangkan sampah anorganik umumnya harus di-reuse atau didaur ulang menggunakan metode tertentu tergantung jenis materialnya.
Dampak Negatif dari Sampah yang Tidak Dikelola
Sampah yang tidak dikelola dengan baik, baik organik maupun anorganik, akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan maupun lingkungan. Sampah sisa makanan (organik) yang dibiarkan menumpuk di TPA misalnya, akan menghasilkan gas metana (CH4). Gas metana ini tidak hanya berbahaya karena bisa memicu api, tetapi juga termasuk salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang bisa memicu pemanasan global.
Selain itu, sampah anorganik yang tidak dikelola akan mencemari lingkungan dan membahayakan ekosistem, seperti misalnya plastik. Sampah yang masuk ke saluran air dan tanah akan mengurangi kualitas air dan tanah, yang berdampak pula pada kelangsungan hidup manusia yang memanfaatkannya.