Polusi Udara Jakarta: Penyebab, Dampak, dan Solusi

polusi udara jakarta
Ilustrasi polusi udara. (Photo by Pixabay: pexels.co)

Akhir-akhir ini, polusi udara Jakarta yang buruk menyita perhatian bagi banyak pihak. Pasalnya, melansir cnbcindonesia.com per Senin (21/8) lalu, kualitas udara Jakarta polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) sebesar 72,8 mikrogram per meter kubik (μg/m³) dan kualitas udara ini menurut IQAir tergolong tidak sehat.

Polusi udara Jakarta yang buruk ini tentunya akan membawa dampak buruk juga bagi kita yang menghirupnya. Kualitas udara ini berpotensi membawa penyakit seperti kanker paru-paru, kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis.

Selain itu, kualitas udara yang buruk ini juga membuat rugi negara sebanyak Rp. 10 triliun sebagai biaya pengobatan masyarakat yang terkena penyakit tersebut.

Lebih parahnya lagi, sebanyak 8.100 nyawa telah melayang selama 2023 ini akibat kualitas udara yang buruk. Jumlah kematian ini juga merugikan negara sebesar Rp 32,09 triliun.

Dari Mana Asal Polusi Udara Jakarta?

Polusi Udara Jakarta
Ilustrasi polusi udara. (Photo by Frans van Heerden: pexels.com)

Sumber dari polusi udara ini memang beragam. Melansur dari aqi.in, sumber utama dari buruknya kualitas udara adalah partikel padat dan cair yang disebut aerosol & gas dari emisi kendaraan, aktivitas konstruksi, pabrik, pembakaran jerami & bahan bakar fosil, dan kebakaran hutan, dll.

Selaras dengan ini, Plt. Deputi Bidang Klimatologi di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwaka juga menjelaskan mengenai penyebab utama polusi udara di Jakarta.

“Buruknya kualitas udara di suatu wilayah disebabkan oleh banyak faktor seperti kendaraan bermotor hingga sektor energi seperti PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),” ucapnya dikutip dari CNNIndonesia.com, Senin (21/8).

“Emisi yang dikeluarkan oleh PLTU memang merupakan salah satu faktor penyebab buruknya kualitas udara tapi bukan merupakan satu satunya faktor,” lanjutnya.

Lebih lengkapnya, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta juga merilis penyebab-penyebab buruknya kualitas udara Jakarta. Berikut daftanya!

1. Transportasi (67,04 persen)

2. Industri (26,8 persen)

3. Pembangkit listrik (5,7 persen)

4. Perumahan (0,42 persen)

5. Komersial (0,02 persen)

Dapat dilihat dari daftar di atas bahwa sumber utama penyebab buruknya kualitas udara jakarta adalah transportasi yang saat ini masih didominasi kendaraan bermotor.

Sebenarnya buruknya kualitas udara di Jakarta akibat polusi kendaraan bermotor sudah lama terjadi. Hal ini diungkapkan dari hasil riset Riset Vital Strategies dan Institut Teknologi Bandung dikutip dari kompas.id menunjukkan bahwa 2019 lalu, polusi kendaraan bermotor sudah menjadi faktor utama kualitas udara buruk PM 2,5, mencapai 42-57 persen per Juli–September 2019.

Pernah Terjadi di Beijing

Kasus buruknya kualitas udara sebenarnya juga pernah terjadi di Beijing, China 2013 lalu. Kala itu, kualitas udara di daerah sekitar sudah mencapai 2,5 mikrometer (PM 2,5) lebih dari 600 mikrogram per meter kubik di sejumlah stasiun pemantauan di Beijing, dan 900 mikrogram pada malam hari. 

Jumlah tersebut jauh lebih rendah dari yang direkomendasikan WHO yang hanya mencapai  PM 2,5 sebesar 0-5 mikrogram.

Buruknya kualitas udara ini juga menjadi faktor utama kematian 350.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya. Hal ini telah dikonfirmasi langsung oleh Menteri Kesehatan China Chen Zhu menulis di jurnal kesehatan The Lancet.

”Studi dari Bank Dunia, WHO, dan Akademi China untuk Perencanaan Lingkungan mengenai efek polusi dan kesehatan menyimpulkan bahwa polusi udara di negeri ini menyebabkan antara 350.000 dan 500.000 orang meninggal dini setiap tahun,” tulis Zhu, di The Lancet edisi Desember 2013 dikutip dari Kompas.

Kasus kematian ini juga diiringi jumlah penderita kanker paru-paru Adenosquamous carcinoma meningkat pesat yang juga dikarenakan kualitas udara yang buruk.

Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah China memutuskan seluruh PLTU batubara secara bertahap mulai dari tahun 2013 sampai 2017 dan beralih menggunakan gas alam, panel surya, hidro, dan angin sebagai sumber energi.

Tips Kesehatan saat Polusi Udara Jakarta Mengancam

Polusi udara memang sangat berbahaya bagi kesehatan kita. Lantas bagaimana cara kita menjaga kesehatan tubuh kita? Berikut tipsnya menurut halodoc.com 

  • Keluar Menggunakan Masker KN95

Penggunaan masker ini sangat penting untuk menyaring udara kotor akibat polusi udara sebelum masuk ke dalam tubuh.

  • Mandi Ketika Pulang

Dengan langsung mandi ketika pulang, polusi udara yang menempel di kulit maupun rambut akan hilang terbawa air. 

  • Menggunakan Penyaring Udara

Alat ini dikhususkan untuk dihidupkan di dalam ruangan agar ruangan udara kotor dapat tersaring dengan serta meningkatkan kualitas udara.

  • Menutup Jendela

Menutup jendela dilakukan akan udara di dalam ruangan tidak bercampur dengan udara di luar yang terkontaminasi polusi.

  • Mengurangi Aktivitas Di Luar 

Dengan mengurangi kegiatan di luar maka akan memeprkecil peluang untuk menghirup udara yang tercemar polusi.

  • Penuhi Kebutuhan Cairan Tubuh

Mencukupi cairan tubuh akan meminimalisir kemungkinan terkena penyakit iritasi dan gejala pernapasan

  • Konsumsi Makanan Seimbang

Dengan mengkonsumsi makan yang seimbang akan membuat gizi tubuh lengkap dan menjaga kekebalan tubuh untuk mencegah dampak buruk dari polusi udara bagi kesehatan.

Solusi Penanganan Polusi Udara Jakarta yang Diajukan

Polusi Udara Jakarta
Green energy bisa menjadi solusi polusi udara. (Photo by Pixabay: pexels.com

Pemerintah Indonesia diketahui akan mengandalkan teknologi untuk mengatasi masalah ini. Melansir news.republika.co.id, DKI Jakarta menyampaikan bahwa teknologi modifikasi cuaca (TMC) menjadi salah satu upaya dalam mengendalikan pencemaran udara. Namun, solusi ini bergantung pada kondisi awan.

Selain itu, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo juga memberikan solusi untuk kualitas udara yang buruk ini. Beliau membagi solusi tersebut menjadi tiga bagian yaitu solusi jangka pendek, solusi jangka panjang, dan solusi jangka menengah. 

  1. Jangka pendek: rekayasa cuaca, penerapan regulasi untuk percepatan penerapan batas emisi, memperbanyak ruang terbuka hijau, dan perkantoran didorong menerapkan sistem campuran kerja dari rumah dan kantor.
  2. Jangka menengah: mempercepat pengurangan kendaraan berbasis fosil, dan mendorong warga lebih banyak menggunakan transportasi massal. Selain itu, mempercepat elektrifikasi kendaraan umum.
  3. Jangka panjang: penguatan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui pengawasan sektor industri dan pembangkit listrik di Jakarta dan sekitarnya.

Related Post