Peran Pengelolaan Sampah dalam Mendukung Green Building

Kondisi iklim yang dirasakan di bumi semakin hari semakin mengkhawatirkan. Hal ini seiring dengan fakta banyaknya aktifitas manusia yang menimbulkan kerusakan alam. Seperti contohnya pengelolaan sampah yang tidak tepat atau seperti penggunaan kendaraan bermotor yang banyak menyumbang gas sisa ke lapisan ozon. Laporan dari WMO (World Meteorological Organization) menunjukkan telah terjadi lonjakan tingkat karbon dioksida menjadi 413,2 bagian per satu juta pada tahun 2020. Kelola sampah secara bijak dan penerapan green building dapat berkontribusi mengatasi hal ini.

Waste4Change’s operators posing in front of our garbage truck.
Operator beserta truk pengangkut sampah Waste4Change

Untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan iklim, perlu diadakan berbagai tindakan yang mendukung gaya hidup berkelanjutan. Selain untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, beberapa tahun belakangan konsep bangunan hijau atau green building juga mulai dipertimbangkan sebagai gaya hidup berkelanjutan (sustainable lifestyle).

Memahami Konsep Green Building

Konsep bangunan hijau atau green building menjadi suatu terobosan yang mulai diperkenalkan di Inggris pada tahun 1992 sebagai respons dari tuntutan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) akibat dari krisis minyak fosil dan isu polusi pada lingkungan yang semakin tidak dapat terkendali.  

kelola sampah green building
Konsep green building

Penerapan green building kemudian semakin menyebar, salah satunya ke Indonesia. Pada sekitar tahun 2010, konsep bangunan hijau mulai diperkenalkan dan terus mengalami perkembangan di berbagai daerah di Indonesia. Pada 2012, regulasi Jakarta Green Building Code berhasil diluncurkan. Merujuk pada International Financial Corporation (IFC), bangunan ramah lingkungan di Jakarta diperkirakan akan mencapai 60% pada tahun 2030. 

Konsep green building sendiri merupakan suatu konsep yang dibangun atas kesadaran bahwa telah banyak konstruksi bangunan, seperti gedung pencakar langit, yang memiliki kualitas udara dalam ruangan yang buruk dan terdapat paparan racun dalam produk konstruksi yang digunakan. Sehingga konsep green building berusaha untuk menghilangkan kondisi yang merugikan tersebut.

Praktik Bangunan Hijau

Bangunan hijau sendiri dapat dilihat sebagai suatu pendekatan untuk desain dan konstruksi bangunan yang hemat energi dan sumber daya material. Ini merupakan suatu konsep holistik yang dimulai dari pemahaman bahwa konstruksi bangunan dapat berpotensi membawa dampak negatif bagi lingkungan dan orang-orang yang tinggal di gedung.

Lebih lanjut, merujuk pada U.S. EPA, bangunan hijau adalah suatu praktik untuk menciptakan struktur dan menggunakan proses yang bertanggungjawab terhadap lingkungan. Bangunan hijau mendukung penghematan sumber daya di sepanjang siklus hidup bangunan mulai dari penempatan hingga desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. 

Adapun, di Indonesia penerapan green building adalah merujuk pada Green Building Council Indonesia (GCBI). Terdapat aspek-aspek green building yang diperkenalkan oleh GCBI, disebut dengan 6 Pilar Green Building yang salah satunya adalah Building and Environment Management. Pilar tersebut mencakup pada aspek pengelolaan sampah untuk mendukung penerapan green building.

Langkah Pengelolaan Sampah untuk Mendukung Green Building

Kelola sampah dengan bertanggung jawab punya peran dalam penerapan green building. Dalam upaya untuk mendukung penerapan green building, standar pengelolaan manajemen sampah yang baik perlu dilakukan agar tercapai hasil yang baik dan berkelanjutan. Dalam hal ini, terdapat berberapa langkah yang dapat ditempuh bersama. Sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesadaran dan menyebarkan edukasi terkait pengelolaan sampah secara bertanggungjawab

Persoalan sampah dimanapun tempatnya adalah dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran akan pengelolaan sampah secara bertanggungjawab. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah khusus untuk membantu meningkatkan kesadaran bersama agar setiap pihak bersedia mengelola sampah yang dihasilkannya. Bersamaan dengan hal tersebut, edukasi mengenai cara-cara pengelolaan sampah berdasarkan jenis dan dampak dari sampah yang tidak terkelola juga penting untuk disebarkan. 

2. Menyediakan fasilitas dan sarana prasarana untuk mengelola sampah bangunan

Pengelolaan sampah untuk mendukung penerapan green building juga perlu didukung dengan penyediaan fasilitas yang memadai. Ketersediaan sarana prasarana untuk mengelola sampah dapat menjadi suatu aspek yang penting dalam hal sistem pengelolaan sampah yang lebih terarah.

Seperti contohnya penyediaan tempat sampah yang dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis; sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3. Seiring dengan sistem pembedaan tempat sampah, penyediaan fasilitas daur ulang sampah juga menjadi hal yang diperlukan. 

3. Membentuk tim khusus pengelolaan sampah

Sesuai dengan pilar Building and Environment Management (BEM), pengelolaan sampah menjadi suatu hal penting yang perlu dilakukan secara terpadu. Dalam hal ini, penyediaan tim khusus pengelolaan sampah dapat menjadi suatu aspek yang berpengaruh besar dalam mendukung penerapan green building. 

Dengan kehadiran tim pengelola sampah, usaha pengurangan sampah dapat terkoordinasi secara berkelanjutan dan terarah sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. 

4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan sampah 

Pengelolaan sampah tidak cukup hanya digaungkan sejak awal saja, akan tetapi perlu untuk terus dimonitor dan dievaluasi. Dalam hal ini, masing-masing bangunan dengan konsep green building perlu untuk membuat suatu laporan pengelolaan sampah. Sehingga, dapat diketahui bagaimana capaian pengurangan sampah secara berkala, serta bagaimana alur daur ulang sampah yang dilakukan. 

Dukung Pengelolaan Sampah Green Building bersama Waste4Change

Melakukan pengelolaan sampah memang bukanlah hal yang sederhana. Namun kelola sampah secara bertanggung jawab juga berperan dalam menerapkan green building. Oleh karena itu pengelolaan sampah perlu dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Untuk mendukung penerapan green building yang memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, Waste4Change menghadirkan jasa Reduce Waste to Landfill (RTWL).

Melalui RTWL, tiap bangunan bisa mendapatkan layanan pengelolaan sampah 100% holistik untuk untuk mengurangi jumlah sampah yang menumpuk. Terdapat berbagai paket layanan yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan bangunan. Dengan alur sistem pengelolaan sampah yang terpadu, RTWL dapat menjadi pilihan yang baik untuk mengelola sampah green building.

Reference:
https://travel.detik.com/travel-news/d-5793213/kondisi-bumi-makin-mengkhawatirkan-ini-data-iklim-terbaru 

https://www.themightyearth.com/concept-of-green-building-and-benefits/#:~:text=The%20U.S.%20EPA%20says%20%E2%80%9CGreen,maintenance%2C%20renovation%2C%20and%20deconstruction.

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/14235/Penerapan-Konsep-Green-Building-Pada-KPKNL-Cirebon.html

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3894170/bangunan-hijau-di-jakarta-diproyeksikan-capai-60-persen-pada-2030

https://waste4change.com/blog/konsep-green-building/

Related Post