Industry Updates

Penanganan Sampah Medis untuk Cegah Penyebaran COVID-19

Wuhan merupakan sebuah kota di provinsi Hubei, Cina yang menjadi tempat bermulanya wabah virus COVID-19. Dengan populasi penduduk yang mencapai 11 juta orang, 75% kasus positif Corona di Cina yang berakhir kematian berada di Wuhan. Di Cina sendiri sudah ada lebih dari 80,000 kasus positif Corona dan lebih dari 3,000 kematian.

Outbreak di Wuhan dan Jumlah Sampah Medis yang Melonjak

Sayangnya, sejak Desember tahun lalu, Wuhan tidak hanya berjibaku dengan krisis kesehatan dan aktivitas ekonomi yang harus terhenti akibat adanya lockdown, tetapi juga perihal sampah medis yang kian menggunung.

Meski data soal jumlah masker medis yang dibuang tidak bisa dipastikan berapa persisnya, media Southern Metropolis Daily melaporkan bahwa jumlah sampah medis di Wuhan telah meningkat sebanyak 4 kali lipat menjadi lebih dari 200 ton sampah di tanggal 24 Februari saja. Jumlah ini meningkat tajam mengingat lima hari sebelumnya, jumlah sampah medis yang dihasilkan ada sekitar 109 ton.

Menurut pernyataan dari pihak Kementerian Lingkungan Cina, jumlah ini melampaui kapasitas pengelolaan sampah medis di Wuhan yang hanya mampu mengelola 50 ton sampah medis per hari.

Petugas yang tengah menangani sampah medis yang menggunung akibat epidemi Corona di Cina. Sumber foto: Reuters

Produksi sampah medis yang masif ini satu satunya karena kebutuhan masker medis yang juga tinggi seiring dengan merebaknya virus Corona yang sudah dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO. Menurut Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional Cina, masker medis kini diproduksi sebanyak 116 juta buah setiap harinya,12 kali lipat lebih banyak dibandingkan bulan sebelumnya.

Workers are busy on the face mask production line at the GAC Component workshop in Guangzhou in February. Photo: Xinhua
Seorang pekerja yang sibuk dalam aktivitas produksi masker di workshop komponen GAC yang bertempat di Guangzhou pada bulan Februari lalu. Sumber foto: Xinhua

Selain itu, tumpukan sampah masker sekali pakai serta alat perlindungan diri (APD) lainnya sebagian besar bersumber dari rumah sakit-rumah sakit yang ada di Wuhan, contonhya Rumah Sakit Puren. Portal berita The Paper melaporkan bahwa sebanyak 3 ton sampah medis dihasilkan oleh rumah sakit tersebut hanya dalam waktu empat hari.

Pola ini juga dapat dilihat dari data 365 ton sampah medis yang berhasil dikumpulkan di provinsi Hubei pada tanggal 24 Februari, dimana 60%nya berasal dari rumah sakit.

People in Wuhan frequently reuse their face masks to reduce waste. Photo: Xinhua
Seorang petugas tengah memindahkan sampah yang dihasilkan dai area isolasi di Du’an Yao Autonomous County, Guangxi Zhuang, sebuah daerah otonom di sebelah selatan Cina. Photo: Xinhua/Cao Yiming

Sementara itu perwakilan dari Zona Pembangunan Ekonomi Wuhan (sebuah area dimana lebih dari 400,000 orang tinggal dan mencari nafkah) menyatakan bahwa mereka mengangkut sebanyak 200 sampai 300 kilogram masker medis sekali pakai dari sekitar 200 tempat sampah.

Keterbatasan Pengelolaan Sampah Medis

Masker medis serta peralatan lainnya memang krusial untuk perlindungan diri orang-orang yang turun langsung dalam merawat pasien yang terinfeksi Corona. Selain itu, penggunaan masker bagi orang yang memiliki gejala COVID-19 juga diharuskan guna meminimalisir penularan virus kepada orang yang sehat.

Karena itu, penanganan sampah medis ini patut mendapat perhatian yang serius karena sampah medis berbeda dengan sampah domestik/rumah tangga biasa. Sampah medis yang sudah terpapar saliva dari pasien COVID-19 misalnya, berpotensi menjadi sumber penyebaran virus Corona bagi petugas yang menangani sampah tersebut.

Sampah medis yang di kampus Rumah Sakit Wuhan Union bagian Barat. Sumber foto: Xinhua

Idealnya, sampah medis seperti masker yang digunakan oleh tenaga kesehatan serta orang yang positif terinfeksi Corona harus disterilisasi dan dibakar dengan temperatur tinggi di fasilitas-fasilitas khusus.

Namun sayangnya, menurut pernyataan dari Kementerian Ekologi dan Lingkungan, sebagian besar fasilitas pengelolaan sampah medis di Cina, yang dibangun 17 tahun yang lalu saat wabah SARS melanda, sudah mendekati masa akhir operasinya.

Pengelolaan sampah masker medis sekali pakai juga menghadapi dilema karena sampah tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: masker medis yang digunakan di kalangan pasien dan petugas kesehatan, masker yang digunakan oleh orang yang sehat, serta masker yang digunakan oleh orang yang memiliki gejala Corona ringan dan melakukan isolasi mandiri di rumah.

Masker medis sekali pakai. Sumber: Noah/Unsplash
Masker medis sekali pakai. Sumber: Noah/Unsplash

Sampah masker yang digunakan di rumah sakit akan diperlakukan sebagai sampah medis yang membutuhkan penanganan khusus, sementara masker yang digunakan oleh orang yang sehat dapat dikelola layaknya sampah domestik. Yang kemudian menjadi masalah ialah perihal sampah masker yang digunakan oleh orang yang memiliki gejala COVID-19 tapi tidak dirawat di fasilitas kesehatan.

Penanganan sampah masker untuk kelompok orang seperti ini cenderung membingungkan karena secara teknis masker tersebut bukan wewenang institusi kesehatan, sedangkan masker yang sudah terkontaminasi ini seharusnya ditangani sesuai dengan standar penanganan sampah medis.

Jenis Sampah Medis dan Resiko yang Mungkin Timbul 

Sampah Medis merupakan jenis sampah yang mengandung material yang menular (atau berpotensi untuk menular). Definisi ini mencakup sampah yang pada umumnya dihasilkan oleh fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik gigi, laboratorium, fasilitas penelitian kesehatan, serta klinik hewan.Sampah medis juga mengandung cairan tubuh seperti darah, saliva, atau lainnya.

Selain itu berdasarkan Medical Waste Tracking Act tahun 1988, sampah medis didefinisikan sebagai sampah yang dihasilkan dari kegiatan penelitian kesehatan, tes kesehatan, diagnosa, proses imunisasi, serta perawatan baik terhadap manusia maupun hewan.

Contoh sampah medis berupa jarum suntik. Sumber: waste360.com

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengelompokkan sampah medis ke dalam beberapa jenis, yaitu:

  1. Sampah Infeksius: Sampah yang sudah terpapar oleh darah dan cairan tubuh lainnya,  bakteri atau substansi dari laboratorium yang bisa menular (cawan petri, sampah dari hasil otopsi, jasad hewan yang terjangkit penyakit) atau sampah dari pasien yang terjangkit infeksi (perban, peralatan medis sekali pakai, kain penyeka)
  2. Sampah Patologis: Jaringan manusia, organ atau cairan, bagian tubuh, serta mayat hewan yang terkontaminasi
  3. Sampah yang Runcing: yaitu jarum, pisau bedah sekali pakai, dll
  4. Sampah Kimiawi: misalnya larutan atau bahan reaksi yang digunakan untuk kegiatan laboratorium, cairan disinfektan, dan logam berat yang terkandung di dalam peralatan medis (misalnya merkuri di dalam termometer rusak), serta baterai.
  5. Sampah Farmasi: vaksin dan obat yang kadaluarsa, tidak terpakai, atau sudah terkontaminasi
  6. Sampah Sitotoksik: sampah yang mengandung material yang memiliki sifat genotoksik (material berbahaya yang bisa bermutasi, mutagenik, teratogenik atau karsinogenik (menyebabkan kanker) seperti obat sitotoksik yang digunakan untuk perawatan kanker
  7. Sampah Radioaktif: antara lain produk-produk yang terpapar radionuklida, termasuk material diagnosa radiaktif atau radioterapi
  8. Sampah yang Tidak Berbahaya/ Sampah Umum: yaitu sampah yang tidak berpotensi menimbulkan bahaya baik secara biologis, kimiawi, radioaktif, atau fisik.
Warna merah merupakan kode warna untuk sampah medis. Sumber: usbioclean.com

Bahaya Sampah Medis terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Dampak Kesehatan

Dari jenis-jenis sampah medis yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya penanganan yang tepat, sampah medis dapat berbahaya bagi pasien, tenaga kesehatan, serta masyarakat umum. Bahaya lainnya yaitu berkaitan dengan mikrorganisme yang kebal terhadap obat yang mampu menyebar dari fasilitas kesehatan ke lingkungan terbuka.

Adapun resiko kesehatan lain yang mungkin timbul dari sampah medis yang tidak tertangani dengan baik yaitu

  • luka akibat terpapar sampah medis runcing seperti jarum
  • paparan terhadap racun yang terkandung dalam produk farmasi, misalnya antibiotik dan obat sitotoksik, serta zat seperti merkuri dan dioksin dalam proses penanganan sampah medis
  • luka bakar sebagai hasil proses disinfeksi, sterilisasi, atau aktivitas  pengelolaan sampah lainnya
  • polusi udara yang terlepas sebagai hasil dari pembakaran sampah medis
  • luka bakar atau cidera yang timbul akibat pembakaran di ruang terbuka atau pengoperasian insinerator sampah medis
  • luka bakar akibat radiasi.
Sampah medis yang tidak dibuang dengan benar menjadi sangat berbhaya untuk petugas pengelola sampah. Sumber: medsharps.com

Penting juga untuk diingat bahwa sampah medis dapat berbahaya bagi pemulung apabila sampah tersebut dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah, serta saat proses penanganan dan pemilahan sampah medis secara manual dari fasilitas-fasilitas kesehatan. Praktik ini masih lazim dilakukan, utamanya di negara dengan pendapatan rendah hingga menengah yang fasilitas pengelolaan sampah medisnya bisa jadi kurang memadai.

Petugas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tengah memeriksa sampah medis yang dibuang secara ilegal di Karawang, Jawa Barat. Sumber: KLHK via JakartaPost

Pihak pengelola sampah seperti pemulung menjadi sangat rentan karena mereka seringkali bekerja dengan peralatan seadanya, bahkan bertelanjang kaki. Dapat dibayangkan tingginya resiko pemaparan terhadap sampah medis yang tidak tertangani dengan baik.

Dampak Lingkungan

Selain resiko kesehatan, sampah medis yang dibuang begitu saja ke lingkungan dapat menghasilkan konsekuensi yang tidak main-main. Salah satunya yaitu dapat mencemari sumber air minum, air permukaan, dan air bawah tanah.

Selain itu, pembakaran sampah medis tanpa fasilitas yang memadai mampu melepaskan bahan berbahaya, misalnya dioksin yang bersifat karsinogen, serta bahan-bahan logam berat seperti merkuri.

Pentingnya Pengelolaan Sampah Medis yang Benar

Cara Membuang Sampah Medis

Contoh cara membuang sampah medis yang benar. Sumber:danielshealth.com

Di tengah-tengah pandemi COVID-19, masker medis menjadi salah satu perlengkapan yang banyak dicari dan digunakan, baik oleh tenaga kesehatan maupun oleh masyarakat yang sedang sakit atau memiliki gejala Corona.

Fenomena ini tentunya menyebabkan bertambahnya volume sampah masker sekali pakai di banyak tempat-tempat di dunia, tidak terkecuali di Indonesia dan Jabodetabek. Terlebih lagi dengan kondisi pembatasan sosial yang ada, maka ada baiknya kita tahu hal-hal dasar yang harus dilakukan dalam mengemas dan membuang sampah medis yang dihasilkan guna meminimalisir penyebaran virus COVID-19. Caranya yaitu:

  1. Pisahkan berdasarkan kategori: Jika sampah medis ada banyak, maka harus dipisahkan sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan atau disepakati dengan pihak pengelola sampah medis. Selain itu, sampah medis juga harus disimpan dan dikemas secara tertutup dan aman.
  2. Sediakan wadah khusus: Sampah medis yang runcing, seperti jarum suntik dan infus, harus diletakkan di dalam wadah khusus agar tidak melukai operator atau petugas sampah yang akan mengangkut sampah kita. Untuk masker medis, ketahui cara membuang yang tepat disini
Managing medical and infectious waste (Source: medprodisposal)

Contoh wadah untuk sampah infeksius. Sumber: success.ada.org

3. Beri Label: Setelah dibungkus dalam kontainer tertutup, jangan lupa untuk melabeli sampah medis yang hendak dibuang sesuai dengan nama atau kategorinya. Hal ini akan mempermudah petugas dan operator sampah untuk mengetahui jenis sampah yang mereka tangani, serta mencegah petugas sampah untuk membuka atau bahkan memegang sampah medis.

Wadah khusus untuk sampah medis yang runcing seperti jarum suntik. Sumber: www.inciner8.com

Jenis dan Metode Pengelolaan Sampah Medis 

Untuk penanganan sampah medis sendiri biasanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu on-site treatment dan off-site treatment. On-site treatment mengacu pada penanganan sampah medis secara langsung di tempat, biasanya terbatas pada rumah sakit dan/atau fasilitas kesehatan yang berpenghasilan besar. Hal ini karena on-site treatment sangat memakan biaya, mulai dari membeli peralatannya, perawatannya, hingga pengelolaannya.

Yang kedua yaitu penanganan dengan off-site treatment, yang notabene lebih hemat biaya dan cocok untuk fasilitas kesehatan berskala kecil dan menengah. Nantinya sampah medis akan diangkut dan dikelola oleh pihak ketiga yang memang bergerak di bidang pengelolaan sampah medis.

Selain itu, metode pengelolaan sampah medis antara lain:

Insinerator: Yaitu metode pengelolaan sampah dengan pembakaran. Insinerasi merupakan satu-satunya metode yang digunakan untuk sampah patologis seperti bagian dan jaringan tubuh.

Autoclaving: Metode sterilisasi sampah dengan menggunakan uap, sehingga sampah menjadi tidak lagi infeksius dan bisa dibuang bersamaan dengan sampah padat lainnya.

Metode pengelolaan sampah medis dengan autoclaving. Sumber: blog.veolianorthamerica.com

Microwaving: Cara lain untuk membuat sampah menjadi tidak berbahaya ialah untuk memasukannya ke dalam microwave dengan peralatan bertegangan tinggi. Sama halnya dengan autovlacing, sampah medis yang sudah melalui proses microwave akan bisa dibuang bersamaan dengan sampah pada umumnya.

Chemical/Kimiawi: Sampah medis kimiawi jenis tertentu dapat dinetralkan dengan mengaplikasikan subtansi kimiawi yang akan membuatnya tidak lagi bereaksi.

Biological/Biologis: Metode pengelolaan sampah yang satu ini masih sedag dikembangkan dan jarang dipergunakan. Secara teoritis, pengelolaan secara biologis yaitu dengan memanfaatkan enzim untuk menetralisir organisme yang berbahaya dan infeksius.

Semakin Tahu, Semakin Bertanggung Jawab

Sebelum virus COVID-19 mewabah, kita mungkin tidak pernah berpikir soal sampah medis, bahwa sampah tersebut lebih berbahaya dari sampah pada umumnya, bahwa butuh penanganan dan fasilitas khusus, dan lain sebagainya.

Pun sampah medis juga jarang menjadi perhatian karena sebagian besar orang tidak berhubungan langsung dengannya. Padahal, sampah seperti masker sekali pakai juga dapat digolongkan sebagai sampah medis, dan paling tidak kita harus tahu cara yang tepat untuk membuangnya.

Ingat, jangan sekali-kali mencoba untuk mengelola sampah medismu sendiri. Bahkan pihak-pihak yang bertugas mengelola sampah medis membutuhkan pelatihan dan izin khusus untuk bisa mengelola sampah medis. Karena itulah, cukup lakukan peran kita untuk membuang sampah medis secara benar, dan biarkan mereka melakukan peran mereka untuk mengelolanya.

Sementara itu, tetap jaga kesehatan, tetap beraktivitas di rumah saja, serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta memilah sampah dari rumah. Sampah yang sudah dipilah tersebut nantinya bisa disetor ke bank sampah atau diserahkan ke Waste4Change saat semua ini sudah berakhir.

Baca artikel versi Bahasa Inggris/English version di sini.

Referensi:

https://www.scmp.com/news/china/society/article/3065049/coronavirus-china-struggling-deal-mountain-medical-waste-created

https://www.inciner8.com/blog/medical-incineration/different-types-of-medical-waste/

https://www.medprodisposal.com/medical-waste-disposal/what-is-medical-waste-medical-waste-definition-types-examples-and-more/

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/health-care-waste

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami