Industry Updates

Belajar Menanam Bahan Makanan Sendiri bersama Kebun Kumara

Artikel fitur ini merupakan bagian dari inisiatif Waste4Change untuk mengulas dan memperkenalkan beberapa komunitas/startup/perusahaan lokal yang turut andil dalam mengelola bahan makanan dan bahan lokal agar tidak berakhir menjadi sampah.

Mengelola bahan makanan bukan masalah yang sepele, karena jika tidak dilakukan dengan benar, sampah organik yang timbul tidak hanya akan mencemari lingkungan, tapi juga dapat menjadi sumber emisi yang mampu merusak lapisan ozon.

Waste4Change percaya bahwa inisiatif mengelola bahan makanan yang telah dilakukan oleh beberapa organisasi/komunitas yang ada sangat penting dan patut diapresiasi agar semakin banyak orang yang sadar mengenai isu ini, salah satunya ialah Kebun Kumara

Dengan visi mendekatkan masyarakat kota ke gaya hidup yang lebih sehat dan lestari, Kebun Kumara merupakan sebuah bisnis sosial yang dibangun tahun 2016 oleh Siti Soraya Cassandra, Dhira Narayana, Alia Ramadhani, dan Rendria Arsyan. Lucunya, keempat orang tersebut merupakan pasangan suami istri beserta adik dan iparnya.

Waste4Change berkesempatan untuk mengenal Kebun Kumara secara lebih mendalam melalui wawancara tertulis dengan Sarah Adipayanti, Learning Coordinator Kebun Kumara yang merupakan lulusan S1 Hubungan Internasional dari Universitas Pelita Harapan. Yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai Kebun Kumara,

Sarah Adipayanti, Learning Coordinator Kebun Kumara
Sarah Adipayanti, Learning Coordinator Kebun Kumara

Kebun Kumara: Grow Your Own Food, not lawns #BerguruPadaAlam

Apa motif utama yang melatari berdirinya Kebun Kumara?

Sarah Adipayanti: Berangkat dari gaya hidup di perkotaan yang mulai hilang kepekaan dan kesadaran. Masyarakat kota sering kali gagal untuk memahami besarnya dampak yang ditimbulkan dari perilaku kita sendiri. Dengan gaya hidup yang serba konsumtif, kami menjadi lupa asal usul makanan kami, kemana sampah kami pergi.

Selain itu juga ada dua isu yang menjadi perhatian kami:

  • Kesehatan: Makanan yang kita konsumsi banyak yang ditanam dengan menggunakan pupuk kimia. Pilihan makanan sehat itu biasanya yang organik tetapi cenderung mahal.
  • Sampah: Dengan gaya hidup yang lebih dari cukup di perkotaan, sampah menjadi salah satu isu yang harus diperhatikan.

Kami sendiri suka dengan alam, namun sadar bahwa selama ini hubungannya hanya satu arah. Hanya sebagai penikmat tapi lupa bahwa harusnya ada timbal balik dan kita ikut merawatnya. Padahal sebagai anak kota kita “terdidik”, tapi sebenernya tidak tahu bagaimana cara merawat alam.

Seakan-akan manusia yang hakikatnya merupakan bagian dari alam tapi telah terputus hubungannya. Terhubung kembali dengan alam meningkatkan kesadaran kami akan peran manusia untuk merawat bumi.

Dari situ tim kami belajar tentang Permaculture di Yogyakarta dan Salatiga. Suatu ilmu bagaimana merawat alam secara berkelanjutan. Sebenarnya ilmu ini sudah diterapkan oleh kakek-nenek moyang kita dan beberapa masyarakat adat di Indonesia. Mencoba menerapkan ilmu tersebut diperkotaan, Kebun Kumara didirikan sebagai wadahnya.

Kebun Kumara sendiri terletak di Taman Wisata Pulau Situ Gintung 3, Ciputat, Tangerang selatan. Kami menyewa sebagian lahan yang ada di sini yang tadinya tidak produktif dan terbengkalai. Kemudian lahan tersebut kami ubah menjadi produktif seperti kebun pangan, rumah kompos, dan yang sedang dalam proses desain ulang adalah food forest. 

Apa pandangan Kebun Kumara terhadap fakta yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan penghasil sampah makanan ke-2 terbesar di dunia dan bahwa sampah makanan termasuk salah satu penyebab menipisnya lapisan ozon?

Sarah Adipayanti: Sebenarnya alam itu kan tidak menyampah. Siklus alam itu begitu sempurna sehingga tidak ada yang sia-sia. Namun ketidakpekaan manusia seolah-olah memutus siklus ini. Dibuangnya sisa makanan ke TPA membuat pembusukan yang terjadi tidak optimal dan menghasilkan masalah lain. Seperti terciptanya gas metana sebagai salah satu penyumbang gas pada pemanasan global.

Padahal kalau setiap orang mau bertanggung jawab dengan sampah organiknya sendiri dan mengkomposnya, bayangkan ada berapa banyak sampah organik yang berhasil diselamatkan dari TPA dan menjadi bermanfaat. Selain itu mengkompos mudah kok, kita tidak perlu kerja keras untuk mengurainya. Di alam sudah ada mahluk dan bagiannya sendiri yang bekerja untuk mengurai sampah-sampah kita. Kita hanya perlu memilahnya saja.

Maka dari itu kami mencoba untuk mengangkat isu ini serta memfasilitasi dengan kegiatan workshop kami. Harapannya ketika peserta kembali ke rumah, mereka bisa mempraktekkan dan mulai untuk mengkompos sampah organiknya masing-masing dengan mudah. Selain itu mengurangi pembuangan sisa makanan dan sampah organik lainnya ke TPA dimulai dari rumah masing-masing,

Apa program yang dilakukan Kebun Kumara dan berapa orang/yayasan/organisasi yang telah terlibat dalam kegiatan Kebun Kumara?

Sarah Adipayanti: Bisnis kami fokus pada 3 hal, yaitu edukasi seputar merawat alam dan lingkungan hidup melalui berkebun, kompos, dan juga ecobrick. Selain itu kami juga melayani penjualan bibit, dan juga edible landscaping service.

Contoh kegiatan berkebun yang dilakukan oleh Kebun Kumara
Contoh kegiatan berkebun yang dilakukan oleh Kebun Kumara

Edible Landscaping Service ini kami mendesain dan juga menyediakan jasa konstruksi untuk rumah-rumah, sekolah atau tempat lainnya yang ingin memiliki kebun pangannya sendiri. Pada setiap kebun pangan yang kami desain, tempat komposnya kami buat menyesuaikan dengan lahan masing-masing klien (skala besar atau skala kecil).

Sehingga selain bisa panen dari kebunnya sendiri, mereka juga bisa mengolah sampah organiknya menjadi kompos. Karena nantinya kompos ini juga akan digunakan untuk tanaman mereka.

Tim inti Kebun Kumara terdiri dari 6 orang, yaitu 2 petani, 2 intern, dan sekitar 20 freelancer yang membantu sebagai fasilitator workshop anak. Dalam setahun kurang lebih ada 90-100 kegiatan termasuk workshop & events, talks.

Orang-orang dibalik Kebun Kumara yang siap mengajari kamu berkebun dan menanam bahan makanan sendiri
Orang-orang dibalik Kebun Kumara yang siap mengajari kamu berkebun dan menanam bahan makanan sendiri

Di akhir tahun biasanya kami tutup dengan kampanye No Pollution Resolution. Setiap tahun kampanyenya beda. Intinya kami mengajak orang-orang untuk barter sampah dengan bibit. Sebagai upaya mengurangi sampah pribadi dengan menukarkan barang-barang mereka yang sudah tidak terpakai tapi masih bermanfaat, seperti baju, kepingan CD, dan lain-lain. Kami tukarkan dengan bibit gratis.

Kegiatan Kebun Kumara juga termasuk edukasi tentang kompos untuk anak-anak
Kegiatan Kebun Kumara juga termasuk edukasi tentang kompos untuk anak-anak

Untuk program kedepannya, kami sedang berencana membangun food forest di kebun kami. Jadi kebun pangan juga tapi lebih ke buah-buahan. Agar bisa panen buah dan bisa digunakan sebagai pembelajaran. Selain itu sedang mengembangkan kurikulum baru untuk pelatihan. Tidak hanya seputar berkebun tapi rencananya bisa mengadakan workshop permaculture untuk perkotaan, atau urban permaculture.

Kebun Kumara juga sudah banyak bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti misalnya dengan Street Store Indonesia, Daur.id, General Electric Volunteers, ABM Group, PGE Kamojang, Shell Retail Indonesia, TEDx Jakarta, PetroChina, PT.Tunas Inti Abadi, Universitas Trisakti, UHAMKA, Lingkaran & Project Semesta, Agradaya, AgriProFocus & Duta Petani Muda, Snuggle Up Kids, dan Nestle Pop-Up Daycare

Selain itu ada juga sekolah dan komunitas lokal lainnya seperti TK & SD Cikal, TK Highscope , SD Tunas Global, SD Cita Persada, SD Dian Harapan, The Little Hijabi Homeschooling, SMP Raffles, Yayasan Lanjut Sekolah, Kenali Nusantara, Komunitas Jendela, AIESEC , IFGF Kids, Gereja St Thomas Rasul, Gereja HKBP Menteng.

Waste4Change: Apa tips Kebun Kumara dalam mengelola sisa makanan agar tidak berakhir menjadi sampah atau tips untuk hidup lebih bertanggung jawab untuk kebaikan alam dan menghargai hasil bumi?

Sarah Adipayanti: Dari mulai makannya sendiri, harus sudah sadar untuk konsumsi dengan secukupnya. Kalau masih ada sisa sampah dari makanan yang dikonsumsi, bijak dalam memilah dan mengurainya.

Mulai membuat sistem sendiri di rumah. Letakkan ember-ember untuk sampah organik di setiap tempat yang menghasilkan sampah organik seperti dapur, tempat bikin teh atau kopi, dan tempat mengumpulkan sisa daun yang berjatuhan. Sehingga nanti kalau udah penuh tinggal langsung dikompos. Pastikan tempat sampah organiknya selalu dibersihkan setelahnya agar tidak bau. Biasanya kalau bau akan bikin malas.

Seiring berjalannya waktu, proses mengkompos sendiri dapat merubah perspektif kita tentang alam dan juga mahluk-mahluk hidup lainnya yang ternyata berperan di alam semesta ini.

Contoh kegiatan mengkompos yang dilakukan oleh Kebun Kumara
Contoh kegiatan mengkompos yang dilakukan oleh Kebun Kumara

Kebun Kumara percaya bahwa siapapun bisa berkebun.

Alam saja tidak menyampah, mereka selalu mengurai. Kenapa kita tidak mau mengolah sisa makanan & sampah organik lainnya untuk menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat seperti kompos?

Baca artikel versi Bahasa Inggris/English version di sini.

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami