Tragedi TPA sampah Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, telah 18 tahun berlalu. Bencana akibat buruknya pengelolaan sampah saat itu menyisakan kenangan yang sulit terlupakan. 157 orang tewas dan 2 desa hilang dari bumi, menunjukkan betapa kurang optimalnya penanganan sampah di TPA.

Pada saat itu, diketahui tumpukan sampah telah mencapai tinggi 60 meter dengan panjang 200 meter. Gunung sampah tersebut terus menerus diguyur hujan deras sepanjang malam. Lalu tepat pada pukul 2 malam, sebuah ledakan keras diikuti longsor sampah menerjang desa-desa sekitar. Tragedi ini menjadi awal mula dicetuskannya Hari Peduli Sampah Nasional di Indonesia. Sebagai pengingat akan pentingnya mengelola sampah dengan baik.
Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional, Waste4Change menggelar We Care We Change Talk Series bersama Pandu Priambodo selaku External Government Partnership Waste4Change dan Elma Elkarim selaku Solid Waste Management Consultant Waste4Change. Diskusi ini akan membahas mengenai kondisi persampahan di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Simak juga perbincangan selengkapnya di Instagram Waste4Change atau kunjungi tautan berikut https://www.instagram.com/reel/Co6z8C3Nt8M/.
Bagaimana Kondisi Persampahan di Indonesia Saat Ini?
Dikutip dari Kata Data, berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), dari 200 kabupaten/kota se-Indonesia, tercatat sebanyak 21,45 juta ton sampah terkumpul di tahun 2021. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai 33 juta ton.
Dari angka tersebut, bisa dilihat bahwa penanganan sampah sejak dari sumber sudah mulai intensif dilakukan. Mengurangi sampah berakhir di TPA diperlukan untuk menghindari TPA bermasalah. Bisa dilakukan dengan memaksimalkan pemilahan sampah dan menggencarkan daur ulang sehingga hanya sampah residu saja yang nantinya masuk ke TPA sebagai sampah yang tidak bisa ditangani kembali.
Sampah TPST Bantargebang Sudah Setinggi Gedung 16 Lantai
Dikutip dari CNN Indonesia, tinggi timbunan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang kini telah mencapai 40 meter. Ketinggian ini setara dengan gedung 16 lantai, namun dibuat dari tumpukan sampah warga DKI yang bertambah setiap harinya. Ada bahaya yang mengancam dari tumpukan sampah tidak terkelola.



39 juta ton sampah juga diperkirakan telah memenuhi berbagai ruang di sini. Dengan jumlah tersebut, hanya tersisa sekitar 20% saja ruang di TPST Bantargebang yang dapat menampung timbunan sampah hingga kedepannya. Belum lagi masih akan ada banyak lagi jumlah sampah yang masuk (7.800 kg). Diperlukan lebih banyak pengurangan dari sumber dan upaya daur ulang sehingga dapat mereduksi volume sampah yang berakhir di TPST Bantargebang.
Namun, kini pihak pengelola TPST Bantargebang bekerja sama dengan DLH DKI dan Bekasi terus berupaya menangani dan mengolah tumpukan sampah yang ada. Dijelaskan oleh Pandu, dihadirkan beberapa inovasi pengelolaan sampah seperti teknologi PLTSa untuk Waste to Energi dan melapisi sampah yang terdahulu dengan membran (cover). Bertujuan untuk jadikan sampah lebih bermanfaat dan meminimalisir efek gas metana bagi bumi. Tidak hanya memaksimalkan teknologi pengolahan, dibuat juga program edukasi bagi masyarakat yang ingin belajar mengenai kondisi persampahan di Indonesia.
Sampah Cemari Lautan
Pada tahun lalu, sempat viral sebuah video yang menampilkan seorang Warga Negara Asing (WNA) tergulung ombak yang dipenuhi oleh sampah saat berselancar atau surfing di Pantai Batu Bolong, Canggu, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Turis tersebut tampak kesulitan berdiri karena kakinya terlilit sampah, namun selanjutnya malah kepalanya yang tersangkut gulungan sampah ketika berhasil bangun.



Selain Pantai Batu Bolong, Pantai Kuta juga kembali diserbu oleh tumpukan sampah didominasi plastik. Sampah plastik itu terbawa hingga ke pesisir, terdiri dari gelas plastik, botol minuman, dan plastik kemasan.
Menurut Koordinator Deteksi Evaluasi Sampah Laut DLHK Badung, I Made Gede Dwipayana, sampah-sampah di sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Badung diperkirakan berasal dari sampah lokal atau kiriman dari aliran sungai yang berada di kawasan pantai tersebut serta kiriman dari embusan angin barat. Pembersihan pun dilakukan sejak Oktober hingga Desember 2022, dan terkumpul total 600 ton sampah mengotori pantai.
Sampah yang mencemari lautan bisa terjadi karena beberapa kemungkinan. Diantaranya pembuangan sampah dari aktivitas manusia di laut juga sampah yang dibuang sembarangan di selokan dan sungai sehingga bermuara di lautan. Tanpa disadari, membuang sampah ke sungai memiliki dampak yang jauh signifikan bagi lingkungan di belahan bumi lainnya.
Elma menjelaskan bahwa membuang sampah ke sungai masih menjadi kebiasaan yang tidak dapat dicegah bagi masyarakat. Ketidakpahaman, jauhnya akses ke tempat pembuangan sampah sementara legal, dan anggapan bahwa hal tersebut adalah kegiatan yang mudah dan lumrah menjadikan kegiatan membuang sampah ke sungai sulit untuk ditinggalkan. Diperlukan kesadaran yang tinggi pada masyarakat untuk mengelola sampah yang mereka hasilkan secara bertanggung jawab.
Tingginya Sampah Makanan di Indonesia
Hasil kajian oleh Bappenas bersama Waste4Change dan didukung oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia serta United Kingdom Foreign, Commonwealth, and Development Office (UKFCDO) menunjukkan, timbulan Food Loss and Waste di Indonesia selama 20 tahun (2000-2019) mencapai 23-48 juta ton/tahun atau setara dengan 115-184 kg/kapita/tahun. Kerugian yang dihasilkan pun dapat mencapai Rp 213-551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia per tahun.



Tidak hanya itu, dalam periode yang sama, timbulan FLW tersebut juga menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 1.702,9 Megaton CO2-ekuivalen atau setara dengan 7,29% rata-rata emisi GRK Indonesia per tahun. Sedangkan dari sisi sosial, kehilangan kandungan energi yang hilang akibat food loss and waste diperkirakan setara dengan porsi makan 61 juta – 125 juta orang per tahun.
Timbulan FLW di Indonesia didominasi oleh jenis padi-padian (beras, jagung, gandum, dan produk terkait), sementara jenis pangan yang prosesnya paling tidak efisien adalah sayur-sayuran, di mana kehilangannya mencapai 62,8% dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia.
Menurut Pandu dan Elma, timbulan food loss and waste punya kerugian yang sama-sama berbahaya bagi lingkungan dan ekonomi. Terjadinya food loss dapat sebabkan kerugian pangan yang berdampak pada hilangnya nilai ekonomi bagi pedagang, petani, dan pihak yang menyediakan pangan. Tidak hanya itu, supply pun jadi berkurang dan menimbulkan sampah yang berpotensi cemari lingkungan.
Sedangkan food waste dapat cemari lingkungan melalui sampahnya yang tidak terkelola. Timbulan food waste yang tinggi tentu tidak sesuai dan seimbang dengan kebutuhan pangan Indonesia yang masih kurang bagi beberapa masyarakat. Diperlukan pengurangan dan penanganan sampah makanan secara bertanggung jawab untuk membantu mencegah pencemaran lingkungan oleh sampah makanan.
Sampah organik, salah satunya makanan bisa diolah kembali menjadi kompos atau dengan bantuan lalat BSF. Waste4Change menyediakan peralatan mengompos serta edukasi perkembangbiakan budidaya BSF yang bisa anda dapatkan dengan mengunjungi waste4change.com.
Kebijakan Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik Sekali Pakai
Selain sampah makanan, sampah plastik menjadi jenis sampah yang paling banyak diproduksi setelah sampah makanan. Berdasarkan data statistik pada situs InSWA, sekitar 5.4 juta ton (14%) sampah plastik diproduksi setiap tahunnya. Untuk dapat menyelesaikan masalah ini, berbagai upaya dilakukan seperti menerapkan peraturan pembatasan penggunaan kantong plastik sekali pakai bagi masyarakat.



DKI Jakarta menjadi salah satu wilayah yang menerapkan kebijakan ini. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan. Terdapat sanksi mulai denda jutaan rupiah hingga pencabutan izin usaha bagi para pelanggarnya.
Subjek yang diatur dalam pergub tersebut diantaranya adalah toko swalayan, pedagang atau pemilik toko dalam pusat perbelanjaan dan pasar, serta pengelola pusat perbelanjaan dan pasar. Mereka diwajibkan menyediakan kantong belanja ramah lingkungan yang nantinya dapat digunakan berulang kali oleh konsumen.
Diterapkannya peraturan ini tentu merupakan langkah bijak dan tepat untuk membantu mengurangi timbulan sampah plastik. Akan tetapi, perlu diingat kembali bahwa kantong ramah lingkungan juga seharusnya dipakai dalam waktu yang lama dan berkepanjangan. Hal ini untuk menghindari penumpukan sampah jenis baru yang lebih sulit diolah.
Peran Pelaku Usaha dalam Pengelolaan Sampah
Menangani masalah sampah tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. Peran dari pemerintah, masyarakat, bahkan juga pelaku usaha sebagai salah satu yang dapat turut memproduksi sampah diperlukan agar perubahan dapat segera tercipta.



Extended Producer Responsibility merupakan upaya yang dapat dilakukan produsen dalam menangani sampah sisa produknya, yakni kemasan produk bermaterialkan plastik. Berdasarkan data, kurang dari 10% sampah plastik yang berhasil didaur ulang. Hal ini didukung dengan bukti berupa hasil survey yang menunjukkan ada lebih banyak jumlah retail di Indonesia yang menjual produk dengan kemasan plastik dibandingkan fasilitas pengelolaan sampah itu sendiri.
Ketimpangan yang terjadi ini menjadi salah satu alasan mengapa timbulan sampah kemasan plastik di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat daur ulangnya. Oleh karena itu, inisiatif berkelanjutan dari produsen merupakan langkah yang bijak untuk atasi masalah ini.
Extended Producer Responsibility juga bisa menjadi pilihan bagi produsen untuk mengurangi kemasan plastik untuk mewujudkan plastic neutrality. Yaitu kontribusi membantu daur ulang sampah kemasan plastik di lingkungan sejumlah produksi kemasan plastik yang dihasilkan dari proses produksi dan distribusi.
Berkontribusi Mendukung Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab
Berkaca dari tragedi TPA Leuwigajah 18 tahun lalu, telah banyak upaya dari pemerintah untuk dapat memperbaiki kondisi persampahan di Indonesia yang lebih optimal. Akan tetapi, langkah ini perlu didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia agar penerapannya dapat berjalan lebih maksimal.
Kita semua seharusnya dapat secara sadar berkontribusi mendukung terselenggaranya ekosistem persampahan Indonesia yang lebih baik. Seperti memilah sampah dari sumber untuk memudahkan proses penanganan sampah, menggunakan kembali material yang masih bermanfaat, serta mendaur ulang sampah untuk memaksimalkan pemanfaatan material sekaligus mengurangi sampah berakhir di tempat pembuangan.
Waste4Change sebagai penyedia layanan pengelolaan sampah holistik yang menyediakan solusi persampahan hulu ke hilir dapat membantu anda mewujudkan upaya tersebut. Terdapat berbagai layanan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan anda. Salah satunya yaitu layanan pengangkutan dan pengelolaan sampah bertanggung jawab melalui Reduce Waste to Landfill yang bisa anda lihat secara mendetail di w4c.id/RWTL.
Kunjungi waste4change.com untuk mengetahui lebih lengkap pilihan service yang dapat anda pilih. Mari bersama-sama mengelola sampah bertanggung jawab dan wujudkan Indonesia minim dan bebas dari sampah untuk masa depan yang lebih sejahtera.