Ketahui Semua Hal tentang Sampah Anorganik

Kehidupan manusia tidak lepas dari keberadaan sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia itu sendiri dan proses alam. Sampah-sampah ini akan terus bertambah setiap harinya dan kian beragam jenisnya. Salah satunya adalah sampah anorganik. Ketahui semua hal tentang sampah anorganik. 

Apa itu Sampah Anorganik?

Istilah sampah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya. Sedangkan, anorganik adalah benda yang terdiri selain manusia, tumbuhan, dan hewan atau sama dengan benda yang tidak hidup. 

daur ulang sampah anorganik
Penanganan sampah anorganik di RPM Waste4Change

Sehingga secara umum, sampah anorganik adalah sampah yang diproduksi dari bahan-bahan non-hayati, tidak dapat diproses secara alami, sumber daya alam yang tidak terbarui, dan juga hasil proses teknologi pengelolaan bahan tambang serta industri. 

Sebagian besar sampah anorganik, seperti plastik tidak bisa terurai oleh alam atau mikroorganisme. Bahkan hampir seluruh benda yang masuk kategori sampah anorganik bersifat non biodegradable atau tidak mudah terurai, karena tidak mengandung karbon. Karbon atau zat arang adalah unsur kimia yang berperan penting dalam proses penguraian. 

Banyak contoh sampah anorganik yang bisa ditemui di kegiatan sehari-hari. Misalnya, sampah plastik, sisa pecahan kaca, potongan besi, tembaga, botol dan kaleng bekas, asap pabrik, ban bekas, gelas plastik, wadah plastik sekali pakai, dan lainnya. 

Melansir dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sampah anorganik di Indonesia memiliki persentase sebanyak 35,62 persen di awal tahun 2022. Jumlah sampah ini merupakan hasil gabungan dari sampah plastik 15,73 persen, logam 6,86 persen, kain 6,57 persen dan kaca sebanyak 6,46 persen. 

Perbedaan Sampah Anorganik dan Organik

Sebenarnya, perbedaan sampah anorganik dengan sampah organik cukup sederhana, yaitu dilihat dari sumber sampahnya yang berasal dari makhluk hidup atau tidak. Namun, kita bisa mengidentifikasi perbedaan lainnya dengan melihat 5 aspek perbedaan ini, yaitu:

#1 Sumber

Berdasarkan sumber, sampah anorganik berasal dari sisa-sisa organisme hidup, mulai dari manusia, hewan, hingga tumbuhan. Sedangkan, sampah anorganik berasal dari organisme yang tidak hidup atau benda mati, dan hasil dari campur tangan manusia.

#2 Kandungan

Umumnya, sampah organik mengandung karbon dan ikatan hidrogen. Selain itu, sampah organik mengandung komposisi yang lebih kompleks dibandingkan sampah anorganik. Sementara, sampah anorganik tidak memiliki kandungan karbon, memiliki materi tidak hidup dan mengandung mineral.

#3 Ketahanan Panas

Dengan kandungan tertentu yang dimiliki sampah organik, mereka mudah terbakar secara alami jika terkena panas. Berbeda dengan sampah anorganik yang cenderung lebih tahan panas. 

#4 Reaksi yang Dihasilkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah organik memiliki laju reaksi yang lambat dan tidak menghasilkan garam. Sedangkan, sampah anorganik memiliki laju reaksi yang lebih cepat dan bisa menghasilkan garam.

#5 Metode Penanganan

Secara metode penanganannya, sampah organik bisa dikelola dengan diolah menjadi kompos atau biogas, serta diuraikan dengan bantuan mikroorganisme, seperti cacing dan lalat Black Soldier Flies (BSF). Berbeda halnya dengan sampah anorganik yang umumnya diolah dengan cara didaur ulang (recycle) menggunakan metode tertentu yang sesuai dengan jenis materialnya.

Alasan Sampah Organik dan Anorganik Perlu Dipisahkan

Pada dasarnya, sampah organik dan anorganik harus dipilah terlebih dahulu dan tidak hanya dibuang ke satu tempat yang sama. Karena, bila kedua jenis sampah tercampur aduk akan memberikan dampak buruknya tersendiri, seperti berikut ini.

#1 Lingkungan Tercemar

Lingkungan yang mencakup air, tanah, dan udara berpotensi tercemar bila terpapar tumpukan sampah. Sampah organik dan anorganik yang tercampur dan bertumpuk begitu saja tanpa adanya udara, dapat mengeluarkan gas metana dan cairan beracun yang bisa mempengaruhi kualitas tanah dan air. Bau sedap yang ditimbulkan dari sampah pun akan mengganggu kondisi udara sekitar.

#2 Mengancam Keberlangsungan Makhluk Hidup

Jika air, tanah, dan udara tercemar, maka seluruh makhluk hidup akan merasakan dampak buruknya, khususnya dalam proses rantai makanan. Pasalnya, makhluk hidup (manusia, tumbuhan, dan hewan) masih menggantungkan kehidupannya pada lingkungan.

Jika sumber air yang biasanya dikonsumsi makhluk hidup tercemar oleh campuran sampah organik dan anorganik, kehidupan mereka pun kian terancam dan tidak bisa tumbuh secara sehat.

#3 Memiliki Efek Serius dalam Jangka Panjang 

Jika dua dampak tersebut terus berulang dan tidak ada penanganan yang serius, bukan hal yang mustahil lagi akan memberikan efek serius dalam jangka panjang. Hal ini berpotensi bumi semakin tidak sehat, krisis pangan, dan keberadaan seluruh makhluk hidup pun kian terancam.

Elizabeth Kolbert menyebut ini sebagai “Kepunahan Keenam” yang mana ancaman kepunahan karena proses sejarah yang tidak alami atau tidak organik. Sehingga, cepat atau lambat manusia juga harus berperan andil dalam mengelola sampah yang bertanggung jawab.

Salah satu cara mudahnya adalah dengan memilah sampah organik dan anorganik secara mandiri. Kemudian, membuangnya ke tempat sampah secara terpisah.

Ciri-ciri Sampah Anorganik

Sampah anorganik memiliki karakter tertentu yang tidak dimiliki sampah organik, seperti berikut.

#1 Sulit Terurai

Ciri utama dari sampah anorganik adalah sulit terurai. Butuh waktu yang sangat lama untuk terurai secara alami. Rentang waktunya mulai dari puluhan hingga jutaan tahun. Hal ini yang dapat menjadikan sampah anorganik sangat berbahaya bagi lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik.

#2 Terbuat dari Bahan Pabrik

Sebagian besar sampah anorganik berasal dari bahan pabrikan atau sintetis. Contohnya adalah styrofoam yang tergolong sampah tidak alami, karena terbuat dari campuran bahan sintetis, seperti polystyrene dan gas CFC (Freon) yang berpotensi merusak lapisan ozon.

#3 Sebagian Bisa Didaur Ulang

Meski terbilang sulit terurai, beberapa jenis sampah anorganik sejatinya bisa diolah atau dilakukan daur ulang untuk menjadi bahan yang berguna kembali. Baik diolah untuk kebutuhan sekunder, maupun diolah kembali menjadi barang baru yang lebih bermanfaat.

Misalnya, botol plastik yang bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan, pot tanaman, dan lainnya. Selain itu, botol plastik yang terkumpul juga bisa diolah menjadi botol plastik baru dengan bentuk dan kemasan yang baru. 

Contoh Sampah Anorganik

Contoh produk sampah anorganik bisa dengan mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan sekitar. Secara khusus, kategori yang termasuk ke dalam sampah anorganik adalah sebagai berikut.

#1 Sampah Plastik

Umumnya, plastik digunakan untuk membungkus suatu barang. Bahan plastik juga kerap dipakai sebagai bahan baku furnitur rumah atau alat rumah tangga. Tentu, produk plastik memiliki keunggulan, seperti tidak berkarat dan tahan lama.

Akan tetapi, dengan sifat tahan lama dari plastik membuat sampah plastik sulit terurai secara alami atau membutuhkan waktu lama. Bila plastik terus digunakan bahkan hanya untuk sekali pakai, tentu berpotensi menjadi sampah plastik yang bisa merusak lingkungan dan habitat di dalamnya.

Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Bahkan, sebanyak 3,2 juta ton di antaranya terbuang ke laut dan mencemari biota laut.

Dikutip dari National Geographic, sampah plastik yang berada di laut mudah terpapar sinar matahari, angin, dan gelombang. Hal ini sebabkan sampah plastik pecah menjadi partikel-partikel kecil dan parahnya bisa terkonsumsi oleh ikan dan satwa laut. Ikan yang sudah tercemar plastik, kemudian dikonsumsi pula oleh manusia sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.

#2 Sampah Kaca

Sampah kaca tergolong jenis sampah yang berbahaya bila dibuang di sembarang tempat, karena khawatir terinjak atau melukai manusia atau hewan sekitar. Selain itu, sampah kaca juga sangat sulit terurai di dalam tanah. Misalnya, gelas atau piring yang sudah pecah dan tidak dapat digunakan lagi.

Kaca terbuat dari pasir silika yang dicampur dengan abu soda dan batu kapur. Melalui pemanasan, ketiga bahan tersebut dicampur dan berubah menjadi kaca. Melansir dari Buku Pintar Etiket Hijau, bahan kaca butuh 1 juta tahun untuk terurai tanpa sisa. 

Oleh karena itu, sampah kaca umumnya bisa didaur ulang menjadi barang yang lebih bermanfaat. Seperti botol yang baru, vas bunga, cenderamata, hiasan lainnya yang memiliki nilai artistik dan daya jual.

#3 Sampah Logam

Sampah yang berbahan logam, seperti besi, kaleng, alumunium, timah dan lainnya dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita. Kaleng adalah logam bekas yang paling banyak ditemukan dan didaur ulang dengan nilai ekonomis yang cukup baik. 

Sampah logam bisa dipisahkan dari timbunan sampah lainnya dan didaur ulang menjadi barang yang bernilai seni, dilebur kembali, dan dimanfaatkan sebagai campuran semen misalnya dan lainnya. 

Dikutip dari buku Sustainable Me, sampah logam sebisa mungkin dipipihkan untuk menghemat ruang di tempat sampah. Kaleng logam yang mengandung lem, residu pelarut, dan larutan kimia berbahaya perlu diletakkan pada tempat sampah yang terpisah.

#4 Sampah Baterai

Baterai dan lampu adalah sampah elektronik yang mengandung bahan berbahaya dan termasuk ke dalam sampah B3. Bila baterai habis dan dibuang ke TPA atau landfill, baterai akan membusuk dan bocor. Saat mengalami korosi, bahan kimia dalam baterai meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah dan air permukaan. 

Dikutip dari Aspek Teknis Daur Ulang Limbah, dengan banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini relatif sulit. Sampah baterai harus dipilih sesuai kesamaan jenisnya, karena tiap jenis memiliki teknik daur ulang yang berbeda. Baterai-baterai yang mengandung asam timbal dari kendaraan bermotor sering didaur ulang untuk diambil logam-logam yang ada di dalamnya. 

Jenis Sampah Anorganik Berdasarkan Sifatnya

Jenis sampah anorganik berdasarkan sifatnya, dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah lunak dan sampah keras. 

#1 Sampah Anorganik Lunak

Sampah anorganik lunak adalah jenis sampah tidak alami yang bersifat lunak dan dapat dengan mudah dihasilkan atau diolah. Bahan sampah ini terdiri dari bahan yang fleksibel. Misalnya, sampah plastik, kemasan, sampah tekstil seperti kain perca, styrofoam, bungkus makanan cepat saji, dan lainnya.

#2 Sampah Anorganik Keras

Kebalikan dari sampah lunak, sampah anorganik keras bersifat tidak mudah dihancurkan karena mengandung bahan yang kuat dan sulit terurai. Sebagian besar, sampah keras ini sulit untuk didaur ulang. 

Oleh karena itu, sampah ini hanya dapat dihancurkan guna metode tertentu, seperti pemanasan & pembakaran. Bila didaur ulang, sampah keras ini membutuhkan teknologi dan alat yang lebih canggih. Contohnya seperti kaleng bekas, gelas atau barang pecah belah lainnya, besi tua, keramik, paku berkarat, dan lainnya.

Jenis Sampah Anorganik Berdasarkan Waktu Terurainya

Karena unsur tertentu yang dimiliki, sampah anorganik cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa terurai di alam. Maka dari itu, akan jauh lebih berbahaya bila sampah anorganik dibuang begitu saja. Berikut ini beberapa jenis sampah anorganik berdasarkan waktu terurainya.

Jenis Sampah AnorganikWaktu Terurainya
Kantong plastik10-1.000 tahun
Botol plastik450 tahun
Tutup botol plastik10-500 tahun
Popok bayi250-500 tahun
Pembalut wanita500-800 tahun
Kaleng alumunium80-200 tahun
KacaJutaan tahun
Kertas2-6 minggu
Sol sepatu karet50-80 tahun
Kain nilon30-40 tahun
Karton susu5 tahun
Sepatu kulit25-40 tahun
Sarung tangan katun3 bulan
Cardboard2 bulan
Triplek atau plywood1-3 tahun
Wol1-5 tahun
Produk kayu10-15 tahun
Kanvas1 tahun
Sisa jala ikan600 tahun
Baterai 100 tahun
Puntung rokok10-12 tahun
Gelas plastik50 tahun
Sedotan plastik200 tahun
Tisu basah100 tahun
Ban bekas 2.000 tahun
Jala ikan berbahan nilon40 tahun
Kaos katun6 bulan
Kaos kaki wol1-5 tahun
Kain sintetis>100 tahun
Botol hairspray200-500 tahun
Tali3-14 bulan
Benang3-4 bulan 
BesiBeberapa tahun
Tisu toilet2-4 minggu
Papan kayu yang dicat13 tahun
Tinta printer450-1.000 tahun
Kulit50 tahun
Alumunium foilTidak bisa terurai
StyrofoamTidak bisa terurai

Manfaat dan Keuntungan Sampah Anorganik

Meski sampah anorganik memiliki sifat sulit terurai dan berpotensi mencemari lingkungan, namun sampah ini juga memiliki banyak manfaat sebagai berikut.

#1 Dapat Didaur Ulang

Daur ulang atau recycle menjadi salah satu prinsip pengelolaan sampah lainnya. Sampah bisa diolah menjadi barang yang nilai gunanya lebih tinggi. Pengolahan sampah anorganik dengan daur ulang adalah cara yang paling efektif. 

Karena pasalnya, sampah anorganik yang didaur ulang tentu akan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain itu dapat mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca, serta mendapatkan penghasilan dari produk baru dari hasil daur ulang. 

Cara mudah daur ulang sampah anorganik salah satunya adalah bila terdapat ember plastik bekas bisa didaur ulang menjadi produk baru lain, seperti tempat sampah, pot bunga, kursi atau meja anak.

Botol bekas minuman bisa dimanfaatkan untuk mainan anak-anak. Dari sampah kaleng pun bisa diubah menjadi vas bunga, gantungan kunci, dan celengan. Selain itu, sampah kertas bisa didaur ulang menjadi kertas bubur yang kemudian bisa diolah menjadi kertas baru dengan tekstur unik. 

#2 Dapat Digunakan Kembali

Selain daur ulang, sampah anorganik dapat dimanfaatkan kembali atau reuse. Dengan reuse, sampah pun bisa bermanfaat untuk dijadikan produk lainnya. Barang-barang sederhana dapat dibuat dari sisa-sisa rumah tangga. Misalnya, wadah makanan cepat saji bisa digunakan lagi sebagai wadah bumbu rumah tangga, dan lainnya.

#3 Sarana Kreativitas

Manfaat lain dari sampah anorganik adalah bisa digunakan sebagai bahan mainan anak-anak untuk melatih kreativitas mereka. Ajak anak untuk membuat mainan sendiri dari sampah anorganik di rumah. Tak perlu gunakan alat yang rumit, cukup alat perangkat yang di rumah saja. Tidak hanya itu, cara ini juga bisa bermanfaat bagi tumbuh kembang anak dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.

#4 Meningkatkan Pendapatan Ekonomi

Dari sampah anorganik, kita bisa menghasilkan barang baru dan uang. Sampah anorganik yang diolah dengan baik dapat membantu meningkatkan pendapatan ekonomi. Apalagi ketika seseorang berhasil menjalankan usaha khusus di bidang daur ulang sampah, kesempatan kerja pun kian meningkat.

Waste4Change menyediakan layanan daur ulang sampah anorganik bagi individu dan mandiri. Untuk kamu yang ingin ikut berkontribusi pada lingkungan dengan mengelola sampah anorganik secara bertanggung jawab, kamu bisa kunjungi manfaatkan layanan Send Your Waste dan kirim sampah anorganik ke berbagai partner daur ulang Waste4Change di daerahmu. Syarat dan ketentuan kunjungi w4c.id/SYW.

Usaha kecil dengan mengumpulkan sampah adalah bentuk usaha sederhana yang menghasilkan pendapatan tambahan. Sampah anorganik yang terkumpul, kemudian dijual untuk diolah kembali menjadi barang baru yang laku di pasaran.

Dampak Buruk Sampah Anorganik

Sampah anorganik yang tidak diolah dengan baik dan dibuang begitu saja, bisa menyebabkan berbagai dampak negatif bagi lingkungan dan beberapa sektor. Berikut ini beberapa dampak buruk yang dihasilkan dari sampah anorganik.

#1 Gangguan Kesehatan

Keberadaan sampah anorganik di lingkungan sekitar, bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan. Baik dari sampahnya itu sendiri, maupun dari proses produksinya. 

Contohnya adalah ketika bahan dan pembuatan kaleng atau plastik. Plastik mengandung bahan sintetis yang berbahaya bagi manusia. Salah satunya ialah dioksin yang bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Mulai dari gangguan saraf bahkan hingga kanker. Bau dari area pembuangan juga bisa menghambat pernapasan seseorang. Apalagi bila mereka yang tinggal dekat dengan TPA sekitar.

#2 Masalah Lingkungan

Masalah sampah selalu menjadi sorotan penting karena bisa menyebabkan masalah lingkungan, seperti pemanasan global. Dengan penumpukan sampah anorganik, juga berisiko meningkatnya bencana alam.

Misalnya, banjir yang terjadi setiap tahun di Indonesia. Penyebabnya adalah karena penumpukan sampah yang menghalangi aliran air sungai. Aliran air yang tersumbat pun meluap ke jalanan karena tidak ada lintasan lain untuk mengalir. 

Selain banjir, kandungan berbahaya dari sampah anorganik, seperti sampah plastik fleksibel bisa mencemarkan sungai di Indonesia. Menurut hasil riset Waste4Change Insight: Alur Material Sampah Fleksibel di DKI Jakarta bahwa di 5 kotamadya DKI Jakarta terdapat 87,52 persen atau 244,72 ton/hari timbulan sampah plastik fleksibel masih berakhir di TPA.

Ketika air tercemar, kemurnian dan kesehatan air tidak lagi terjaga. Bahkan makhluk hidup di air atau laut bisa tercemar karena mengonsumsi kandungan sampah anorganik. 

Menurut penelitian dari Waste4Change, terdapat empat jenis plastik fleksibel yang biasanya ditemui dalam produk kemasan yang patut kita hindari dan kurangi pemakaiannya. Yaitu, monolayer (wadah plastik, bungkus mie instan), gabungan multilayer plastik dan logam (bungkus makanan ringan dan produk sabun cuci), multilayer plastik dan plastik (wadah plastik minyak), serta multilayer plastik dan kertas (bungkus makanan). 

#3 Menurunkan Kualitas Hidup bagi Makhluk Hidup

Bukan hanya mengganggu lingkungan dan manusia, tapi juga mengganggu kelangsungan makhluk hidup lainnya. Ada banyak kasus pencemaran air yang masuk ke lautan dari sampah anorganik. 

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2020 wilayah lautan Indonesia sudah tercemar sampah sekiat 1.772,7 gram per meter persegi (g/m2). Hal ini setara bahwa jumlah sampah di Indonesia sudah mencapai 5,75 juta ton. Tentu setiap tahunnya, jumlah sampah di laut ini kian bertambah. 

Pencemaran air laut oleh sampah ini bisa meracuni banyak ikan dan biota laut lainnya. Tak terhitung lagi jumlah kasus ditemui bahwa makhluk hidup laut mati karena mengonsumsi sampah atau terjebak oleh reruntuhan sampah. Lebih parahnya lagi, akan berbahaya bila ikan yang mengandung plastik, dikonsumsi oleh manusia. 

Sudah Sejauh Mana Daur Ulang Sampah Anorganik di Indonesia?

Menurut data SIPSN, 30,99 persen atau sebanyak 8,153 juta ton sampah, baik anorganik atau organik, belum terkelola dengan baik di Indonesia. Lalu, kemana ‘kah sampah yang belum terkelola ini pergi? 

Sampah tersebut kebanyakan bertumpuk di TPA, berceceran di tanah, terbuang ke laut, sampah dibakar yang menghasilkan asap polusi, bahkan berakhir mencemari lingkungan dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup.

Namun, Indonesia sendiri sudah dalam tahap mengupayakan pemanfaatan sampah menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Hal ini sudah direncanakan pemerintah yang siap hadir di 12 kota di Indonesia. 

Dikutip dari laman Indonesia Baik, Surabaya menjadi kota pertama yang memanfaatkan teknologi ini yang menggunakan teknologi termal yang dinilai sesuai dengan kondisi di Indonesia. Tetapi inovasi ini masih memanfaatkan biomassa atau sampah organik. Pemanfaatan potensi sampah anorganik masih belum maksimal untuk dilakukan. 

Pengolahan Sampah Anorganik Secara Tepat

Mengelola sampah anorganik bisa dilakukan dengan menerapkan prinsip reduce, reuse, recycle, dan replace. Berikut penjelasan lengkapnya.

#1 Reduce

Reduce atau mengurangi ialah cara meminimalisir penggunaan barang yang berpotensi menjadi sumber sampah. Contoh penerapannya bisa dengan membawa botol minum sendiri saat bepergian demi menekan sampah plastik air mineral. 

#2 Reuse

Prinsip kelola sampah lainnya, yaitu dengan reuse atau menggunakan kembali barang atau sampah yang masih layak digunakan. Tentu jika prinsip ini diterapkan, jumlah sampah anorganik pun bisa dikurangi.

#3 Recycle

Recycle atau daur ulang barang sampah anorganik tentu lebih baik dilakukan dibanding sampah terbuang. Contohnya, ketika mengelola sampah plastik menjadi ecobrick, kerajinan tangan, atau lainnya. Selain menekan jumlah sampah plastik, tapi juga bisa bernilai ekonomis. 

#4 Replace

Replace atau mengganti barang sehari-hari dengan produk yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Misalnya, saat berbelanja kita bisa membawa tas belanja dibandingkan memakai plastik sekali pakai. Selain itu, mengganti bungkus makanan styrofoam dengan daun atau wadah rotan yang mudah terurai. Kegiatan ini juga merupakan agenda sustainable living yang bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Retna Gemilang

Referensi:

Contoh Sampah Anorganik Di Sekitar Kita dan Cara Pengolahannya

Mengulas Limbah Anorganik dari Ciri sampai Dampak yang Ditimbulkan

Perbedaan dan Contoh Sampah Organik dan Anorganik

Contoh Limbah Anorganik dan Keuntungan Daur Ulangnya

Related Post