Industry Updates

Ketahui Cara Mengelola Sampah Masker Bekas dan Limbah Infeksius

Sejak pandemi Covid-19 mulai menyebar ke seluruh dunia, tepatnya pada akhir 2019 dan awal 2020, masyarakat diwajibkan untuk menggunakan masker sebagai bentuk antisipasi serta mencegah penyebaran virus. Seperti yang diketahui, virus Corona menyebar melalui droplet. Karena kondisi ini, kebutuhan akan masker pun meningkat drastis hingga sempat mengalami kelangkaan karena panic buying dan oknum yang menimbun masker.

Masker medis sekali pakai. Sumber: Noah/Unsplash
Masker medis sekali pakai. Sumber: Noah/Unsplash

Masker medis pun kini tidak hanya digunakan untuk pasien dan tenaga medis saja, tetapi juga dibutuhkan oleh masyarakat luas. Akibatnya, selain berdampak pada kesehatan, pandemi juga berdampak untuk menimbulkan masalah sampah anorganik berupa tumpukan sampah masker bekas pakai dan limbah medis.

Fakta Tumpukan Sampah Masker Medis

Laman Katadata menghimpun beberapa data terkait sampah masker medis selama pandemi, di antaranya studi dari University of Southern Denmark. Dalam studi itu diperkirakan ada sekitar 129 miliar masker yang dibuang setiap bulan. Sedangkan dalam laporan “Mask on the Beach” dari Ocean Asia 2020, menyebut ada sebanyak 1,6 miliar sampah anorganik berupa masker medis berakhir di lautan. Jika diumpamakan, jumlah itu setara dengan 5,5 ton sampah plastik. Bisa dibayangkan, ada berapa banyak masker sekali pakai yang terbuang selama hampir tiga tahun pandemi ini?

Mengapa Sampah Masker Medis Sulit Dikelola?

Masker sekali pakai termasuk dalam golongan sampah anorganik yang sulit terurai. Karena masker ini terbuat dari salah satu jenis plastik polipropilen (PP). Seperti yang diketahui, plastik butuh waktu hingga ratusan tahun untuk benar-benar terurai. Ini menjadi salah satu alasan mengapa sampah masker sekali pakai harus diperlakukan dengan benar. Selain itu, masker sekali pakai yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan, dan membahayakan makhluk hidup lain. Seperti penyu yang terjerat tali masker, atau hewan laut yang mengira masker sebagai ubur-ubur dan memakannya. Jika terus dibiarkan, keberadaan makhluk laut ini pun jadi terancam.

Belum lagi persoalan masker sekali pakai yang berpotensi menyebarkan virus jika tidak dibuang dengan benar. Melansir dari laman Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut jika masker sekali pakai yang dikategorikan sebagai limbah B3 medis padat adalah masker medis yang digunakan di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) saja. Jika sampah anorganik seperti masker medis dibuang saat berada di fasilitas pelayanan kesehatan, akan diolah bersama dengan limbah medis lain (sarung tangan bekas, perban, tisu bekas, hingga APD dan lain sebagainya), sesuai prosedur pengelolaan limbah medis lainnya. Sedangkan masker sekali pakai yang digunakan di lingkungan masyarakat, dikategorikan sebagai sampah anorganik yang termasuk dalam pengelolaan limbah padat domestik.

Kecuali masker yang dikenakan pasien Covid-19, masker sekali pakai yang biasa digunakan sehari-hari selama pandemi tidak termasuk dalam limbah B3 medis, sampah anorganik ini termasuk dalam kategori limbah padat khusus dan harus diperlakukan seperti limbah infeksius. Disebutkan dalam Pedoman Pengelolaan Limbah Fasyankes Covid-19 Kemenkes, jika masker sekali pakai, sarung tangan bekas, tisu/kain yang mengandung droplet hidung dan mulut harus diperlakukan khusus.

Cara Mengelola Limbah dan Sampah Anorganik Medis

Agar tidak menyebabkan penularan virus yang merugikan, cara memperlakukan limbah khusus ini sedikit berbeda dengan sampah lainnya. Berikut langkah-langkah untuk mengelola masker bekas dan limbah infeksius lainnya:

  1. Menyediakan tiga wadah limbah padat domestik berbeda untuk sampah organik, sampah anorganik, dan limbah padat khusus. Agar lebih mudah, sediakan kantong plastik dengan warna yang berbeda di setiap wadahnya. Jangan campurkan limbah infeksius dengan sampah lain.
  1. Sebelum dibuang, lakukan desinfeksi pada masker sekali pakai dan limbah infeksius lain. Salah satunya dengan merendamnya dalam larutan desinfektan, klorin, atau pemutih. Lalu keringkan.
  1. Ubah bentuk masker agar tidak disalahgunakan. Caranya dengan menggunting masker, atau merusak tali masker.
  1. Begitu dimasukkan dalam wadah sampah khusus untuk limbah infeksius, tutup sampah dan buang ke tempat sampah tertutup.
  1. Setelah membuang limbah infeksius, jangan lupa untuk mencuci tangan.
sampah masker medis dan limbah infeksius
Cara Menangani Sampah Masker Medis – Waste4Change

Selain dibuang ke tempat sampah domestik, limbah infeksius yang sudah didesinfeksi bisa dikirimkan ke perusahaan atau organisasi yang fokus pada bidang ini. Sama seperti Waste4Change yang menerima sampah anorganik untuk didaur ulang, beberapa perusahaan ini menerima masker bekas, seperti Dumask Indonesia dan Yayasan Upakara Persada Nusantara.

Jika tidak sempat mengirimkan masker bekas pakai ke perusahaan-perusahaan tersebut atau enggan membuangnya ke tempat pembuangan domestik, kita bisa melakukan daur ulang sendiri. Misalnya membuat kantong pengharum dari masker bekas, pita atau hiasan seperti bunga palsu, dan masih banyak lagi lainnya. Selain untuk mengurangi penyebaran virus, daur ulang masker bekas pakai ini juga baik dilakukan untuk mengurangi penumpukan limbah di tempat pembuangan. Tetapi jika enggan untuk menambah tumpukan masker bekas di tempat sampah, kita bisa menguranginya dengan menggunakan masker pakai ulang yang terbuat dari kain. 

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami