Industry Updates

Kamikatsu: Kota Impian Bebas Sampah

Negara Jepang tidak hanya dikenal dengan kebudayaannya yang unik dan beragam atau makanannya yang lezat, tetapi sifat masyarakatnya yang sangat disiplin dan pekerja keras sudah menjadi karakter utama dari mereka.

Kredit: Andres Zuleta/ Sumber: https://boutiquejapan.com/best-things-about-japan/

Tidak hanya itu, Jepang juga dikenal dari sistem pengolahan sampah yang bertanggung jawab dan proses pilah sampah yang aktif dilakukan oleh sebagian besar masyarakatnya, mengantarkan mereka sebagai salah satu negara terbersih di dunia.

Sejarah Manajemen Sampah di Jepang

Jika anda berpikir bahwa kebiasaan pengolahan sampah yang bertanggung jawab di masyarakat Jepang sudah dilakukan sejak zaman dahulu, sesungguhnya hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Pada 20 tahun yang lalu, Jepang belum memulai proses pilah sampah.

Bahkan pada tahun 1960-1970an, tingkat kepedulian masyarakatnya akan sampah dan lingkungan sangat rendah. Sebagai negara yang baru bangkit pasca perang, Jepang berubah menjadi negara industri yang fokus dalam pembangunan ekonomi negara.

Dengan menjadi negara industri, Jepang memproduksi lebih banyak sampah dari sebelumnya. Akibatnya polusi, pencemaran lingkungan, bahkan keracunan meningkat akibat dari pertumbuhan industri di Jepang.

Kota Tokyo adalah salah satu kota yang mengalami dampak dari hal tersebut. Limbah dan sampah rumah tangga, menjadi masalah terbesar yang dirasakan oleh warga Tokyo. Karena dampak negatif dari pertumbuhan industri dan ekonomi semakin dirasakan oleh masyarakat Jepang, barulah pada pertengahan tahun 1970 bangkitlah gerakan masyarakat peduli lingkungan atau dalam bahasa Jepangnya “chonaikai”.

Masyarakat mulai menanamkan rasa peduli lingkungan lewat sosialisasi cara membuang dan memilah sampah agar memudahkan proses pembuangannya. Chonakai menggunakan tema utamanya yaitu mengurangi pembuangan sampah, menggunakan kembali barang yang bisa digunakan, dan daur ulang.

Chonaikai semakin didukung oleh masyarakat, tetapi pemerintah Jepang belum juga memiliki undang-undang yang mengatur pengelolahan sampah karena pemerintah beranggapan bahwa permasalahan sampah belum menjadi sebuah prioritas.

Hingga di bulan Juni 2000, pemerintah Jepang mengsahkan undang-undang mengatur mengenai orientasi daur ulang atau Basic Law for Promotion of the Formation of Recycling Oriented Society. Undang-undang ini dibuat untuk mengurangi dampak negatif yang masif di masa yang akan datang. Tidak hanya proses daur ulang, tetapi proses pembakaran sampah juga diterapkan untuk memenuhi program zero waste to landfill (ZWTL).

Tidak hanya disebabkan oleh jumlah sampah yang berlebih di kota Tokyo, awal mula dari munculnya kesadaran masyarakat Jepang untuk melakukan gerakan peduli lingkungan juga akibat dari munculnya efek dari tragedi Minamata pada tahun 1958.

Tragedi Minamata terjadi akibat dari buruknya pengolahan dan pembuangan limbah pabrik yang dilakukan oleh Pabrik Chisso. Pabrik Chisso membuang merkuri dan limbah berbahaya lain ke teluk Minamata yang menyebabkan tercemarnya air dan ikan yang ada di teluk tersebut.

Karena hal ini juga muncullah kasus penyakit Minamata dimana penderita mengalami gejala kerusakan pada otak dan juga jaringan saraf tulang belakang. Di tahun 2001 ada lebih dari 1.700 korban meninggal akibat tragedi ini. Kejadian ini dijadikan sebagai pembelajaran oleh pemerintah Jepang.

Semenjak saat itu Jepang menjadi sangat peduli dengan pengolahan sampah dan limbah yang ada di negaranya. Bahkan menurut informasi yang dipublikasikan oleh CNN Indonesia, setiap warga Jepang dibekali dengan buklet berisi instruksi detail penyortiran 518 jenis barang. Hal ini dilakukan agar para warga mampu menyortir sampahnya sendiri dengan tepat.

Tetapi secara garis besarnya, pemerintah Jepang membagi jenis sampah menjadi 4 macam yaitu:

  1. Moeru Gomi atau sampah yang dapat dibakar, yaitu: Kertas pembukus makanan, tissue, dan sampah dapur.
  2. Moenai Gomi atau sampah yang tidak dapat dibakar, yaitu: potongan logam seperti sendok dan garpu, kaca, kaleng, botol.
  3. Sodai Gomi atau sampah besar, contohnya: perabotan rumah tangga, barang elektronik.
  4. Shigen Gomi atau sampah daur ulang, contohnya: kaleng bekas, botol bekas, dan koran bekas.
Japan has a complicated sorting system that must be carried out by its citizens. (Wikipedia)

Kamikatsu: Kota Zero-Waste di Jepang

Pernahkah Anda mendengar mengenai kota Kamikatsu? Kota kecil yang terletak di Tokushima ini dikenal juga sebagai salah satu kota bebas sampah di dunia. Sebagai salah satu kota kecil di Jepang, Kamikatsu memiliki populasi sebanyak 1.580 orang.

Lantas bagaimana awal mula Kamikatsu dapat menjadi kota bebas sampah? Semenjak tahun 1990, pemerintah daerah Kamikatsu mencoba untuk mengganti cara baru yang lebih efektif untuk menangani persoalan sampah. Sebelumnya mereka melakukan proses pembakaran sampah untuk mengatasi jumlah sampah yang menumpuk.

Hingga akhirnya mereka menyadari bahwa proses pembakaran ini akan berpengaruh buruk pada lingkungan tempat tinggal mereka dan juga sumber daya alam yang mereka gunakan sehari-hari. Sebagai gantinya, mereka memfokuskan diri dalam melakukan proses daur ulang sampah.

Tidak hanya itu semenjak tahun 2003, Kamikatsu memulai program zero-waste setelah ditetapkannya peraturan mengenai pelarangan bahan kimia beracun oleh pemerintah Jepang. Bahan kimia yang dilarang tersebut salah satunya digunakan dalam proses pembakaran sampah.

Tidak hanya karena adanya pelarangan melakukan pembakaran sampah, warga Kamikatsu juga memilih untuk melakukan program zero-waste karena dianggap lebih murah dan menguntungkan dalam segi ekonomi dibandingkan membeli alat pembakar sampah.

source: https://www.businessinsider.com/zero-waste-town-kamikatsu-japan-2017-7/?IR=T

Untuk menjadi kota bebas sampah, jelas warga Kamikatsu membutuhkan lebih banyak usaha dan kedisiplinan dibandingkan daerah yang lain. Hal ini dapat terlihat dengan jelas dari sistem pengolahan sampah yang mereka lakukan.

Di awal programnya, masyarakat desa Kamikatsu memulai dengan 9 kategori sampah daur ulang. Hingga saat ini sudah ada 45 kategori sampah yang mereka pilah, seperti kaleng alumunium, kaleng besi, kertas karton, kertas brosur, pakaian, barang-barang bermaterial kayu, lampu neon dan masih banyak lagi.

Mereka harus menyortir sampah tersebut pada tempat yang sesuai. Sebelum melakukan penyortiran, para warga Kamikatsu pertama-tama juga harus memastikan bahwa sampah yang akan disortir dalam keadaan bersih. Setelah itu barulah sampah yang sudah terkumpul dapat dibawa ke pusat penyortiran dan ditempatkan pada tempat sampah yang sesuai dengan kategorinya masing-masing.

Tidak hanya melakukan sistem pengolahan sampah yang sangat ketat, Kamikatsu juga memiliki toko khusus yang terletak tepat di balai kota untuk mengumpulan barang bekas layak pakai. Di tempat ini orang-orang dapat meletakan barang atau pakaian yang tidak lagi mereka terpakai, sehingga dapat digunakan oleh orang lain dan barang tidak terbuang dengan sia-sia.

Lalu baju atau barang bekas juga dapat diubah oleh para pengerajin menjadi kerajianan tangan seperti boneka atau jaket dari bendera festival.

Source: https://www.nippon.com/en/guide-to-japan/gu900038/the-kamikatsu-zero-waste-campaign-how-a-little-town-achieved-a-top-recycling-rate.html?pnum=2

Sebagai kota bebas sampah yang terus berkembang, Kamikatsu sudah memiliki visi yang jelas dalam meningkatkan proses pengolahan sampah di kota tersebut. Meskipun saat ini Kamikatsu sudah dapat mendaur ulang 81% sampah yang mereka hasilkan, mereka tetap berambisi untuk menjadi kota 100% bebas sampah. Pada tahun 2020 mereka berambisi untuk benar benar tidak memproduksi sampah sekalipun.

Dengan menerapkan proses daur ulang berkala, menggunakan kembali barang yang masih layak dan juga mengubah sampah menjadi kompos, rencana mereka tersebut tentulah sangat mungkin untuk tercapai. Lalu sejak tahun 2017, mereka juga mulai membuat proyek khusus yaitu memberikan popok kain kepada warganya yang memiliki anak bayi.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah pengunaan popok sekali pakai, sedangkan dengan popok kain mereka bisa mencucinya dan menggunakannya berkali-kali.

Kota-kota Bebas Sampah di Seluruh Dunia

Source: https://www.borderlandsproducerescue.org/education_corner_how_sf_is_becoming-a-zero-waste-city/

Tidak hanya Kamikatsu, ternyata sudah banyak kota di seluruh dunia yang menerapkan program bebas sampah di kota mereka, contohnya adalah San Fransisco, Flanders, dan Gipuzkoa. Sebagai salah satu kota besar di Amerika dengan jumlah penduduknya yang mencapai 884,363 di tahun 2017, San Fransisco menjadi kota pertama di Amerika yang mencanangkan program zero-waste, yaitu pada tahun 2002. Mereka sudah berambisi untuk mencapai 100% bebas sampah di tahun 2020.

Untuk mencapai tujuan tersebut, San Fransisco memiliki peraturan yang ketat mengenai larangan menggunakan kantong plastik dan mewajibkan warganya untuk membuat kompos untuk menyelesaikan permasalahan sampah makanan.

Pemerintah San Fransisco tidak hanya mengajak para warganya untuk melakukan pengolahan sampah yang bertanggung jawab, mereka juga mengajak restaurant, hotel, para pemilik tanah dan penguasaha di bidang industri lainnya untuk ikut bekerja sama dalam proyek ini.

Kota Flanders di Belgia ternyata lebih dulu memulai program zero waste dibandingkan kota San Fransisco. Memulai program zero-waste sejak tahun 1980, kota Flanders memfokuskan diri dalam program pengolahan sampah yang terfokus pada proses daur ulang, pemisahan sampah, dan pencegahan produksi sampah yang berlebih. Saat ini sudah lebih dari 75% sampah rumah tangga dialihkan dari tempat pembuangan sampah akhir.

Kota terakhir yang tidak kalah menginspirasi adalah kota Gipuzkoa di Spanyol. Dalam kurun waktu 5 tahun, kota Gipuzkoa sudah mencapai 50% dalam melakukan program pengurangan sampah dan menjadikan kota ini sebagai kota paling cepat yang bertransisi menuju kota zero-waste di Eropa. Pada tahun 2011 Gipuzkoa membuat goal untuk mencapai 70% dalam melakukan program zero waste to landfill (ZWTL).

Residential Waste Collect dari Waste4Change

Lantas bagaimana dengan program pengolahan sampah di Indonesia? Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Kementrian Lingkuangan Hidup dan Kehutanan, Indonesia masuk kedalam peringkat kedua di dunia dalam penghasil sampah plasik ke laut setelah Tiongkok.

Menurut pernyataan dari Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Tuti Hendrawati Mintarsih yang di sampaikan lewat CNN Indonesia, menyebutkan bahwa di tahun 2019 jumlah sampah di Indoenesia akan meningkat mencapai 68 juta ton. Sedangkan produksi sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau setara dengan 14% dari jumlah total sampah yang dihasilkan di Indonesia.

Padahal menurut Peraturan Presiden No. 97/2017, pemerintah Indonesia sudah mencanangkan program Indonesia Bersih Sampah 2025 dengan rencananya megurangi 30% sampah dan memproses dan mengelola 70% sampah akan tidak terkumpul dan menumpuk di tempat pembuangan sampah.

Program ini tentu tidak akan terlaksana tanpa kesadaran dan bantuan masyarakat Indonesianya sendiri. Waste4Change sebagai kewirausahaan sosial yang bergerak di bidang pengelolaan sampah memfokuskan diri dalam pengolahan sampah yang bertanggung jawab untuk wilayah perumahan, menawarkan layanan yang dikenal dengan pengangkutan sampah perumahan (residential waste collect).

Waste4Change bekerja sama dengan mitra dan agen daur ulang terpercaya untuk memfasilitasi dan mengumpulkan limbah dengan cara yang bertanggung jawab. Kami memastikan untuk mengurangi jumlah limbah yang masuk ke dalam tempat pembuangan sampah dengan melakukan pemilahan sampah, daur ulang dan pengelolaan residu, dan juga pengomposan.

Kami juga selalu mengumpulkan sampah dengan waktu yang terjadwal secara berkala dan memberikan informasi mengenai penyortiran limbah yang dilakukan oleh konsumen secara transparan. Untuk memberikan kemudahan kepada konsumennya, Waste4Change menerima jasa angkut sampah untuk wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi.

Membutuhkan jasa pengangkutan sampah yang bertanggung jawab dan terpilah? Anda bisa menggunakan jasa dari Waste4Change. Selain pengangkutan sampah untuk wilayah perumahan, Waste4Change juga melayani pengangkutan sampah komersil (commercial waste collect) untuk perusahaan, bisnis, gedung, kafe, maupun restoran.

Simak informasi lebih lanjut mengenai servis pengangkutan sampah perumahan (residential waste collect) di waste4change.com.

Baca artikel versi Bahasa Inggris/English version di sini.

References:

  • http://www.olahsampah.com/index.php/manajemen-sampah/39-rahasia-sukses-pengolahan-sampah-di-jepang
  • https://www.kompasiana.com/jenlym_uajy/599f094546b8d77d5741b432/ekologi-politik-kasus-pencemaran-teluk-minamata-di-jepang
  • https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151105084240-134-89591/menengok-pengolahan-sampah-dunia-dari-israel-hingga-jepang
  • http://solo.tribunnews.com/2016/04/14/fakta-keren-pengolahan-sampah-di-jepang-ini-akan-bikin-anda-terkejut?page=all
  • https://www.businessinsider.com/zero-waste-town-kamikatsu-japan-2017-7/?IR=T
  • https://www.nippon.com/en/guide-to-japan/gu900038/the-kamikatsu-zero-waste-campaign-how-a-little-town-achieved-a-top-recycling-rate.html?pnum=2
  • https://www.abc.net.au/news/2018-05-20/kamikatsu-the-japanese-town-with-45-different-recycling-bins/9776560
  • https://www.youtube.com/watch?v=OS9uhASKyjA
  • https://www.youtube.com/watch?v=eym10GGidQU
  • https://www.youtube.com/watch?v=MU4uVzRvts0&t=12s
  • https://www.nationalgeographic.com/travel/lists/zero-waste-eliminate-sustainable-travel-destination-plastic/#/green-cities-kamikatsu.jpg
  • https://www.fastcompany.com/3046428/4-cities-that-are-getting-rid-of-all-of-their-garbage
  • https://boutiquejapan.com/best-things-about-japan/
Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami