Di tengah tingginya timbulan sampah di lingkungan, dibutuhkan proses pengelolaan yang baik agar sampah-sampah yang jenisnya beraneka ragam tersebut tidak mencemari lingkungan. Salah satu solusinya adalah dengan melakukan daur ulang sampah dengan tujuan menekan timbulan sampah yang tidak terkelola.

Tidak hanya itu, fakta menyebut daur ulang sampah juga memiliki banyak keuntungan. Diantaranya seperti menjadi bahan baku produk tertentu, bagian dari efisiensi sumber daya dan energi, menghemat lahan dan ruang di TPA, mengurangi emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca, bahkan bisa menjadi salah satu peluang bisnis.
Rendahnya Tingkat Daur Ulang di Indonesia
Tingkat daur ulang di Indonesia masih terhitung sangat rendah. Berdasarkan data dari Sustainable Waste Indonesia (SWI) tahun 2019, sampah plastik yang mampu terdaur ulang hanya mencapai kurang dari 10%. Sedangkan 50% diantaranya tidak terkelola dan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Selain itu, menurut pernyataan yang disampaikan langsung oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien, pada tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Indonesia sebenarnya tidak sepenuhnya berada dalam kondisi darurat sampah. Hal yang mengkhawatirkan adalah kemampuan daur ulang Indonesia yang masih rendah sehingga penanganan sampahnya tidak maksimal.
Sayangnya, tidak semua produk yang tercipta bisa didaur ulang setelahnya lho. Daur ulang plastik salah satunya, di mana tidak semua jenisnya bisa didaur ulang. Selain karena sampah sisa pemakaiannya yang tidak lagi diminati atau tidak adanya teknologi daur ulang yang memadai. Sudah tau atau malah baru tau, nih? Yuk ketahui fakta mengejutkan tentang daur ulang di sini!
Fakta-Fakta Mengejutkan Tentang Daur Ulang Yang Wajib Kamu Tahu!
1. Ada Logo Daur Ulang Tidak Membuat Produk Akan Didaur Ulang



Seringkali kita melihat ada sebuah logo kecil yang disematkan pada produk berbahan plastik. Seperti botol plastik, kemasan plastik, dan kontainer atau wadah makanan yang materialnya plastik. Simbol tersebut terdiri dari angka satu sampai 7 yang dikelilingi oleh segitiga mobius loop atau tanda panah melingkar.



Perlu diketahui bahwa kode angka yang selama ini kita lihat merupakan RIC atau Resin Identification Code yang menandakan jenis dari plastik yang digunakan pada produk. Simbol resin plastik ini diterbitkan oleh The Society of Plastic Industry (SPI) pada tahun 1988 dan disetujui oleh International Organization for Standardization (ISO). Tujuan dibuatnya agar fasilitas daur ulang dapat lebih mudah menemukan produk plastik sesuai kemampuan mereka.
Namun, dengan adanya logo atau simbol ini pada produk, tidak serta merta membuat produk tersebut akan didaur ulang nantinya. Ada beberapa hal yang menyebabkan daur ulang justru tidak dijalankan. Diantaranya karena teknologi yang belum tersedia, dana daur ulang plastik yang tidak mencukupi, atau bahkan SDM yang kurang memadai sehingga tidak memungkinkan menjalankan program daur ulang plastik atau jenis daur ulang sampah lainnya.
Oleh karena itu, mengurangi adalah opsi yang tepat jika teknologi untuk daur ulang material belum tersedia di suatu wilayah atau negara. Agar sampah yang tidak dapat didaur ulang tersebut tidak mencemari lingkungan nantinya.
2. Sampah Tidak Didaur Ulang Karena Materialnya yang Tidak Bernilai Bagi Lapak atau Bandar



Salah satu yang membuat masalah sampah di Indonesia menjadi rumit adalah kurangnya kebiasaan untuk memilah sampah. Seperti diketahui bahwa sampah terdiri dari berbagai jenis, yakni sampah organik dan anorganik, sampah basah dan kering, serta sampah b3 yang dalam perlakuan pasca pemakaiannya perlu ada aturan khusus sehingga tidak menimbulkan bahaya.
Namun, seringkali sampah dibuang dalam keadaan tercampur. Menyebabkan kualitas dari sampah yang sebenarnya berpotensi daur ulang tersebut bernilai rendah. Alasan ini yang membuat para lapak, bandar, maupun produsen daur ulang kesulitan untuk bisa menemukan sampah yang sesuai dengan jenis daur ulang mereka. Pada akhirnya, sampah pun tidak akan didaur ulang.
Maka dari itu, sebenarnya daur ulang sampah merupakan tanggung jawab seluruh pihak, termasuk masyarakat yang selalu menghasilkan sampah. Masyarakat bisa berperan membantu memilah sampah dari sumber untuk memudahkan proses daur ulang. Sehingga ada lebih banyak lagi material yang bisa didaur ulang dan tidak berakhir begitu saja di TPA.
3. Ada Sampah Organik yang Sulit Terurai



Sampah organik mayoritas dihasilkan oleh sektor rumah tangga. Umumnya berasal dari sisa makanan dan minuman, buah dan sayuran, kertas, ranting, dan kayu yang dapat terurai alami oleh alam.
Tetapi, ada juga sampah organik yang tidak mudah terurai secara alami. Dikutip dari Universal Eco, sampah jenis ini disebut dengan sampah keras yang karakteristik sampahnya berwujud keras, padat, dan tidak mudah berubah bentuk.
Diantaranya adalah batok kelapa. Batok kelapa membutuhkan waktu beberapa bulan bahkan hingga setahun untuk dapat terurai oleh alam. Oleh karena materialnya yang lumayan keras dan padat, batok kelapa bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam tungku masakan atau juga diinovasikan menjadi hiasan yang dapat mempercantik ruangan di rumah. Seringkali juga batok kelapa dijadikan kerajinan oleh para seniman dan pedagang.
Selain itu, kayu dan bambu bisa dibilang butuh waktu yang lama untuk akhirnya terurai secara penuh di alam. Hal ini dapat terjadi jika bahan tersebut tidak dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang mampu dilakukan oleh mikroorganisme pengurai. Dikutip dari Thinking Sustainably, salah satu alasan mengapa bambu membutuhkan waktu lama untuk terurai tanpa dipotong adalah karena bahannya yang mengandung kadar lignin tinggi. Dimana lignin tidak dapat dipecah oleh bakteri sehingga akan diurai oleh jamur pada waktu tertentu.
4. Sampah Kertas Sebaiknya Dipisah Dari Sampah Anorganik Lainnya



Pada dasarnya setiap sampah memiliki karakteristik dan penanganan pasca pakai yang berbeda-beda satu sama lain. Sehingga perlu untuk dipilah dan dipisah sesuai jenisnya.
Salah satunya sampah kertas. Secara khusus, sampah kertas perlu dipisahkan dari sampah lainnya untuk menghindari sampah basah bercampur dengan kertas. Semakin banyak jenis sampah yang dikumpulkan dalam satu tempat sampah, semakin besar pula kemungkinan sisa makanan atau minuman tertinggal di sana.
Oleh karena material kertas akan menjadi material berharga dan paling baik apabila didaur ulang dalam kondisi kering. Maka akan lebih baik juga untuk meletakkannya sejauh mungkin dari bahan basah, sehingga kualitas kertas tidak akan menurun akibat terkontaminasi air dan cairan lainnya.
5. Fasilitas Daur Ulang di Indonesia yang Belum Merata



Peran fasilitas atau industri daur ulang sampah, khususnya daur ulang plastik sangat penting dalam mendukung pengurangan sampah nasional. Dikutip dari Greeners, Direktur Sustainable Waste Indonesia (SWI), Dini Trisyanti, menyebut tantangan industri daur ulang plastik tidak hanya dari segi jumlah, namun juga ketersebarannya yang masih belum merata.
Terhitung ada sekitar 40 industri daur ulang plastik yang sebarannya masih berpusat di Jawa. Bahkan, untuk industri daur ulang plastik di daerah lain sifatnya masih industri penggiling, bukan pabrikan.
Selain dari jumlah dan sebaran, kualitas sampah plastik di Indonesia juga masih menjadi hal penting yang perlu diperhatikan sebelum mengembangkan industri daur ulang plastik. Maka pemilahan sampah yang baik mulai dari sumber adalah kunci untuk mencegah pengotoran material daur ulang dan menjaga ketersediaan bahan yang berkualitas baik dengan jumlah yang aman.
Terbukti fakta bahwa daur ulang sampah merupakan langkah penting dalam hal pengelolaan sampah. Namun, perlu dukungan banyak pihak salah satunya rumah tangga agar material sampah bisa lebih berkualitas bagi fasilitas daur ulang.
Waste4Change menyediakan layanan daur ulang sampah organik dan anorganik bagi perusahaan juga individu. Sampah organik akan diolah menjadi kompos dan pakan bagi lalat BSF. Sedangkan sampah anorganik akan dikirim ke mitra daur ulang yang nantinya akan dimanfaatkan menjadi bahan baru lainnya. Kunjungi Waste4Change untuk menyesuaikan pilihan layanan yang ada dengan kondisi anda.