Ekonomi Sirkular dalam Pengelolaan Sampah

Produksi sampah nasional terus menunjukkan angka yang tinggi. Pada tahun 2021, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) KLHK, jumlah timbulan sampah di Indonesia adalah sekitar 68,5 juta ton. Angka terus akan mengalami pertumbuhan yang lebih banyak seiring dengan semakin meningkatnya pula jumlah penduduk di Indonesia.

ekonomi sirkular pengelolaan sampah

Dari angka tersebut, ada sebanyak 64,52 % sampah yang telah berhasil dikelola. Angka ini juga menunjukkan adanya potensi pemanfaatan sampah mencapai 426 miliah rupiah dalam kerangka ekonomi sirkular. Namun sayangnya, masih banyak yang belum menyadari akan potensi ekonomi dari sampah yang dipandang sepele tersebut.

Apa itu Ekonomi Sirkular?

Sebelum membahas mengenai penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah, perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan model ekonomi tersebut. Ekonomi sirkular secara sederhana adalah suatu model ekonomi yang berusaha mempertahankan nilai produk, bahan baku, dan sumber daya semaksimal mungkin. 

Ekonomi sirkular merupakan suatu model yang sudah mulai diterapkan oleh Indonesia. Merujuk pada Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, Arifin Rudiyanto, dalam acara virtual peluncuran studi “The Economic, Social, and Environmental Benefits of Circular Economy in Indonesia” mengungkapkan bahwa terdapat lima sektor prioritas dalam implementasi ekonomi sirkular. Lima sektor tersebut adalah meliputi; makanan dan minuman, konstruksi, tekstil, ritel (berfokus pada kemasan plastik), serta elektronik.

Konsep ekonomi sirkular sendiri telah diadopsi oleh Indonesia ke dalam Visi Indonesia 2045. Berkaitan dengan hal tersebut, ekonomi sirkular mulai coba diterapkan oleh pemeirntah ke dalam sistem pengelolaan sampah. Dalam pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular, dipahami bahwa sistem yang diterapkan berprinsip pada pengurangan sampah yang mengoptimalkan sumber daya yang ada. 

Hal tersebut berarti bahwa tiap sampah, emisi, dan energi yang terbuang akan diupayakan untuk diminimalisir dengan seoptimal mungkin. Dengan demikian, umur produksi-konsumsi dapat lebih panjang, produk dapat digunakan kembali, dan samoah dapat didaur ulang ke dalam bentuk produk semula maupun produk baru. Sehingga pada akhirnya, sampah yang berakhir di TPA dan di lingkungan akan dapat berkurang. 

Bagaimana Ekonomi Sirkular Berjalan?

Dalam menjalankan prinsip ekonomi sirkular terhadap pengelolaan sampah, perlu untuk memperhatikan prinsip-prinsip inti dari ekonomi sirkular itu sendiri. Merujuk pada Ellen Macarthur Foundation, yayasan yang bekerja untuk mempercepat transisi ke ekonomi sirkular, terdapat tiga prinsip inti (core principles) ekonomi sirkular meliputi:

#1 Design out waste and pollutions

Prinsip pertama dari ekonomi sirkular adalah tentang memahami bahwa sampah dan polusi sebagian besar merupakan hasil dari desain produk yang selama ini dibuat dengan model ekonomi linier. Yaitu suatu produk yang pada akhirnya memiliki ‘akhir masa pakai’. Alih-alih mendesain produk yang dapat dipulihakan dan dikembalikan ke siklus material.

Merujuk pada Australian Circular Economy Hub, sekitar 80 % dampak lingkungan adalah ditentukan dari tahap desain. Oleh karena itu, memberikan perubahan pada area desain dapat memberikan dampak yang lebih besar pada seluruh siklus material.

Contoh sederhana dari pemahaman terkait prinsip ekonomi sirkular yang satu ini dapat dilihat dari bagaimana kita dapat mengurangi produk sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu dengan cara merubah desain produk sekali pakai dengan produk yang berkelanjutan (sustainable).

#2 Keeping Product and Material in Use

Prinsip berikutnya dari ekonomi sirkular adalah didasarkan pada premis sederhana, berupa: kita tidak boleh terus-menerus membuang-buang sumber daya. Hal tersebut berangkat dari kesadaran bahwa kita hidup di planet yang memiliki sumber daya terbatas. Segala material yang digunakan komponen produk penting untuk dapat digunakan kembali, diperbaiki, dan diproduksi ulang agar lebih bertahan lama dalam segi nilai guna.

#3 Regenerating Natural Systems

Prinsip dari ekonomi sirkular yang paling transformatif adalah terkait penekanannya pada penyediaan putaran umpan balik yang secara aktif mendukung terhadap arah perbaikan lingkungan alam. Hal ini diilhami oleh bagaimana alam mengajarkan siklus yang tidak mengenal sampah. Bahwa, semua akan kembali ke dalam siklus alami, baik itu karbon, oksigen, nitrogen, air, maupun yang lainnya.

Penerapan prinsip ini terutama berlaku pada bahan organik. Pada model ekonomi linier, limbah organik hanya akan berakhir di TPA. Hal tersebut tidak hanya memboroskan air dan energi yang dipakai untuk membuat produk, tapi juga menyumbang dampak buruk bagi lingkungan akibat bahan organik sampah. Pada model ekonomi sirkular, unsur hara yang berharga dikembalikan ke tanah dan ekosistem alih-alih mengirimkannya ke TPA. Sehingga, unsur dari limbah organik justru dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sumber daya alam, sebagaimana yang dilakukan dalam pertanian regeneratif.

Manfaat Ekonomi Sirkular bagi Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah dengan prinsip ekonomi sirkular memungkinkan terjadinya siklus material yang mendukung nilai guna barang lebih panjang. Dengan kondisi ini, penerapan ekonomi sirkular bagi pengelolaan sampah akan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. 

Selaras dengan hal tersebut, Rosa Vivien Ratnawati selaku Dirjen PSLB3 KLKH, ekonomi sirkular dalam kaitannya dengan pengelolaan sampah memiliki potensi manfaat yang besar seiring dengan target pencapaian Zero Waste 2050. 

Pada tahun tersebut pula populasi dunia diperkirakan akan mengalami lonjakan yang tinggi yakni mencapai sekitar 10 milliar. Dari tingginya jumlah populasi yang ada, keberadaan sumber daya di bumi yang terbatas, seperti minyak bumi, akan sangat terancam. Ekonomi sirkular dapat memberikan cara baru untuk memitigasi risiko agar bahan produk dapat memiliki siklus masa pakai yang lebih lama sehingga digunakan secara terus-menerus.

Di samping itu, menurut Kementerian PPN/Bappenas, ekonomi sirkular di Indonesia mampu membawa dampak positif termasuk dalam hal mengurangi sampah. Per tahun 2030, diprediksikan sampah dapat berkurang hingga 50%, yaitu dihasilkan dari lima sektor kunci yang terdiri dari makanan dan minuman, elektronik, tekstil, konstruksi, dan plastik. 

Dari kelima sektor tersebut, kontribusi yang dapat diberikan adalah mencapai Rp 593 triliun atau sekitar USD 41,6 miliar. Jika dilihat dari nilai PDB Indonesia, angka tersebut setara dengan 2,3% dari PDB Indonesia per 2030. Hal ini dapat dicapai melalui kombinasi peningkatan pendapatan dari berbagai kegiatan yang terus berputar melalui optimalisasi Sumber Daya Alam (SDA) dan produk-produk daur ulang lanjutan. 

Dalam rangka mendukung penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah, Waste4Change menghadirkan layanan Reduce Waste to Landfill (RTWL). Layanan ini merupakan suatu sistem manajemen sampah yang 100% menyeluruh untuk perusahaan, gedung, dan pelaku bisnis dalam rangka mengurangi jumlah timbunan sampah yang berakhir di TPA. Mari ketahui paket layanan apa yang paling sesuai untuk Anda, di sini!

Referensi:

https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-ekonomi-sirkular-sistem-manajemen-sampah-berbasis-ekonomi-kln.html

https://www.bappenas.go.id/id/berita/ekonomi-sirkular-untuk-pertumbuhan-ekonomi-jangka-panjang#:~:text=Ekonomi%20sirkular%20di%20Indonesia%20membawa,elektronik%2C%20tekstil%2C%20dan%20plastikhttps://waste4change.com/service/jasa-angkut-sampah?lang=id

Related Post