Industry Updates

Hal-hal yang Perlu Kamu Tahu Tentang Ekonomi Hijau (Green Economy)

Ada konsensus dasar bahwa sistem ekonomi yang sekarang sudah tidak lagi cocok digunakan karena mengakibatkan dampak sosial dan lingkungan yang signifikan.

Pemerintah, perusahaan, serta masyarakat umum semakin sadar mengenai daya dukung bumi yang mulai mencapai batasnya, tidak hanya karena emisi gas rumah kaca dan pemanasan global, tetapi juga akibat pengerukan sumber daya alam seperti air, tanah, hutan, dan lainnya.

Apa dan Mengapa Ekonomi Hijau? 

Konsep mengenai ekonomi yang berkelanjutan sudah mulai dibicarakan dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu momentumnya ialah diterbitkannya sebuah laporan berjudul Limits to Growth di tahun 1972 oleh the Club of Rome.

Ekonomi Hijau dapat didefinisikan sebagai sebuah visi pembangunan alternatif yang bisa mendorong pertumbuhan dan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan cara-cara yang berkelanjutan. Sementara itu Greeneconomycoalition.org mendefinisikan Ekonomi Hijau sebagai konsep ekonomi yang memberikan kesejahteraan untuk semua dan masih dalam batasan ekologis planet bumi.

Contoh ilustrasi dari konsep Ekonomi Hijau. Sumber: www.downtoearth.org.in/
Contoh ilustrasi dari konsep Ekonomi Hijau. Sumber: www.downtoearth.org.in 

Penting untuk diketahui bahwa konsep dan definisi Ekonomi Hijau masih dikelilingi perdebatan, dimana definisi tersebut dapat berbeda untuk pihak yang berbeda pula, serta dapat tumpang tindih atau bahkan bertentangan satu dengan yang lain.

United Nations Environment Programme (UNEP) misalnya, mendefinisikan Ekonomi Hijau sebagai “ekonomi yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi resiko lingkungan dan kelangkaan ekologi secara signifikan. Dalam bentuk yang paling sederhana, Ekonomi Hijau dapat dikatakan sebagai ekonomi yang rendah karbon, menggunakan sumber daya dengan efisien, serta inklusif secara sosial.“

Di sisi lain, gerakan masyarakat sipil yang tertuang dalam People’s Summit di Rio+20 menganggap konsep “Ekonomi Hijau” merupakan sebuah topeng belaka untuk melabeli fase terkini dari kapitalisme yang menggunakan mekanisme lama dan baru, seperti pengkonsentrasian teknologi baru oleh beberapa pihak, pasar karbon dan keanekaragaman hayati, perampasan lahan, dll.

Prinsip-prinsip dasar Ekonomi Hijau

Berdasarkan laporan ilmiah berjudul “Principles, Priorities and Pathways for Inclusive Green Economies”, yang diluncurkan di Forum Tingkat Tinggi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan di New York tanggal 16 Juli kemarin, terdapat 5 prinsip dalam konsep Ekonomi Hijau. Kelima prinsip tersebut yaitu:

  • Prinsip Kesejahteraan: Ekonomi hijau memungkinkan semua orang untuk mewujudkan dan menikmati kesejahteraan.
  • Prinsip Keadilan: Ekonomi hijau mempromosikan kesetaraan di intra dan antar generasi
  • Prinsip Batas Planet: Ekonomi hijau menjaga, merestorasi, dan berinvestasi pada alam
  • Prinsip Efisiensi dan Kecukupan: Ekonomi hijau diarahkan untuk mendukung aktivitas produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab
  • Prinsip Pemerintahan yang baik: Ekonomi hijau dipandu oleh institusi-institusi yang tahan banting, terintegrasi, serta bertanggung jawab
Lima Prinsip Ekonomi Hijau. Sumber:
Lima Prinsip Ekonomi Hijau. Sumber: greeneconomycoalition.org 

Contoh Praktik Ekonomi Hijau

Setelah membahas beberapa konsep dasar mengenai Ekonomi Hijau, lantas seperti apakah konsep Ekonomi Hijau itu bila diterapkan dalam suatu negara?

Transisi menuju sistem Ekonomi Hijau tentunya membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar. Meski begitu, beberapa negara dapat dijadikan teladan atas komitmen mereka dalam menerapkan konsep “pembangunan hijau” atau strategi ekonomi yang rendah karbon. Bahkan tidak sedikit kisah sukses program-program berskala besar yang mampu meningkatkan pertumbuhan atau produktivitas dengan cara yang berkelanjutan.

Berikut contoh praktiknya di beberapa negara:

a. Korea Selatan mengadopsi strategi nasional dan rencana jangka panjang untuk pertumbuhan hijau dalam periode 2009-2013. Selain itu, Korsel mengalokasikan 2% dari GDP mereka untuk investasi di sektor-sektor hijau seperti energi terbarukan. Selain itu pemerintah Korea juga meluncurkan program Global Green Growth Institute (GGGI) untuk membantu negara lain (terutama negara berkembang) mengembangkan strategi pembangunan hijau mereka.

b. Cina menjadi negara yang paling banyak berinvestasi di energi terbarukan. Hal ini dapat dilihat dari kapasitas tenaga angin yang sudah terpasang di Cina meningkat sebanyak 64% di tahun 2010.

Selain itu, Cina menjadi satu-satunya negara dengan kapasitas tenaga surya terbesar di dunia, yaitu sebanyak 130 gigawatt. Agensi Energi Internasional (IEA) bahkan menyatakan bahwa Cina mencapai target 2020nya untuk menambah kapasitas energi surya tiga tahun lebih awal.

Ladang panel surya yang terletak di Qinghai, Cina. Sumber: Getty Images
Ladang panel surya yang terletak di Qinghai, Cina. Sumber: Getty Images

4. Ekonomi Hijau (Green Economy) vs Ekonomi Melingkar (Circular Economy)

Selain istilah Green Economy, mungkin kita juga sudah pernah mendengar istilah Circular Economy atau Ekonomi Melingkar. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama — untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi sekaligus mencapai tujuan sosial dan lingkungan — namun Ekonomi Hijau dan Melingkar memiliki fokus yang berbeda.

Konsep inti dari Ekonomi Hijau ialah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sambil memperhatikan persediaan sumber daya alam yang ada, serta daya dukung ekologis agar tetap berkelanjutan, sedangkan Ekonomi Melingkar lebih menitikberatkan padapenyimpanan sumber daya dalam siklus yang tertutup. Dengan kata lain, sistem Ekonomi Melingkar bertujuan mengubah sistem produksi dan konsumsi yang linear (pakai dan buang) menjadi sistem yang melingkar.

Konsep Ekonomi Melingkar (Circular Economy). Sumber: ec.europa.eu
Konsep Ekonomi Melingkar (Circular Economy). Sumber: ec.europa.eu

Sebagai wirausaha sosial yang bergerak di bidang pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, Waste4Change turut mendukung terwujudnya sistem Ekonomi Melingkar melalui servis Extended Producer Responsibility, yaitu In-House Recycling dan Digital EPR.

Selain itu, Waste4Change juga mendukung penyelenggaraan acara Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) yang baru saja diadakan pada bulan November tahun lalu oleh Greneeration Foundation.

Baca artikel versi Bahasa Inggris/English version di sini.

Referensi:

http://whygreeneconomy.org/introduction-to-the-green-economy/

https://www.greeneconomycoalition.org/news-analysis/the-5-principles-of-green-economy

https://www.bbc.com/future/article/20180822-why-china-is-transforming-the-worlds-solar-energy

https://www.wri.org/blog/2011/04/qa-what-green-economy-0

https://bioeconomy-conversation.com/2017/03/01/green-bio-or-circular-economy/

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami