Faktanya, sampah plastik tidak hanya menyebabkan masalah di daratan tapi hingga ke laut. Banyak berita yang membahas tentang bagaimana sampah plastik sangat berbahaya bagi ekosistem lautan. Mengancam fauna laut, mencemari lautan, bahkan membahayakan manusia lewat tercemarnya rantai makanan di lautan akibat mikroplastik
Table of contents

Seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia sampai saat ini terus berupaya mengatasi permasalahan sampah. Pemerintah Indonesia pun berkomitmen menurunkan 70% sampah dari total sampah laut nasional pada tahun 2025, didukung dengan penerapan berbagai aturan dan kebijakan demi mencapai implementasi yang konsisten dan masif.
Apa Itu Sampah Laut?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018, sampah laut diartikan sebagai sampah yang berasal dari daratan, lautan, dan pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan laut.
Kegiatan manusia seringkali secara sengaja maupun tidak sengaja menghasilkan sampah. Sampah yang ada di lautan lebih banyak hadir karena terbawa arus aliran sungai yang malah berakhir di laut. Dampaknya, sampah tersebut malah lebih sulit terangkut dan berpotensi mencemari lingkungan hingga bertahun-tahun ke depan.
Selain karena terbawa aliran air, sampah di laut bisa juga dihasilkan dari kegiatan manusia di lautan. Penumpang kapal yang melintasi laut tidak jarang secara sadar melemparkan sampah mereka ke lautan. Bisa juga terjadi karena barang tersebut jatuh atau tertiup angin.
Padahal, terdapat aturan yang jelas memuat bahwa pelayaran harus dilakukan dengan sehat dan tidak menimbulkan sampah. Itu berarti orang-orang yang ikut dalam sebuah pelayaran, termasuk penumpang wajib mengikuti aturan tersebut.
Apa Dampak dari Adanya Sampah di Laut?
Seperti yang kita ketahui, sampah yang berserakan di sebuah tempat berpotensi mengotori dan merusak keindahan tempat tersebut. Hal ini juga lah yang akan terjadi apabila ada sampah di lautan.
Marine debris yang tidak hanya terdiri dari sampah plastik, namun juga ada sampah logam, kayu, kertas, karet, juga sampah tekstil sejatinya butuh waktu sangat lama untuk terurai oleh alam bahkan ada yang sama sekali tidak dapat terurai secara alami. Jika penumpukan sampah terus terjadi, diprediksi pada 2050 akan ada lebih banyak sampah plastik dibandingkan ikan di lautan.



Contoh yang dapat dilihat secara kasat mata saat ini adalah terbentuknya pusaran sampah di laut Pasifik atau The Great Pacific Garbage Patch. Kumpulan sampah ini membentang dari Pantai Barat Amerika Utara hingga ke Jepang. Kemungkinan berasal dari sampah di dekat Jepang dan sekitaran negara bagian Hawaii dan California, Amerika Serikat.
Faktanya, The Great Pacific Garbage Patch merupakan kumpulan sampah plastik yang terakumulasi karena tidak dapat terurai secara hayati. Di kawasan tersebut hampir seluruhnya terdiri dari potongan-potongan kecil plastik atau bisa disebut sebagai mikroplastik.
Tahukah kamu? Mikroplastik tersebut memungkinkan sampai ke tubuh manusia dengan berbagai cara, mengingat beberapa kebutuhan pangan manusia juga berasal dari laut. Hewan laut yang kita konsumsi atau garam laut yang selama ini menjadi bumbu pelengkap dalam masakan bisa saja mengandung mikroplastik yang selama ini kurang disadari keberadaannya di dalam tubuh manusia.
Bagaimana Cara Atasi Sampah Plastik di Laut?
Pada peringatan Hari Laut Sedunia tahun 2022 lalu, PBB mengangkat tema Revitalization: Collective Action for the Ocean atau Revitalisasi: Aksi Kolektif untuk Lautan sebagai pengingat pentingnya peranan lautan bagi kehidupan di bumi. Berbagai pihak perlu untuk membantu seimbangkan kondisi laut dan mengembalikan kebersihan melalui langkah-langkah revitalisasi.
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mulai mengurangi timbulan sampah baru agar sampah tidak semakin menumpuk. Dalam prinsip 3R, langkah reduce atau mengurangi sampah menjadi langkah pertama yang mesti dilakukan agar dapat ikut mengurangi produksi sampah. Seperti mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai yang saat ini jumlahnya sudah sangat banyak di lingkungan.
Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pembersihan melalui pengangkutan sampah-sampah yang ada. Salah satunya yang dilakukan oleh Organisasi Dive Against Debris, di mana para anggotanya yang merupakan penyelam scuba ikut membantu melakukan penyelaman untuk membersihkan lautan.
Ada juga kegiatan oleh The Ocean Cleanup, organisasi nirlaba dengan salah satu misinya menghilangkan 90% plastik terapung yang mencemari perairan. Salah satu wilayah laut yang pernah mereka bersihkan ialah area The Pacific Great Garbage Patch. Mereka mengembangkan dan menskalakan garis pantai buatan untuk menjebak plastik agar mudah dikumpulkan dan diekstraksi.
Dibentuk sebuah jala pembatas yang menghasilkan arus sirkulasi yang membantu plastik bergerak ke target lokasi yang diinginkan. Sampah pun akan menumpuk di area jaring, lalu dibungkus sesuai aturan jika sudah penuh, dan nantinya diangkat menuju daratan untuk dikelola lebih lanjut.
Selain itu, perlu juga diselenggarakan penanganan sampah plastik di laut melalui aturan dan kebijakan. Pemerintah Indonesia sepertinya perlu memberikan sosialisasi mengenai tata cara pengelolaan sampah di kapal penumpang atau barang ketika berlayar.
Sayangnya saat ini, belum ada peraturan khusus terkait penanganan alat tangkap yang dibuang ke laut. Oleh karena itu, masih banyak orang yang dengan sesuka hati membuang sampahnya tidak pada tempatnya. Terlebih karena belum adanya ketegasan dari pemerintah selaku pelaksana kegiatan negara.
Pentingnya Ekonomi Sirkular
Pada dasarnya, setiap materi memiliki masa pakai yang berbeda-beda namun beberapa masih dapat terus dimanfaatkan berulang kali. Ekonomi sirkular mengarahkan kita untuk menggunakan sebuah materi secara maksimal, berulang-ulang, dan mengelolanya secara tepat. Hingga pada akhirnya, tidak ada materi sisa atau sampah yang berakhir di TPA. Residunya pun juga didorong untuk dimanfaatkan menjadi bahan tertentu.



Oleh karena itu, mengumpulkan dan mengelola sampah secara bertanggung jawab bukanlah kegiatan yang tidak sia-sia. Yuk kita dukung penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah di Indonesia!
Waste4Change juga dapat membantu mengumpulkan material sampah untuk membantu mengurangi jumlah sampah yang tertimbun di TPA. Melalui layanan Waste Credit, klien dapat mengumpulkan dan mendaur ulang sampah lebih banyak. Salah satu metode yang ditawarkan adalah Water Cleanup, dengan melakukan pengumpulan sampah melalui pembersihan di sungai dan laut. Informasi lebih lanjut, silakan klik di sini.