Industry Updates

3 Jenis Sistem Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah, Mana yang Lebih Baik?

TPA kini kian memprihatinkan karena produksi sampah semakin bertambah dan kebanyakan akan berakhir di TPA tanpa proses daur ulang terlebih dahulu. Selain itu, banyak juga TPA atau landfill di Indonesia yang kelebihan kapasitas dan akan ditutup. Salah satu cara untuk mengelola TPA/landfill agar bertahan lama dan tidak merusak lingkungan adalah dengan memperhatikan jenis sistem pengelolaan yang digunakan. Lantas sistem pengelolaan mana yang terbaik untuk landfill di Indonesia saat ini?

sistem pengelolaan sampah
TPA Burangkeng, Kecamatan Setu, Kab. Bekasi, Jawa Barat.(ANTARA/Pradita Kurniawan Syah)

Sistem Open Dumping

Open dumping adalah sistem pengelolaan di TPA dengan cara membuang sampah di atas lahan tanpa ada perlakuan apapun. Hal ini dapat mencemari lingkungan dan kesehatan bagi petugas yang bekerja di TPA atau bahkan warga sekitar.

Hal ini dikarenakan sistem ini membuat bau sampah menjadi lebih menyengat dan juga gas metana dari sampah dapat bahayakan bumi. Bagi lingkungan, sistem open dumping dapat menjadi sumber polutan bagi air di lingkungan sekitar sebab tumpukan sampah serta air lindi mencemari tanah dan air tanah didalamnya.

Selain itu, sampah hanya akan terus menumpuk lebih cepat karena tidak ada pengelolaan sampah di TPA. Sistem ini menghasilkan dampak negatif yang besar, maka dari itu pemerintah mewajibkan seluruh TPA meninggalkan sistem ini. Peraturan yang mengatur mengenai larangan menggunakan sistem open dumping dalam proses pengelolaan sampah dimuat dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Pasal 44 dan 45. 

Sistem Controlled Landfill

Controlled landfill adalah sistem berupa peralihan open dumping menuju sistem sanitary landfill. Cara pengelolaan sampah nya adalah dengan menimbun sampah, lalu diratakan dan dipadatkan. Kemudian sampah pada waktu tertentu akan ditutup dengan lapisan tanah. Bertujuan memperkecil dampak yang dapat timbul dan merugikan lingkungan. 

Dengan cara yang dilakukan maka akan mengurangi resiko perkembangbiakan serangga, pencemaran gas metana, bau, hingga penurunan estetika lingkungan. Meski begitu, sistem pengelolaan controlled landfill membutuhkan biaya investasi dan biaya operasi lebih banyak dibanding sistem open dumping, maka dari itu jenis sistem ini disarankan untuk daerah-daerah yang memiliki dana yang sangat terbatas. Dengan hal ini menjadi penengah untuk menekan biaya yang dikeluarkan dan juga untuk meminimalisir pengaruh buruk pada lingkungan. 

Sistem Sanitary Landfill

Sistem pada TPA ini dilakukan dengan cara menimbun dan memadatkan sampah lalu kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Dengan adanya lapisan penutup tersebut membuat TPA dengan sistem sanitary landfill dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.

Untuk menjalankan sistem pengelolaan sampah ini dibutuhkan dana investasi dan operasi lebih besar dari dua sistem pengelolaan sebelumnya. Selain itu, diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup timbunan sampah. Salah satu TPA di Indonesia yang telah menerapkan sistem ini adalah TPA Talang Gulo, Jambi.

Dibangun ulang sejak tahun 2018, TPA Talang Gulo kini menjadi salah satu TPA percontohan karena fasilitas dan teknologi yang dimilikinya mendukung pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Diantaranya seperti sarana pengelolaan air lindi berkapasitas 250m3 per hari, sarana pengelolaan sampah organik berkapasitas 35 ton per hari, sarana pengolahan kompos berkapasitas 15 ton per hari, dan bangunan fasilitas penunjang lainnya seperti kantor pengelola, jembatan timbang dan workshop.

Selain itu, Kabupaten Jombang juga memiliki TPA yang menggunakan sistem sanitary landfill yakni TPA Banjardowo. TPA ini memiliki kapasitas 110 ton sampah per hari untuk melayani warga Jombang sebanyak 895.000 orang. Dengan sistem pengelolaan yang ada, TPA Banjardowo mendaur ulang sampah plastik untuk dijadikan briket sementara sampah organik diolah menjadi kompos. Selain itu, air lindi yang dihasilkan sampah juga diolah sehingga tidak merusak tanah dan air tanah di lingkungan sekitar TPA.

Meskipun sistem sanitary landfill membutuhkan dana investasi dan operasi lebih besar, tetapi dampak terhadap kerugian lingkungan juga dapat jauh diminimalisir. Sistem ini juga menjadi standar yang digunakan di skala internasional dan sudah digunakan oleh banyak negara. Di Cina misalnya, terdapat lebih dari 600 TPA yang telah menggunakan sistem sanitary landfill. 

Mengurangi Sampah Berakhir di TPA

Waste4Change, turut serta membantu Indonesia mewujudkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dilakukan melalui disediakannya program dan layanan yang dapat mengurangi jumlah sampah berakhir di TPA.

Melalui layanan Reduce Waste to Landfill, pemilik bisnis dan institusi dapat berpartisipasi menghadirkan jasa angkut sampah bertanggung jawab. Sampah akan dipilah, didaur ulang, ditangani secara mendetail sehingga hanya sedikit saja residu yang berakhir dikirim ke TPA. Layanan ini telah tersedia di 21 kota di Indonesia. Beberapa klien yang telah menggunakan layanan ini adalah Binus School Bekasi, Restoran Mang Kabayan, dan Wisma Barito. Informasi lebih lengkap mengenai layanan RWTL dapat diakses melalui laman ini

[Sulistianing Ambarwati]

Posted on Last Updated on
Bagikan Artikel Ini

Mulai Pengelolaan Sampah
Secara Bertanggung Jawab
Bersama Waste4Change

Hubungi Kami